AC Milan Gugur dari Liga Champions, Conceicao Pasang Badan

- AC Milan ditahan Feyenoord 1-1 di San Siro pada leg kedua play-off 16 besar Liga Champions musim 2024/25.
- Feyenoord melaju ke fase gugur Liga Champions karena unggul agregat 2-1 setelah menang 1-0 di leg pertama.
- Pelatih Sergio Conceicao kecewa dengan kinerja tim dan meminta maaf kepada fans, berharap Milan memiliki mental yang lebih baik di masa depan.
Jakarta, IDN Times - AC Milan dibuat gigit jari saat menjamu Feyenoord pada leg kedua play-off 16 besar Liga Champions musim 2024/25, Rabu (19/2/2025) dini hari WIB. Berduel di San Siro, Milan justru keok ditahan dengan skor 1-1.
Hasil imbang ini sekaligus membuat Rossoneri tersingkir dari turnamen. Feyenoord yang melaju ke fase gugur Liga Champions karena unggul agregat 2-1, lantaran menang 1-0 di leg pertama.
1. Conceicao kecewa Milan gagal menang
Milan yang gagal menang di markas sendiri pun membuat pelatih Sergio Conceicao kecewa. Wajar bila Conceicao berang, mengingat Rossoneri sejatinya sudah unggul berkat gol Santiago Gimenez, saat jalannya duel baru belum genap satu menit.
Tijjani Reijnders dan kawan-kawan juga mendominasi penguasaan bola. Namun, dari 17 tembakan percobaannya setelah unggul, Milan justru ompong di depan gawang.
"Kami kecewa dan marah. Kami tidak bermain baik di Rotterdam (markas Feyenoord) dan mempersiapkan diri untuk menang di leg kedua. Kami hampir mencetak gol kedua, tetapi hasil ini adalah kesalahan kami sendiri," kata Conceicao.
2. Conceicao tetap pasang badan
Milan mulai hilang arah setelah Theo Hernandez diganjar kartu merah sejak menit 51. Berselang 12 menit, tuan rumah dihukum Feyenoord yang mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Terlepas dari itu, Conceicao meminta maaf kepada fans. Dia merasa bersalah, mengingat Joao Felix dan kolega bermain di bawah arahannya.
"Ini adalah kekalahan besar bagi saya, dan saya membuat banyak kesalahan. Saya bertanggung jawab atas kekalahan ini," ujar Conceicao.
3. Mental Milan loyo
Kedepannya, Conceicao berharap Milan bisa memiliki mental yang besar. Aspek itu memang harga mati, mengingat Milan merupakan tim sarat sejarah di Eropa.
"Kami seharusnya lebih baik secara mental, mencetak gol lagi, lalu mengubah jalannya pertandingan. Kami ingin tampil lebih baik, tetapi tidak berhasil melakukannya," ucap Conceicao.