Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Penyebab Penurunan Performa Liverpool pada 2024/2025?

suasana Anfield, markas Liverpool (pexels.com/Tembela Bohle)

Liverpool lagi-lagi harus merelakan kesempatan meraih trofi kejuaraan pada 2024/2025. The Reds harus mengakui keunggulan atas Newcastle United dalam final Carabao Cup 2024/2025 dengan skor 1-2 pada Minggu (16/3/2025) WIB. Kekalahan ini menambah daftar hasil buruk mereka setelah tersingkir dari Liga Champions Eropa 2024/2025 oleh Paris Saint-Germain (PSG) pada babak 16 besar.

Hasil negatif ini mengundang pertanyaan mengenai penyebab penurunan performa Liverpool, terutama pada paruh kedua musim ini. Padahal, tim asuhan Arne Slot sempat tampil gemilang pada awal hingga pertengahan musim dengan unggul jauh di puncak klasemen English Premier League (EPL). Beberapa faktor utama tampaknya berkontribusi terhadap kemunduran performa mereka, mulai dari kelelahan pemain hingga ketergantungan berlebihan pada individu tertentu.

1. Kelelahan akibat jadwal pertandingan yang padat

Liverpool mengalami jadwal yang sangat padat dalam beberapa bulan terakhir, yang berdampak langsung pada fisik dan mental para pemainnya. Dalam 15 hari terakhir saja, mereka harus menjalani lima pertandingan penting, termasuk melawan PSG di Liga Champions dan Newcastle di final Carabao Cup. Situasi ini membuat para pemain utama kehabisan tenaga dan sulit menjaga konsistensi permainan.

Beberapa pemain kunci, seperti Ryan Gravenberch, mengalami peningkatan menit bermain yang signifikan dibandingkan musim sebelumnya. Menurut data The Athletic, Gravenberch telah bermain hampir dua kali lebih banyak daripada musim lalu dengan total 3.515 menit. Ia menjadi pemain ketiga dengan menit bermain terbanyak di Liverpool setelah Virgil van Dijk (3.716 menit) dan Mohamed Salah (3.687 menit). Van Dijk bahkan menjadi pemain nonkiper dengan menit bermain terbanyak di Premier League sejauh ini.

Arne Slot sebenarnya cukup sering merotasi skuadnya pada awal musim. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ia mulai mengandalkan pemain yang sama di hampir tiap pertandingan. Beban berlebih ini jelas berpengaruh pada kebugaran tim secara keseluruhan.

2. Pemain pengganti tak mampu memberikan dukungan bagi pemain utama

Liverpool menghadapi masalah serius dalam kedalaman skuadnya. Beberapa pemain cadangan tidak mampu mengisi peran pemain inti dengan kualitas yang setara, menyebabkan tim kesulitan saat harus melakukan rotasi. Dalam pertandingan melawan PSG, misalnya, Wataru Endo yang sejatinya gelandang bertahan harus dimainkan sebagai bek tengah karena kurangnya opsi pemain di posisi tersebut.

Arne Slot tampaknya kehilangan kepercayaan pada beberapa pemain cadangannya setelah kekalahan dari PSV Eindhoven di Liga Champions dan Plymouth Argyle di Piala FA. Setelah kekalahan tersebut, ia lebih jarang memberikan kesempatan bermain bagi para pemain pelapis, seperti Harvey Elliott, Kostas Tsimikas, dan Jarell Quansah. Akibatnya, ketika para pemain inti mengalami kelelahan atau cedera, Liverpool tidak memiliki kedalaman skuad yang cukup untuk menjaga level permainan mereka tetap tinggi.

Hanya sedikit pemain pengganti yang mampu memberikan dampak signifikan ketika dimainkan. Federico Chiesa, yang mencetak gol pada final Carabao Cup, dan Wataru Endo menjadi contoh pemain cadangan yang memberikan kontribusi nyata. Namun, secara keseluruhan, ketimpangan kualitas antara pemain inti dan cadangan menjadi masalah besar bagi Liverpool musim ini.

3. Ketergantungan berlebihan pada Mohamed Salah

Mohamed Salah menjadi pemain kunci bagi Liverpool pada musim ini, dengan kontribusi 32 gol dan 22 assist di semua kompetisi. Namun, ketergantungan yang berlebihan terhadapnya justru menjadi bumerang ketika ia tidak berada dalam performa terbaiknya. Dalam beberapa pertandingan penting, termasuk final Carabao Cup, Salah gagal memberikan dampak yang diharapkan dan tidak mampu mencetak gol atau menciptakan peluang yang berarti.

Ketika Salah tidak bermain maksimal, pemain lain di lini serang seperti Diogo Jota dan Luis Diaz juga gagal mengisi kekosongan tersebut. Sebagai contoh, Jota belum berhasil mencetak gol dalam 10 pertandingan terakhirnya, sedangkan Diaz hanya menyumbang 1 gol dalam 18 laga terakhir. Minimnya kontribusi dari para penyerang lainnya membuat Liverpool makin bergantung pada Salah, yang memperjelas masalah ini.

Dalam dua leg pertandingan melawan PSG di Liga Champions, Salah gagal mencatatkan tembakan ke gawang maupun memberikan assist. Hal ini mencerminkan absennya kontribusi Salah berdampak langsung pada menurunnya kreativitas serangan Liverpool. Tanpa performa apiknya, tim kesulitan menciptakan peluang dan menembus pertahanan lawan.

4. Liverpool kewalahan saat menghadapi lawan yang mengandalkan permainan fisik

Salah satu aspek yang paling mencolok dalam penurunan performa Liverpool adalah lemahnya permainan fisik mereka dalam duel satu lawan satu. Data Opta Analyst menunjukkan, dalam beberapa pertandingan terakhir, Liverpool mengalami penurunan drastis dalam persentase duel yang dimenangkan. Dalam pertandingan melawan PSG, mereka hanya memenangkan 32,5 persen duel, yang merupakan catatan terburuk mereka di Liga Champions musim ini.

Pada final Carabao Cup melawan Newcastle United, Liverpool kesulitan dalam aspek fisik dengan hanya memenangkan 43 persen duel secara keseluruhan serta 32 persen duel udara. Kondisi ini menandakan mereka gagal bersaing dalam situasi duel penting. Ini terjadi terutama saat Liverpool menghadapi tim dengan kekuatan fisik lebih unggul yang membuat mereka tampak kesulitan untuk mengimbangi permainan lawan.

Arne Slot sendiri menyadari kelemahan ini dan mengakui timnya sering kesulitan menghadapi tim dengan pendekatan permainan fisik. Ia menyoroti bagaimana Newcastle berhasil mendominasi Liverpool dalam aspek duel udara dan memenangkan pertandingan dengan strategi tersebut. Jika masalah ini tidak segera diatasi, Liverpool akan terus kesulitan menghadapi tim-tim yang mengandalkan kekuatan fisik dalam permainannya.

Liverpool memang masih berada di jalur juara Premier League 2024/2025, tetapi mereka tidak bisa mengabaikan tanda-tanda penurunan performa ini. Jika masalah kelelahan, kedalaman skuad, ketergantungan pada Salah, dan lemahnya duel tidak segera diperbaiki, The Reds bisa mengalami kesulitan besar dalam mempertahankan performa mereka pada sisa musim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Widyo Andana Pradiptha
EditorWidyo Andana Pradiptha
Follow Us