Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kontroversi Besar yang Pernah Terjadi dalam Sejarah Formula 1

potret mobil F1 Red Bull
potret mobil F1 Red Bull (pexels.com/jonathanborba)
Intinya sih...
  • Spygate McLaren pada 2007 menjadi salah satu denda terbesar dalam sejarah olahraga
  • Crashgate, manipulasi balapan yang dilakukan Renault pada GP Singapura 2008
  • Aksi tak sportif Michael Schumacher pada GP Jerez 1997 merusak reputasinya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Formula 1 identik dengan kecepatan tinggi, adu strategi, dan inovasi teknologi. Namun, balapan jet darat ini juga penuh dengan drama yang tak jarang berujung kepada kontroversi. Di balik sorak kemenangan dan selebrasi juara, tersimpan berbagai kontroversi yang mengguncang citra olahraga ini dan menjadi bagian dari catatan kelam yang terus diingat dalam sejarah F1.

Selain memengaruhi hasil balapan, skandal-skandal ini berdampak kepada reputasi tim, pembalap, hingga citra olahraga secara keseluruhan. Beberapa di antaranya menimbulkan denda fantastis, larangan berkecimpung di Formula 1, hingga debat kusir bagi penggemar. Dengan segala dampaknya, lima kasus berikut dianggap sebagai skandal besar dalam sejarah Formula 1.

1. Spygate McLaren pada 2007 menjadi salah satu denda terbesar dalam sejarah olahraga

Tahun 2007 menjadi salah satu musim paling kacau dalam sejarah Formula 1. Skandal bermula ketika Nigel Stepney, mantan karyawan Ferrari, membocorkan dokumen rahasia setebal 780 halaman kepada Mike Coughlan, kepala desainer McLaren. Dokumen tersebut berisi detail teknis mobil Ferrari yang jelas memberikan potensi keuntungan besar bagi rival terberatnya.

Federation Internationale de l'Automobile (FIA) melakukan investigasi mendalam setelah bukti kuat ditemukan. Hasilnya, McLaren dinyatakan bersalah dan mendapat hukuman terbesar dalam sejarah Formula 1 dengan denda sebesar 100 juta dolar AS (Rp1,631 triliun) serta penghapusan seluruh poin konstruktor pada musim tersebut. Hukuman ini masih tercatat sebagai salah satu sanksi terbesar dalam dunia olahraga.

Meski Lewis Hamilton dan Fernando Alonso tetap diizinkan bersaing dalam perebutan gelar juara pembalap, reputasi McLaren runtuh. Spygate menjadi peringatan keras bagi seluruh tim, persaingan sengit tidak boleh melampaui batas etika dan sportivitas. Hingga kini, kasus ini masih menjadi pelajaran penting betapa besar risiko yang ditanggung jika tim melanggar integritas kompetisi.

2. Crashgate, manipulasi balapan yang dilakukan Renault pada GP Singapura 2008

Setahun setelah Spygate, Formula 1 kembali diguncang skandal besar. Pada GP Singapura 2008, Nelson Piquet Jr diperintahkan timnya, Renault, untuk sengaja menabrakkan mobilnya ke dinding. Tujuannya untuk memunculkan safety car pada momen yang menguntungkan strategi pit stop rekan setimnya, Fernando Alonso.

Strategi manipulatif itu berjalan dengan sempurna. Alonso yang start dari posisi ke-15 mampu memanfaatkan situasi dan akhirnya meraih kemenangan balapan. Publik saat itu tidak menaruh curiga, hingga Piquet Jr mengungkap kebenaran setahun kemudian setelah kontraknya dengan Renault diputus.

Hukuman pun dijatuhkan dengan Flavio Briatore, team principal Renault, mendapat larangan seumur hidup terlibat di Formula 1. Sementara itu, Pat Symonds sebagai director of engineering Renault, dijatuhi sanksi larangan terlibat di F1 selama 5 tahun meski kemudian dicabut. Skandal ini dianggap sebagai salah satu momen paling memalukan dalam sejarah F1 karena manipulasi balapan bahkan bisa terjadi di level tertinggi motorsport dunia.

