4 Pelatih Portugal dalam Sejarah Serie A Italia

Sergio Conceicao ditunjuk AC Milan untuk menjadi pelatih mereka pada 30 Desember 2024. Pria yang berasal dari Portugal ini dikontrak Rossoneri hingga 30 Juni 2026. Conceicao mendapat tugas berat untuk membawa AC Milan bangkit.
Kejatuhan AC Milan pada 2024/2025 tidak terlepas dari kinerja buruk Paulo Fonseca, pelatih sebelumnya. Sosok yang juga berasal dari Portugal itu dipecat akibat tidak mampu menghadirkan peningkatan yang diharapkan. Padahal, Fonseca baru ditunjuk sebagai pelatih AC Milan pada awal musim. Oleh karena itu, selain bertanggung jawab untuk memperbaiki AC Milan, Sergio Conceicao juga punya kewajiban untuk mengangkat kembali derajat pelatih Portugal yang baru saja tercoreng di Serie A Italia.
Secara keseluruhan, selain Conceicao dan Fonseca, ada dua pelatih lain yang berasal dari Portugal yang pernah menghiasi kompetisi ini. Mereka adalah Jose Mourinho dan Paulo Sousa. Seperti apa kiprah ketiga pendahulu Conceicao? Seperti apa pula proyeksi AC Milan di bawah asuhan Conceicao?
1. Jose Mourinho melatih Inter Milan dan AS Roma
Jose Mourinho menjadi nama pertama dan tersukses dalam daftar ini. The Special One bekerja untuk Inter Milan pada 2008/2009 dan 2009/2010. Dua musim bertahan bersama I Nerazzuri, dua scudetto pula yang berhasil dipersembahkan Mourinho.
Pada musim terakhirnya (2009/2010), Mourinho bahkan membawa Inter Milan meraih treble winner. Selain juara di liga, mereka juga menjadi kampiun Coppa Italia dan Liga Champions Eropa. Gelar juara Liga Champions pada musim itu merupakan yang pertama sejak 1965 dan yang ketiga dalam sejarah klub. Satu gelar juara lain diraih pada 1964.
Prestasi tersebut membawa Mourinho dipinang Real Madrid. Setelah berkarier di Spanyol, ia kembali ke Inggris untuk menukangi Chelsea, Manchester United, dan Tottenham Hotspur. Pada 2021, Mourinho akhirnya kembali ke Italia untuk bergabung dengan AS Roma.
Di klub ibu kota tersebut, Mourinho sukses menghadirkan gelar juara pada musim pertamanya pada 2021/2022. Namun, trofi yang diraih bukan Serie A atau Coppa Italia, melainkan Liga Konferensi Eropa. Bagi AS Roma, capaian tersebut tetap berharga karena merupakan piala pertama sejak terakhir kali menjadi juara Coppa Italia 2008.
Semusim kemudian (2022/2023), Mourinho juga sebetulnya kembali mampu membawa AS Roma melaju ke final. Mereka mencapai babak puncak Liga Europa. Sayangnya, I Giallorossi kalah dari Sevilla lewat adu penalti.
Sementara, di Serie A, kinerja Mourinho untuk AS Roma tidak terlalu mentereng. Pada 2021/2022, ia hanya mampu membawa mereka berakhir di posisi keenam. Begitu pun pada 2022/2023.
Pada 2023/2024, Mourinho yang kini melatih Fenerbahce mulai mengalami turbulensi. Ia akhirnya dipecat setelah pekan ke-20, tepatnya pada 16 Januari 2024. Ia meninggalkan AS Roma di posisi sembilan saat itu.
2. Paulo Sousa pernah membesut Fiorentina dan Salernitana
Setelah kepergian Jose Mourinho ke Real Madrid dari Inter Milan, Serie A kembali diwarnai pelatih asal Portugal pada 2015. Dia adalah Paulo Sousa yang bergabung dengan Fiorentina. Seperti Mourinho, ia juga bertahan di klub pertamanya di Italia tersebut selama 2 musim.
Prestasi Sousa sayangnya tidak sementereng Mourinho. Pada musim pertamanya pada 2015/2016, ia hanya bisa membawa La Viola berakhir di posisi kelima. Fiorentina turun satu peringkat dari musim sebelumnya (2014/2015) ketika masih dilatih Vincenzo Montella.
