3 Musim Terakhir Juara LaLiga Bukan Barcelona atau Duo Madrid

- Valencia menjadi juara LaLiga 2003/2004 dengan 77 poin, unggul 5 angka dari Barcelona
- Valencia di musim tersebut hanya kebobolan 27 gol dan berhasil mengunci gelar juara pada pekan ke-36
- Pada 2001/2002, Valencia juga menjadi juara LaLiga dengan 75 poin, unggul 6 angka dari Real Madrid
LaLiga Spanyol banyak mendapat sentimen sebagai kompetisi yang membosankan karena persaingan gelar juara yang cenderung monoton. Hampir tiap musimnya, trofi hanya diperebutkan oleh tiga tim, yaitu Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Dari 93 edisi yang sudah rampung sejak 1929, 74 di antaranya dimenangi oleh ketiga tim tersebut.
Makin ironis, dominasi tersebut justru malah menguat ketika sepak bola memasuki era modern pada awal 2000-an. Sejak 2003/2004, tidak pernah ada tim lain yang berhasil menjadi juara LaLiga selain ketiga raksasa tersebut. Berikut ini kisah tiga musim terakhir ketika LaLiga dimenangkan bukan oleh Barcelona, Real Madrid, atau Atletico Madrid.
1. Valencia menjadi juara pada 2003/2004
Musim 2003/2004 menjadi kali terakhir LaLiga dimenangi bukan oleh Barcelona, Real Madrid, atau Atletico Madrid. Saat itu, Valencia keluar sebagai juara. Mereka berhasil mengakhiri musim dengan 77 poin, unggul 5 angka dari Barcelona.
Valencia yang saat itu dilatih oleh Rafael Benitez meraih 23 kemenangan, 8 keimbangan, dan menelan 7 kekalahan. Mereka mencetak 71 gol dan kebobolan 27 gol. Los Ches diperkuat oleh para pemain bertalenta, seperti Santiago Canizares, Roberto Ayala, Ruben Baraja, Vicente, Mista, David Albelda, Carlos Marchena, dan Pablo Aimar.
Pada paruh pertama, Valencia berhasil menyapu bersih pertandingan melawan Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid dengan kemenangan. Pada paruh kedua, mereka hanya bisa mengalahkan Atletico Madrid. Sementara, saat melawan Real Madrid, Valencia bermain imbang. Ketika bertemu Barcelona, mereka menelan kekalahan.
Hebatnya, Valencia berhasil mengunci gelar juara pada pekan ke-36. Saat itu, mereka berhasil mengalahkan Sevilla dengan skor 2-0. Sementara, Barcelona dan Real Madrid sama-sama mengalami kekalahan. Setelah pertandingan tersebut, Valencia memuncaki klasemen dengan 77 poin, unggul 7 angka dari Real Madrid. Dengan dua pertandingan tersisa, jarak tersebut tentu tidak akan lagi terkejar.
Menariknya, setelah dipastikan menjadi juara, Valencia justru mengakhiri dua pertandingan pamungkas musim tersebut dengan kekalahan. Pada pekan ke-37, mereka menyerah di tangan Villarreal dengan skor 1-2. Pada pertandingan terakhir, mereka kalah tipis dengan skor 0-1 dari Albacete yang merupakan tim promosi.
2. Valencia juga menjadi juara 2001/2002
Sebelum 2003/2004, Valencia juga menjadi juara LaLiga pada 2001/2002. Ini merupakan musim perdana Rafael Benitez sebagai pelatih mereka. Hebatnya, sosok asli Spanyol tersebut direkrut usai membawa Tenerife promosi ke LaLiga.
Pada 2001/2002, Valencia melewati 13 pertandingan pertama tanpa kekalahan. Hingga akhir musim, mereka bahkan hanya merasakan lima kekalahan. Valencia mengumpulkan 75 poin dari hasil 21 kemenangan, 12 keimbangan, dan 5 kekalahan.
Deportivo La Coruna dan Real Madrid menjadi pesaing utama Valencia pada musim ini. Deportivo berakhir di posisi kedua dengan 68 poin. Real Madrid yang merupakan juara bertahan berada di peringkat ketiga dengan 66 poin. Barcelona bertengger di posisi keempat dengan 64 poin. Sementara, Atletico Madrid tidak bermain di LaLiga. Mereka menghuni Segunda Division pada 2001/2002 dan 2000/2001.