3. Aksi tak sportif Michael Schumacher pada GP Jerez 1997 merusak reputasinya

Michael Schumacher dikenal sebagai salah satu pembalap terhebat dalam sejarah Formula 1. Namun, reputasi gemilangnya juga diwarnai kontroversi. Pada GP Australia 1994, Schumacher yang bersaing ketat dengan Damon Hill terlibat tabrakan dramatis. Insiden itu membuat keduanya gagal finis, tetapi gelar juara pembalap tetap jatuh ke tangan Schumacher.

Tiga tahun kemudian, skenario serupa terjadi pada GP Jerez 1997. Kali ini Schumacher bertabrakan dengan Jacques Villeneuve dalam perebutan gelar juara pembalap. Berbeda dengan 1994, kali ini FIA menjatuhkan sanksi tegas dengan mendiskualifikasi Schumacher dari klasemen kejuaraan pembalap.

Kontroversi tabrakan ini menodai citra sportivitas sang juara dunia tersebut. Banyak pihak menilai Schumacher tidak segan mengambil langkah berisiko, bahkan bertindak curang, demi memastikan gelar juara tetap berada dalam genggamannya. Reputasinya sebagai pembalap hebat pun selalu dibayangi perdebatan tentang batas antara ambisi dan permainan kotor.

4. Masalah keamanan ban pada GP Amerika Serikat 2005 mencoreng citra F1

GP Amerika Serikat 2005 di Indianapolis tercatat sebagai salah satu balapan paling memalukan dalam sejarah Formula 1. Masalah ini bermula dari ban Michelin yang tidak sanggup menahan tekanan di tikungan berkecepatan tinggi. Kondisi tersebut menimbulkan ancaman serius bagi keselamatan para pembalap.

Bos Michelin saat itu, Pierre Dupasquier, sempat memberikan solusi kepada FIA dengan memperlambat laju mobil atau mengubah lanskap lintasan. Namun, permintaan tersebut ditolak. Sebanyak 14 mobil yang menggunakan ban Michelin mengundurkan diri sebelum start karena alasan keamanan mobil. Akibatnya, hanya enam mobil dengan ban Bridgestone yang benar-benar mengikuti balapan.

Dampak dari kontroversi ini sangat besar terhadap reputasi F1, terutama di Amerika Serikat. Para penonton yang memenuhi tribun merasa tertipu, bahkan banyak yang mengolok-olok jalannya balapan karena minim kompetisi. Alih-alih memperluas pasar, F1 justru kehilangan kepercayaan dari publik Paman Sam dalam jangka waktu lama.

5. Kontroversi duel Verstappen vs Hamilton pada Abu Dhabi 2021 memicu debat kusir fans

Musim 2021 menghadirkan salah satu pertarungan gelar juara pembalap paling dramatis sepanjang sejarah Formula 1. Lewis Hamilton dan Max Verstappen tiba pada seri terakhir di Abu Dhabi dengan poin sama. Balapan berjalan menegangkan hingga muncul safety car pada akhir lomba akibat insiden yang menimpa Nicholas Latifi memicu keputusan kontroversial race director.

Michael Masi selaku race director memutuskan hanya mobil di antara Hamilton dan Verstappen yang boleh melakukan unlap. Aturan mendadak itu membuat balapan ditentukan lewat duel satu putaran terakhir. Dalam momen krusial tersebut, Verstappen yang menggunakan ban baru sukses menyalip Hamilton dan meraih gelar juara dunia pembalap.

FIA kemudian mengakui adanya human error, tetapi hasil balapan tidak dapat berubah. Kontroversi ini memicu perdebatan global mengenai keadilan, integritas, dan konsistensi pengambilan keputusan di Formula 1. Abu Dhabi 2021 kemudian menjadi tonggak penting yang mendorong reformasi besar dalam regulasi balapan dan tata kelola FIA.

Sejarah Formula 1 tidak hanya soal gelar juara dan kecanggihan teknologi, tetapi juga kontroversi yang meninggalkan noda bagi olahraga ini. Rangkaian kontroversi menunjukkan, di balik gemerlap podium, integritas selalu menjadi hal yang harus dijunjung tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us