Pada musim selanjutnya (2016/2017), kinerja Sousa jeblok. Mereka turun 3 peringkat ke posisi 8. Fiorentina pun tidak melanjutkan kerja sama untuk musim berikutnya.
Pada Februari 2023, setelah sempat melanglang buana ke China (Tianjian Quanjian), Prancis (Bordeaux), Polandia (Tim Nasional Polandia), dan Brasil (Flamengo), Sousa kembali singgah di Italia. Ia bergabung dengan Salernitana. Namun, masa kerjanya di Salernitana sangat singkat. Sousa hanya bertahan selama 8 bulan. Ia memimpin mereka dalam 25 pertandingan dengan hasil 5 kemenangan, 2 keimbangan, dan 18 kekalahan.
Per 8 Januari 2025, Sousa bekerja di Uni Emirat Arab bersama Shabab Al Ahli. Ia melipir ke liga yang tidak lebih terkenal dari Serie A. Padahal, masa kariernya di Italia cukup lama. Sebagai catatan, saat masih aktif bermain, Sousa juga pernah berkarier di Italia. Ia membela Juventus (1994--1996), Inter Milan (1998--2000), dan Parma (Januari 2000--Juni 2000). Bersama Juventus, Sousa bahkan mampu menjuarai Serie A 1994/1995, Coppa Italia 1994/1995, Liga Champions 1995/1996, dan Supercoppa Italia 1995/1996.
3. Sebelum AC Milan, Paulo Fonseca pernah bekerja untuk AS Roma
Paulo Fonseca baru saja dipecat AC Milan. Hingga kepergiannya, Fonseca mencatatkan 24 pertandingan bersama mereka. Hasilnya berupa 12 kemenangan, 6 keimbangan, dan 6 kekalahan.
AC Milan bukan klub Serie A pertama yang dilatih Fonseca. Ia merupakan pendahulu Jose Mourinho di AS Roma. Sosok yang sebetulnya lahir di Mozambik ini bekerja selama 2 musim di sana.
Kinerjanya juga tidak spesial. Pada 2019/2020, ia hanya mampu membawa AS Roma berakhir di peringkat lima. Pada musim berikutnya pada 2020/2021, mereka malah turun ke posisi tujuh.
4. Sergio Conceicao sukses bersama FC Porto sebelum bergabung dengan AC Milan
AC Milan berharap bisa merasakan magis yang dibuat Sergio Conceicao di Portugal. Sebelum datang, ia memang berhasil menghadirkan kejayaan untuk FC Porto. Conceicao bekerja di FC Porto pada 2017--2024. Selama itu, ia mampu mempersembahkan 11 trofi domestik berupa 4 trofi Piala Portugal, 3 trofi Primeira Liga Portugal, 3 trofi Piala Super Portugal, dan 1 trofi Piala Liga Portugal.
AC Milan menunjuk Conceicao karena tidak asing dengan sepak bola Italia. Seperti Sousa, Conceicao pernah berkarier di Serie A sebagai pemain. Ia membela Lazio (1998--2000 dan 2003--2004), Parma (2001--2003), dan Inter Milan (2001--2003).
Di Lazio, Sergio Conceicao bahkan mampu mengangkat trofi Serie A 1999/2000 serta Coppa Italia 1999/2000 dan 2003/2004. Ia juga mendapatkan gelar jaura Super Coppa Italia 1998/1999 dan Piala Super Eropa 1999/2000. Itu ditambah Piala Winners UEFA 1998/1999.
Sebelum bergabung dengan AC Milan, Conceicao menganggur pada awal musim. Langkah tersebut diambil karena ia menunggu pekerjaan idaman. Ketika AC Milan meminangnya, Conceicao pun mengaku sangat bahagia. Ia akhirnya bisa melatih salah satu klub terbaik di dunia.
Sergio Conceicao langsung ditantang sejumlah rintangan. Salah satunya menyamai atau bahkan melebihi apa yang dibuat Jose Mourinho bersama Inter Milan. Mampukah Conceicao melakukannya bersama AC Milan? Apalagi, setelah menjadi juara dengan mengalahkan rival sekota, Inter Milan, pada final Supercoppa Italiana 2025.