7 Pembalap Formula 1 Ini Mewarisi 'DNA Balap' dari Sang Ayah

Buah tak jatuh jauh dari pohonnya menjadi ungkapan yang tepat bagi para pembalap Formula 1 ini. Karena bakat balap mengalir dari sang ayah, yang telah lebih dulu berkompetisi di ajang balap jet darat ini. Meski begitu, kemampuan sang anak tak kalah bagus dari ayahnya.
Bahkan ada yang prestasinya melebihi sang ayah saat berlaga di Formula 1. Bahkan ada juga ayah dan anak yang mampu untuk menjadi juara dunia, sebuah prestasi yang cukup membanggakan sekaligus langka. Berikut tujuh ayah dan anak yang pernah berkompetisi di Formula 1.
1. Graham dan Damon Hill

Graham Hill cukup lama berkarier di ajang Formula 1, yakni selama 17 tahun. Graham pertama kali membalap bersama Lotus pada musim 1958, namun ia baru bisa meraih kemenangan sekaligus gelar juara pertama pada musim 1962 saat membela BRM. Pembalap asal Inggris ini kemudian merengkuh gelar juara dunia keduanya pada musim 1968 yang kali ini bersama Lotus.
Damon sendiri mengawali kariernya di Formula 1 pada musim 1992, kala itu ia tak terlalu sukses ketika membela Brabham. Semusim berselang ia dikontrak Williams untuk menggantikan Nigel Mansell yang memilih berlaga di ajang IndyCar. Menemani Alain Prost ia mampu menunjukkan kemampuannya dengan menempati peringkat ketiga di akhir musim.
Momen juara dunia Damon Hill datang pada musim 1996, saat itu ia bersaing sengit dengan rekan setimnya, Jacques Villeneuve. Damon mengunci gelarnya ketika ia memenangi seri terakhir di GP Jepang, sedangkan Villeneuve mengalami kecelakaan. Sayangnya, Graham tak dapat melihat anaknya meraih gelar juara dunia, karena ia telah meninggal dunia pada tahun 1975.
2. Gilles dan Jacques Villeneuve

Gilles Villeneuve merupakan salah satu pembalap Formula 1 terbaik yang tak pernah merasakan gelar juara dunia. Momen terdekatnya menjadi juara dunia adalah pada musim 1979, kala itu ia harus puas sebagai runner up di belakang Jody Scheckter. Sayang, karier VIlleneuve berakhir tragis pada musim 1982, ia meninggal dunia saat membalap di sirkuit Zolder, Belanda.
Meskipun Gilles tak sempat meraih gelar juara dunia, prestasi tersebut akhirnya diukir oleh sang anak, Jacques Villeneuve pada musim 1997 saat membela Williams. Ketika itu ia bersaing ketat dengan pembalap Ferrari, Michael Schumacher. Perebutan gelar juara dunia akhirnya harus dituntaskan pada seri terakhir di sirkuit Jerez.
Ketika itu Schumacher sebenarnya unggul satu poin dari Villeneuve, namun insiden yang melibatkan dirinya dan Villeneuve menyebabkan Schumacher tak dapat melanjutkan balapan kembali. Meskipun Villeneuve hanya mampu finis di posisi ketiga, itu sudah cukup untuk mengunci gelar juara dunia.
3. Keke dan Nico Rosberg

Satu lagi ayah dan anak yang bisa meraih gelar juara dunia, yakni Keke dan Nico Rosberg. Keke sendiri meraih gelar juara dunia pada tahun 1982 saat membela Williams. Ketika itu sebenarnya duo Ferrari, Gilles Villeneuve dan Didier Pironi yang lebih difavoritkan. Sayang keduanya mengalami kecelakaan hebat, Gilles harus kehilangan nyawanya di sirkuit Zolder, Belgia. Sedangkan Pironi pensiun lebih cepat akibat kecelakaan fatal di sirkuit Hockenheimring, Jerman.
Prestasi sang ayah akhirnya berhasil diikuti Nico Rosberg saat dirinya berhasil meraih titel juara dunia pada tahun 2016 ketika membela Mercedes. Saat itu ia mendapat tantangan serius dari rekan setimnya, Lewis Hamilton. Meskipun Hamilton meraih lebih banyak kemenangan, namun Nico yang akhirnya merebut gelar juara dunia.
4. Jos dan Max Verstappen

