Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tak Butuh Pejantan, Strategi Unik Serangga Menghasilkan Keturunan

honey-bee-8196854_1920.jpg
ilustrasi lebah (pixabay.com/Jon Pauling)
Intinya sih...
  • Parthenogenesis adalah reproduksi aseksual serangga tanpa kehadiran pejantan, menghasilkan keturunan genetik identik dengan induknya.
  • Jenis-jenis parthenogenesis pada serangga meliputi obligat, fakultatif, arrhenotoky, dan thelytoky, masing-masing dengan mekanisme dan keuntungannya sendiri.
  • Serangga seperti kutu daun, lebah, semut, serangga tongkat, dan kecoak tertentu mampu berkembang biak tanpa pejantan melalui parthenogenesis di lingkungan yang tidak mendukung pertemuan jantan dan betina.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di alam, tidak semua makhluk hidup mengikuti “aturan umum” soal reproduksi. Beberapa serangga justru mampu menghasilkan keturunan tanpa kehadiran pejantan sama sekali. Fenomena unik ini bukan sekadar keanehan biologis, melainkan strategi bertahan hidup yang sangat efektif, terutama ketika kondisi lingkungan tidak mendukung pertemuan jantan dan betina.

Serangga menentang konsep reproduksi konvensional dengan menghasilkan keturunan tanpa pejantan melalui parthenogenesis, yaitu bentuk reproduksi aseksual di mana telur yang tidak dibuahi tetap berkembang menjadi individu baru yang hidup dan sehat. Fenomena yang kerap disebut sebagai “kelahiran perawan” ini memungkinkan ledakan populasi dalam waktu singkat serta membantu spesies bertahan di kondisi lingkungan yang sulit. Parthenogenesis menunjukkan bagaimana alam memiliki “jalan pintas” adaptif, memungkinkan suatu spesies tetap berkembang tanpa bergantung pada pasangan.

1. Apa itu parthenogenesis

Parthenogenesis terjadi ketika sel telur betina aktif dan membelah tanpa pembuahan oleh sperma, menghasilkan keturunan yang secara genetik identik dengan induknya. Berbeda dengan reproduksi seksual yang menggabungkan materi genetik dari dua induk untuk menciptakan variasi, metode aseksual ini melewati proses meiosis sepenuhnya atau memodifikasinya agar jumlah kromosom tetap lengkap. Sebagai strategi evolusi, parthenogenesis sangat efektif di lingkungan yang minim pejantan karena lebih hemat energi dibandingkan proses mencari pasangan.

2. Jenis-Jenis parthenogenesis pada serangga

Parthenogenesis terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Parthenogenesis obligat menghasilkan populasi yang seluruhnya betina dan hanya bereproduksi dengan cara ini, seperti pada beberapa spesies serangga tongkat.
  • Parthenogenesis fakultatif memberi fleksibilitas: betina dapat bereproduksi secara aseksual saat tidak ada pejantan, tetapi beralih ke reproduksi seksual jika pejantan tersedia, umum pada beberapa jenis tawon.
  • Arrhenotoky menghasilkan individu jantan dari telur yang tidak dibuahi, seperti pada ordo Hymenoptera (lebah dan semut), di mana penentuan jenis kelamin bergantung pada ada tidaknya pembuahan.
  • Thelytoky menghasilkan individu betina dari telur yang tidak dibuahi dan banyak ditemukan pada kutu daun serta tawon parasit, memungkinkan produksi klon dengan sesekali tetap menjaga keragaman genetik.

3. Contoh serangga yang berkembang biak tanpa pejantan

lice-1271992_1920.jpg
ilustrasi kutu daun (pixabay.com/Hans)
  • Kutu daun (aphids): Betina melahirkan keturunan betina hidup pada musim hangat, menghasilkan ribuan individu dalam waktu singkat tanpa pejantan.
  • Lebah dan semut tertentu: Beberapa strain menggunakan thelytoky untuk menghasilkan pekerja betina; sementara pada arrhenotoky, telur tak dibuahi biasanya menjadi jantan.
  • Serangga tongkat: Spesies seperti Timema cristinae membentuk koloni yang didominasi betina dan dapat bertelur sepanjang hidupnya.
  • Kecoak tertentu: Beberapa strain Blattella germanica mampu bereproduksi secara parthenogenesis.

4. Mekanisme dan keuntungannya

Pada serangga, ovarium menghasilkan telur yang tanpa sperma dapat berkembang melalui automiksis—kromosom berpasangan dan berpisah mirip meiosis—atau apomiksis, yaitu pembelahan mitosis sederhana yang menghasilkan salinan identik. Sperma yang tersimpan dari perkawinan sebelumnya juga dapat membuahi sebagian telur secara selektif, menciptakan kombinasi strategi dalam thelytoky.

Keuntungannya adalah kecepatan. Tanpa perlu mencari pasangan, laju reproduksi meningkat drastis, kondisi yang ideal untuk menjajah habitat baru atau menghindari predator lewat jumlah. Klon juga mewarisi adaptasi induk, seperti ketahanan terhadap pestisida pada kutu daun. Namun ada risikonya, yaitu minimnya keragaman genetik membuat populasi lebih rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan sehingga beberapa spesies sesekali kembali ke reproduksi seksual.

5. Kapan serangga memilih reproduksi tanpa pejantan

Serangga dapat memilih berkembang biak tanpa pejantan melalui parthenogenesis ketika kondisi lingkungan membuat perkawinan seksual tidak efisien atau sulit terjadi. Pada spesies fakultatif seperti kutu daun, suhu hangat dan makanan melimpah pada musim semi dan panas memicu betina menghasilkan klon betina secara cepat, tanpa perlu mencari pasangan, sehingga populasi bisa meledak. Saat musim gugur tiba—ditandai kepadatan tinggi, suhu lebih dingin, atau keterbatasan makanan—mereka kembali ke reproduksi seksual untuk menghasilkan jantan dan meningkatkan keragaman genetik.

Kepadatan populasi tinggi, isolasi, atau lingkungan ekstrem juga mendorong strategi ini. Di habitat dingin, terpencil, atau tercemar, beberapa serangga mengandalkan parthenogenesis agar tetap bertahan tanpa pejantan. Stres, seperti panas berlebih atau paparan pestisida juga dapat memicu reproduksi tanpa pejantan, dengan fokus menghasilkan individu betina agar jumlah populasi tetap terjaga.

Pada akhirnya, kemampuan serangga untuk berkembang biak tanpa pejantan membuktikan bahwa alam selalu punya rencana cadangan. Fleksibilitas inilah yang membuat serangga menjadi salah satu kelompok makhluk hidup paling tangguh dan sukses bertahan di Bumi sejak jutaan tahun lalu.

Referensi

The Entomologist’s Blog. Diakses pada Desember 2025. How Do the Majority of Insects Reproduce?
Herpetoculture Network. Diakses pada Desember 2025. Insect Reproduction
Keeping Insects. Diakses pada Desember 2025. Parthenogenesis
Sciencing. Diakses pada Desember 2025. How Do Insects Reproduce Asexually?
Scientific American. Diakses pada Desember 2025. These Male Stick Insects Aren’t Errors After All

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Ilmiah Mengapa Daerah Gundul Lebih Mudah Terkena Banjir

20 Des 2025, 10:29 WIBScience