5 Pembalap MotoGP yang Jadi Juara Dunia meski Bukan Kampiun Terbanyak

- Jorge Martin menang 3 kali, tapi konsistensi mengumpulkan poin membuatnya juara dunia MotoGP 2024 dengan total 508 poin.
- Joan Mir merebut gelar juara dunia dengan 7 podium dan hanya 1 kemenangan di musim MotoGP 2020, mengoleksi total 171 poin.
- Nicky Hayden tampil konsisten sepanjang musim 2006, hanya memenangkan 2 balapan tetapi mengumpulkan total 252 poin untuk menjadi juara dunia.
Terminologi juara dan pemenang memiliki makna yang berbeda. Dalam MotoGP, pemenang bisa diartikan sebagai pembalap yang memenangkan suatu sesi balap, entah itu sprint atau main race. Di sisi lain, juara adalah pembalap yang mengumpulkan poin terbanyak pada akhir musim sehingga pantas menyandang gelar juara dunia.
Secara logis, pembalap yang paling banyak menang tentu punya kans tertinggi untuk menjadi juara dunia. Jika sering menang, sang kampiun mengumpulkan poin tertinggi dari setiap serinya. Sayangnya, perhitungan seperti itu tak selalu terjadi.
Dalam beberapa musim era MotoGP, ada pembalap yang bisa merebut titel juara dunia meski bukan pemenang terbanyak. Konsistensi jadi modal utama untuk mendulang akumulasi poin tinggi. Setidaknya ada lima pembalap yang bisa melakukannya. Siapa saja? Simak ulasannya berikut ini!
1. Jorge Martin menang tiga kali pada musim 2024
Jorge Martin bisa merebut gelar juara dunia meski hanya menang main race tiga kali. Bandingkan dengan Francesco Bagnaia yang merebut 11 kemenangan. Namun, pada musim 2024, terdapat sesi sprint yang juga jadi ladang perebutan poin. Martin bisa tampil lebih konsisten secara keseluruhan.
Meski banyak menang, Bagnaia juga banyak membuang kesempatan. Juara dunia bertahan itu delapan kali tak finis balapan di sprint dan main race. Sementara itu, Jorge Martin hanya tiga kali gagal finis. Pada akhir musim, Martin mengoleksi 508 poin. Bagnaia kalah tipis dengan raihan 498 poin.
2. Joan Mir hanya sekali menang pada 2020
Joan Mir merebut gelar juara dunia dengan modal konsistensi. Selama semusim ia merebut 7 podium, termasuk 1 kemenangan. Mir mengoleksi total 171 poin.
Musim 2020 memang jadi musim dengan pemenang yang silih berganti sehingga jarang yang bisa tampil konsisten. Dari 14 seri yang dilombakan, ada 9 pembalap yang bisa menang. Miguel Oliveira (2), Fabio Quartararo (3), dan Franco Morbidelli (3) adalah kampiun yang bisa menang lebih dari sekali.
3. Bukan pemenang terbanyak, Marc Marquez rebut titel musim 2013 and 2017
Marc Marquez dua kali jadi juara dunia meski bukan jadi kampiun dengan jumlah kemenangan terbanyak. Saat debut pada 2013, Marquez menang 6 kali, sedangkan Jorge Lorenzo bisa menang 8 kali. Namun, pada akhir musim Marquez bisa lebih unggul 4 poin dari Lorenzo.
Pada 2017 Marquez ditantang Andrea Dovizioso. Keduanya bisa merebut 6 kemenangan. Kendati begitu, Marquez lebih banyak finis di posisi podium. Tak heran jika akhirnya Marquez yang jadi juara.
4. Kalahkan Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo raih titel musim 2012
Melombakan 18 seri Grand Prix, titel musim 2012 diperebutkan dua nama besar. Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa saling serang agar bisa menang. Lorenzo mendulang 350 poin, sedangkan Pedrosa membawa pulang 332 poin pada akhir musim.
Dani Pedrosa paling sering jadi kampiun. Ia mengumpulkan 7 kemenangan. Sayangnya, ia pernah beberapa kali tak finis podium. Sementara itu, Lorenzo merebut 6 kemenangan, tetapi lebih sering finis P1 dan P2.
5. Hanya dua kali menang, Nicky Hayden bisa unggul dari Valentino Rossi pada 2006
Nicky Hayden tampil konsisten sepanjang musim 2006. Ia bisa mengoleksi 252 poin di klasemen akhir. Jumlah itu lebih banyak lima poin dari milik Valentino Rossi.
Dari 17 seri balap, Hayden hanya mengumpulkan 2 kemenangan. Kendati begitu, ia hampir selalu finis dengan apik. The Kentucky Kid gagal finis hanya karena ditabrak rekan setimnya, Dani Pedrosa.
Di sisi lain, Rossi bisa merebut 5 kemenangan. Sayangnya, ia banyak mengalami kendala teknis dan sempat cedera. Ia juga pernah melakukan kesalahan dan terjatuh.
Kemenangan sangat penting di MotoGP. Namun, kelima pembalap di atas membuktikan bahwa jumlah kemenangan bukan satu-satunya penentu dalam perebutan gelar. Pada akhirnya, konsistensi untuk mendulang poin maksimal jauh lebih penting untuk jangka panjang.