Secara skuad, kekuatan Valencia pada 2001/2002 tidak berbeda jauh dengan 2003/2004. Bahkan, bisa dibilang, mereka lebih lemah pada 2001/2002. Salah satu tolak ukurnya adalah status top skor yang diemban Ruben Baraja yang merupakan seorang gelandang. Jumlah golnya pun hanya tujuh gol. Secara keseluruhan, mereka hanya bisa mencetak 51 gol.
Valencia mengganti kelemahan di lini depan dengan kekokohan di lini belakang. Mereka hanya kebobolan 27 gol. Jumlah tersebut berbanding jauh dengan Real Betis sebagai tim yang paling sedikit kebobolan kedua. Pada musim ini, Real Betis kebobolan 34 gol.
Valencia mengunci gelar juara LaLiga 2001/2002 pada pekan ke-37. Mereka berhasil mengalahkan Malaga dengan skor 2-0. Pada saat yang sama, Real Madrid hanya bisa bermain imbang tanpa gol melawan Mallorca. Hasilnya, Valencia memuncaki klasemen dengan 72 poin, unggul 6 angka dari Los Blancos.
Pada pertandingan pamungkas, Valencia menyempurnakan gelar juara mereka dengan mengalahkan Real Betis. Deportivo La Coruna naik ke posisi kedua usai membantai Real Madrid dengan skor 3-0. Sementara, Barcelona hanya bisa bermain imbang dengan Real Zaragoza.
3. Deportivo La Coruna membuat kejutan pada 1999/2000
Deportivo La Coruna hadir sebagai tim kejutan di LaLiga pada medio 1990-an. Mereka promosi pada 1991/1992. Setelah berakhir di posisi 17 pada musim pertamanya, Os brancoazuis berhasil menjadi runner-up dalam dua musim berikutnya.
Pada 1995/1996, Deportivo yang berganti pelatih dari Arsenio Iglesias ke John Toshack hanya bisa berakhir di posisi sembilan. Mereka melejit ke peringkat ketiga bersama Carlos Alberto Silva pada 1996/1997. Namun, pada 1997/1998, Deportivo kembali turun ke posisi 12 bersama Jose Manuel Corral.
Pada awal 1998/1999, Deportivo kembali memakai jasa pelatih baru. Mereka menunjuk Javier Irureta. Pada musim pertamanya, Irureta berhasil membawa Deportivo berakhir di posisi keenam.
Puncak dari kejutan Deportivo terjadi pada 1999/2000. Mereka berhasil menjadi juara dengan 69 poin. Deportivo meraih 21 kemenangan, 6 keimbangan, dan menelan 11 kekalahan. Mereka unggul lima angka dari Barcelona.
Saat itu, Roy Makaay menjadi bintang utama bagi Deportivo. Penyerang asal Belanda tersebut berhasil mencetak 22 gol. Makaay baru direkrut pada awal musim dari Tenerife yang bermain di Segunda Division. Selain Makaay, Djalminha dan Pauleta menjadi dua pemain lain yang menonjol pada musim tersebut.
Deportivo memastikan gelar juara mereka pada pertandingan terakhir. Pada pekan 37, Barcelona masih berpeluang untuk menyalip. Saat itu, mereka berada di posisi kedua dengan 63 poin, tertinggal 3 angka dari Deportivo.
Namun, pada pertandingan pamungkas, Barca justru terpeleset. Mereka ditahan oleh Celta Vigo dengan skor 2-2. Pada saat yang sama, Deportivo mengalahkan rival sekota Barcelona, Espanyol, dengan skor 2-0.
Sayangnya, setelah gelar juara tersebut, performa Deportivo secara perlahan menurun. Mereka hanya bisa bersaing di papan tengah. Pada 2010/2011, Deportivo akhirnya terdegradasi. Saat ini, Deportivo juga masih bermain di Segunda Division.
Pada 2024/2025, Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid kembali bertarung untuk menjadi juara. Hingga pekan ke-25, Barcelona memuncaki klasemen dengan 65 poin. Mereka unggul head-to-head dari Real Madrid dan satu poin dari Atletico Madrid.
Di posisi keempat, ada Athletic Club yang memiliki 48 poin. Secara matematis, mereka memang masih bisa untuk menjadi juara. Namun, dengan kondisi persaingan yang ada, keajaiban semacam itu tampaknya sangat sulit untuk kembali terjadi di LaLiga.