Karier Jos Verstappen di Formula 1 bermula pada tahun 1994, kala itu ia membela Benetton dan bersanding dengan juara dunia musim itu, Michael Schumacher. Ia sebenarnya mengawali kariernya dengan cukup bagus ketika dua kali meraih podium pada GP Hungaria dan Belgia. Sayang, setelahnya ia tak lagi mampu berdiri di atas podium hingga pensiun tahun 2003.
Max Verstappen sendiri bisa dibilang mempunyai prestasi lebih baik dari sang ayah. Ia bahkan menjadi pembalap termuda yang meraih kemenangan, tepatnya pada GP Spanyol tahun 2016 saat membela Red Bull. Musim ini menjadi momen terbaik baginya untuk meraih juara dunia, sebab hingga jeda musim panas ia telah mengoleksi lima kemenangan dan berada di peringkat kedua di belakang Lewis Hamilton.
5. Jan dan Kevin Magnussen

Kevin Magnussen meninggalkan Haas pada akhir musim 2020 lalu setelah hanya mendapat satu poin dan lima kali gagal finis. Memang prestasi Kevin tak terlalu gemilang di Formula 1, ia hanya pernah meraih sekali podium pada balapan debutnya di GP Australia musim 2014 kala membela McLaren. Setelah itu ia tak lagi merasakan podium meskipun telah berpindah ke Renault dan Haas.
Sedangkan Jan sendiri hanya tiga musim berkompetisi di Formula 1, ia mengawali debutnya bersama McLaren pada GP Pasifik tahun 1995 menggantikan Mika Hakkinen. Kemudian pada musim 1997 ia dikontrak satu musim penuh oleh Stewart, meski begitu prestasi terbaiknya hanya finis keenam pada balapan terakhirnya di GP Kanada tahun 1998. Jan sendiri memang lebih dikenal sebagai pembalap endurance, seperti 24 Hours Le Mans dan 24 Hours Daytona.
6. Michael dan Mick Schumacher

Tak ada yang meragukan kemampuan Michael Schumacher dalam mengendarai mobil Formula 1. 91 kemenangan dan 7 gelar juara dunia menjadi bukti nyata kehebatannya. Dua gelar pertamanya ia raih saat membela Benetton di musim 1994 dan 1995, sementara sisanya ia dapat ketika membela Ferrari dari musim 2000 hingga 2004.
Mick sendiri baru saja memulai debut di Formula 1 pada musim 2021 ini dengan membela Haas. Namun, hingga jeda musim panas ia tak sekalipun meraih poin, mengingat Haas merupakan mobil terlambat pada musim ini. Mick sebenarnya mempunyai modal bagus ketika menyabet juara di ajang Formula 3 Eropa dan Formula 2. Akankah ia akhirnya dapat mengikuti prestasi ayahnya?.
7. Nelson Piquet dan Piquet Jr

Nelson Piquet merupakan salah satu pembalap tersukses pada dekade '80-an, bersaing dengan nama-nama top macam Ayrton Senna, Alain Prost, hingga Nigel Mansell ia mampu meraih tiga gelar juara dunia. Dua kali bersama Brabham pada musim 1981 dan 1983 serta sekali kala membela Williams di musim 1987.
Karier Piquet Jr sendiri dimuali pada musim 2008 bersama Renault dan sempat meraih podium pada GP Jerman, namun kariernya menurun tajam usai kejadian kontroversial pada GP Singapura. Kala itu ia disebut sengaja menabrakkan mobilnya ke dinding untuk memuluskan jalan rekan setimnya, Fernando Alonso dalam meraih kemenangan. Pada musim berikutnya kariernya selesai setelah hanya bertahan setengah musim.
Meskipun merupakan anak dari seorang pembalap Formula 1, bahkan ada yang menjadi juara dunia. Namun, itu semua tak menjadi beban bagi sang anak, bahkan beberapa diantaranya keriernya justru lebih cemerlang dari sang ayah.