4 Faktor Penentu Hasil Final Lakers vs Pacers di NBA Finals 2000

Bola basket di negara maju menggunakan perhitungan detail untuk menganalisis permainan. Menurut Dean Oliver, ada empat faktor penting yang dapat memengaruhi kesuksesan sebuah tim, yaitu shooting, turnover, rebounding, dan free throw.
NBA Finals 2000 antara Los Angeles Lakers dan Indiana Pacers juga tidak lepas dari empat faktor tersebut. Kira-kira seperti apa faktor penentu hasil final Lakers vs Pacers di NBA Finals 2000 itu?
1. Lakers dan Pacers sama kuat dalam efektivitas field goal

Los Angeles Lakers dan Indiana Pacers menyuguhkan pertandingan sengit dalam enam pertandingan di NBA Finals 2000. Kedua tim mampu membuat tembakkan yang efektif sehingga menghasilkan poin. Ini tampak dari data Lakers dan Pacers yang sama-sama menciptakan 51,5 persen effective field goal percentage (EFG%) dari 6 pertandingan final.
Shaquille O'Neal menjadi pemain paling menonjol. Ia efektif menghasilkan poin bagi Lakers. Rata-ratanya mencapai 38 poin per pertandingan. EFG%-nya bahkan di atas rata-rata tim dengan 61,1 persen.
Sementara itu, Indiana Pacers memiliki Reggie Miller. Sang pemain mengoleksi 24,3 poin per pertandingan.
2. Los Angeles Lakers sukses meminimalisasi turnover

Meski kedua tim mampu tampil sengit, Indiana Pacers ternyata lebih sering membuat kesalahan. Tim yang berbasis di Indianapolis ini lebih banyak kehilangan penguasaan bola.
Indiana Pacers menghasilkan turnover percentage (TOV%) yang lebih tinggi dari Los Angeles Lakers dengan 10,6 persen. Lakers sendiri hanya 9,9 persen.
Jalen Rose yang tampil sebagai small forward menjadi sosok yang paling sering kehilangan bola di Indiana Pacers. Ia melakukan 17 turnover dalam 6 pertandingan.
3. Lakers mendominasi rebound berkat Shaquille O'Neal

Shaquille O'Neal dominan di bawah ring. Ia banyak mendapatkan rebound. O'Neal membuat Los Angeles Lakers unggul dalam offensive rebound percentage (ORB%) dengan 27,2 persen. Indiana Pacers sendiri hanya 22,9 persen.
Shaquille O'Neal merepotkan pertahanan Indiana Pacers selama NBA Finals 2000. Center kelahiran New Jersey ini memanfaatkan postur tubuhnya untuk mendominasi area bawah ring. Dirinya bahkan berhasil mendapatkan total 100 rebound di final, baik saat menyerang maupun bertahan.
Los Angeles Lakers juga mampu mengamankan pertahanannya. Mereka unggul dalam defensive rebound percentage (DRB%) dengan 77,1 persen.
4. Indiana Pacers lebih piawai memanfaatkan free throw
Meski kalah dari segi turnover dan rebound, Indiana Pacers mampu mengoptimalkan free throw. Tim asal Indianapolis ini bahkan mengungguli free throw percentage (FT%) Los Angeles Lakers dengan 32,9 persen berbanding 19,9 persen.
Reggie Miller menjadi sosok paling banyak memanfaatkan free throw di NBA Finals 2000. Dirinya memasukkan 45 free throw dari 46 percobaan untuk Pacers. Namun, itu semua belum cukup membawa tim asal Indianapolis tersebut mengadang keperkasaan Lakers.
5. Tonggak kejayaan Lakers era 2000-an

Los Angeles Lakers berhasil mengalahkan Indiana Pacers di NBA Finals 2000 dengan agregat 4-2. Mereka unggul dari segi TOV% dan ORB% serta imbang dalam EFG% sehingga mendapat bobot mencapai 85 persen.
EFG% sendiri berbobot 40 persen. TOV% dan ORB% berbobot 25 dan 20 persen. Sementara, FT% berbobot 15 persen. Indiana Pacers hanya unggul dalam FT% sehingga bobotnya tidak lebih besar dari Lakers. Empat faktor itulah yang menentukan keberhasilan Lakers juara NBA 2000.
Ini sekaligus menjadi gelar pertama bagi duet Shaquille O'Neal dan Kobe Bryant sepanjang karier profesional mereka. O'Neal bahkan mampu menyabet gelar NBA Finals MVP. Mereka kemudian juara dua kali lagi secara beruntun pada 2001—2002.