8 Fakta Wagasa, Payung Kertas Pengusir Roh Jahat dari Jepang

Wagasa adalah payung kertas dari negeri sakura, Jepang. Pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Tiongkok selama Periode Heian (794-1185). Payung Wagasa sering kita lihat sebagai dekorasi dalam event-event Jepang Di Indonesia.
Penikmat drama Jepang juga pasti sering melihat payung ini dipakai para gadis sambil memakai kimono. Wagasa sendiri adalah kesenian dari Jepang, memiliki arti dan keistimewaanya sendiri. Simak 10 fakta tentang Wagasa berikut ini.
1. Awalnya digunakan oleh keluarga bangsawan dan kaisar saja

Payung tradisional Jepang, wagasa diperkenalkan ke Jepang dari Tiongkok pada awal periode Heian (794-1185). Wagasa terbuat dari bambu, tali dan kertas washi dan lapisan minyak untuk melapisi payung sehinga lebih awet dan tahan lama.
Awalnya payung ini hanya digunakan oleh anggota keluarga kekaisaran dan bangsawan. Pada masa itu wagasa merupakan barang mewah. Fungsinya untuk melindungi mereka dari roh jahat dan panas sinar matahari.
2. Awalnya Wagasa didesain tidak bisa dilipat

Payung Jepang awal dibuat agar tidak bisa dilipat. Fitur payung yang bisa dilipat merupakan inovasi yang muncul kemudian selama zaman Azuchi Momoyama (1568-1603). Pada zaman Edo, hal ini berubah menjadi proses kerajinan yang produksinya sangat banyak.
Sehingga wagasa populer di seluruh kalangan di masa itu, mulai dari kalangan bangsawan hingga rakyat biasa. Wagasa dibuat dengan detail yang cantik dan indah, selain menjadi payung fungsinya bertambah menjadi aksesoris.
3. Wagasa dilapisi minyak agar tahan air dan sinar UV

Wagasa dilapisi minyak dalam lapisan dalam hal ini membuat payung tahan air dan memberikan perlindungan sempurna dari sinar UV. Dibutuhkan sekitar satu hingga tiga bulan untuk membuat setiap payung.
Mulai dari menyiapkan rangka bambu hingga porosnya, semuanya dikerjakan dengan tangan. Setelah Perang Dunia II, terjadi penurunan yang cepat dalam penjualan payung tradisional Jepang karena pengaruh payung gaya barat.
Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya jumlah pengrajin yang mempraktikkan teknik kuno pembuatan wagasa di dunia hingga saat ini.
4. Tiga jenis wagasa : bangasa, jyanome, dan higasa

Wagasa memiliki tiga tipe payung, pertama adalah Bangasa (payung kokoh), Jyanome (payung ramping), dan payung Jepang (Higasa dan Maigasa). Payung Bangasa untuk penggunaan sehari-hari baik saat panas maupun hujan.
Payung Bangasa biasanya lebih besar dan tebal, memiliki rusuk lebih banyak dan lcenderung lebih berat. Jyanome bentuknya lebih tipis dan ringan. Payung inilah yang sering dipakai oleh wanita saat memakai kimono. Sedangkan Higasa dan Magaisa hanya bisa digunakan saat hari panas, karena tidak tahan akan air.
5. Bagian-bagian dari payung wagasa

Setiap bagian payung memiliki nama dan fungsi sendiri-sendiri. Wagasa biasanya memiliki jumlah rusuk yang disebut oyabone: 24 rusuk untuk payung sederhana berukuran besar. 44 rusuk untuk wagasa buatan tangan berkualitas tinggi, dan hingga 54 rusuk untuk payung bangasa kelas atas. Shohone (tulang penyangga atau tulang rusuk bawah), Kagari ito (tali dekoratif) memiliki berbagai warna dan kontras dengan warna merah untuk menambah keanggunan. Bagian rusuk yang mencuat dicat dengan pernis disebut Nokizome.
Zukami adalah selembar kertas yang menutupi atama rokuro (bagian di mana tulang rusuk bertemu). Saat menutup payung Wagasa, bentuknya terlihat seperti bunga. Payung
Wagasa memilikinya dengan bentuk lingkaran sempurna. Bentuk yang presisi dan keakuratan geometrisnya, membuat wagasa dinilai memiliki tingkat seni yang sangat tinggi.
6. Kota Gifu adalah produsen payung wagasa terbaik

Kota Gifu adalah kota produsen payung Wagasa terbaik di Jepang. Pembuatan wagasa di Gifu berkembang sejak tahun-tahun terakhir periode Edo, sekitar 500.000 wagasa diproduksi setiap tahun. Dilansir wagasa.shop, pada tahun 1945 bahkan pernah menyentuh angka produksi 15 juta payung wagasa.
Bukan hanya untuk warga lokal namun juga oleh pelanggan internasional. Di zaman modern ini, masing-masing pengrajin wagasa mengkhususkan diri dalam teknik yang berbeda. Saat ini, hanya sekitar 30 pengrajin yang tersisa di wilayah Gifu.
7. Wagasa dipakai dalam teater kabuki

Saat ini penggunaan wagasa dalam kesehariaan sudah terganti dengan payung modern. Namun penggunaanya masih ditemui dalam prosesi pernikahan tradisional di Jepang. Wagasa yang digunakan adalah warna merah
Juga dalam upacara minum teh di luar ruangan dan festival.Teater kabuki khas Jepang juga memakai wagasa dalam pementasannya. Geisha menggunakan Wagasa ungu dan aktor menggunakan Wagasa hitam atau coklat. Pada saat pemakaman wagasa yang digunakan berwarna putih.
8. Karakasa obake, si hantu roh wagasa

Salah satu fungsi wagasa adalah melindungi dari roh jahat. Tsukumogami adalah semacam roh dari Jepang yang muncul dari suatu benda setelah 100 tahun benda itu menjadi hidup.
Di jepang terdapat legenda roh payung wagasa. Roh dari Wagasa disebut hantu wagasa (karakasa obake) yaitu monster yang tampak seperti Wagasa yang terlipat, dengan satu mata dan satu kaki, memakai sebuah geta.
Wagasa merupakan kearifan lokal dari Jepang yang masih terus dilestarikan. Penggunaanya ada dalam momen-momen tertentu. Jika kamu pergi liburan ke Jepang, kamu bisa membeli wagasa sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan dari Jepang. Semakin detail dan mahal bahan pembuatannya, semakin mahal pula harga payung wagasa. Kamu tertarik membelinya?