Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Cara Premier League Menanggulangi Perjudian?

ilustrasi bola (pixabay.com/kelvinstuttard)

Jeremy Monga mencatatkan debut di English Premier League pada Selasa (8/4/2025) dini hari WIB. Pemain berposisi winger tersebut tampil sebagai pengganti dalam laga Leicester City melawan Newcastle United. Sayangnya, Monga gagal membantu The Foxes terhindar dari kekalahan dengan skor 0-3.

Meski begitu, Monga kini tercatat sebagai pemain termuda kedua dalam sejarah Premier League. Saat masuk ke lapangan, ia berusia 15 tahun 271 hari. Monga hanya kalah dari Ethan Nwaneri yang berusia 15 tahun 181 hari saat membela Arsenal melawan Brentford pada 18 September 2022.

Menariknya, saat mencatatkan debut, Monga bukan hanya mencuri perhatian lewat usianya, melainkan juga penampilannya. Ia menggunakan seragam yang berbeda dengan rekan-rekan setimnya karena tidak ada sponsor di bagian depan. Kondisi tersebut berkaitan dengan kebijakan Premier League dalam menanggulangi perjudian.

1. Pemain di bawah 18 tahun dilarang menggunakan seragam bersponsor judi

Alasan Jeremy Monga menggunakan seragam tanpa sponsor saat debut di Premier League adalah karena aturan terkait perjudian. EPL melarang pemain yang belum berusia 18 tahun menggunakan seragam dengan logo sponsor perusahaan judi. Ini tercantum di poin 3.5.7 dalam Code of Conduct for Gambling Related Agreements in Football yang disepakati Premier League, English Football League, Women's Super League, dan Football Association pada 24 Juli 2024.

Leicester City memang memiliki sponsor utama perusahaan judi, BC.Game. Keduanya mulai menjalin kerja sama sejak awal 2024/2025. Dalam situs resminya, The Foxes menyatakan, perjanjian ini berlaku sampai akhir 2025/2026. Namun, BC.Game hanya menjadi sponsor untuk tim senior pria mereka. Sementara, tim akademi dan perempuan tetap menggunakan seragam berlogo sponsor sebelumnya, King Power.

2. Logo sponsor judi akan hilang dari area depan jersey tim Premier League mulai 2026/2067

Di Inggris, perjudian merupakan sebuah hal yang legal. Namun, para pembuat kebijakan mengaturnya dengan cukup ketat. Itu termasuk mereka yang berada di industri sepak bola. Code of Conduct for Gambling Related Agreements in Football yang disepakati Premier League, English Football League, Women's Super League, dan Football Association menjadi salah satu buktinya. Dokumen setebal delapan halaman tersebut memuat segala hal soal kode etik perjudian di dunia sepak bola.

Premier League bahkan memiliki satu kebijakan yang spesifik dalam membatasi paparan perjudian. Mulai 2026/207, klub yang bermain di kompetisi ini tidak akan lagi menggunakan sponsor perusahaan judi di bagian depan seragam. Premier League pun menjadi kompetisi olahraga pertama di Inggris yang mengambil langkah semacam itu.

Peraturan ini sejatinya sudah diumumkan pada 13 April 2023 silam. Saat itu, Premier League menyatakan, klub-klub sepakat untuk mengambil langkah tersebut. Meski begitu, tim-tim masih diperbolehkan untuk memiliki sponsor perusahaan judi dan menampilkan logonya di bagian lengan seragam atau berbagai area di stadion, seperti papan iklan elektronik di pinggir lapangan.

3. Lucas Paqueta terancam hukuman seumur hidup karena didakwa melakukan perjudian

Jika sekadar mempromosikannya saja diatur begitu ketat, maka wajar jika para stakeholder sepak bola di Inggris tidak memberikan ampunan untuk para pemain yang justru melakukan perjudian. Hal inilah yang tengah menimpa bintang West Ham United, Lucas Paqueta. Gelandang asal Brasil tersebut didakwa Football Association (FA) pada Mei 2024 terlibat dalam perjudian. Ia terancam hukuman larangan bermain seumur hidup.

FA menuduh Paqueta telah dengan sengaja mendapatkan kartu kuning dalam empat pertandingan. Keempatnya adalah saat melawan Leicester City pada 12 November 2022, Aston Villa pada 12 Maret 2023, Leeds United pada 21 Mei 2023, dan AFC Bournemouth pada 12 Agustus 2023. Pemain kidal tersebut dikabarkan mencoba untuk ikut memengaruhi taruhan yang dibuat keluarga atau temannya.

Pada 17 Maret 2025, proses persidangan kasus hukum yang menimpa Paqueta dimulai. Awal April 2025 ini, keputusan akhir seharusnya sudah keluar karena proses yang dijadwalkan berjalan selama 3 pekan. Namun, menurut The Guardian, kasus Paqueta tidak bisa selesai tepat waktu karena begitu rumit. Persidangan pun kemungkinan baru akan dilanjutkan pada Juni 2025 mendatang.

Sebagai sebuah permainan, sepak bola dan seluruh olahraga lainnya memang sangat sulit untuk dipisahkan dari perjudian. Namun, dengan bahayanya yang begitu nyata, para pembuat kebijakan tentu tidak boleh berpangku tangan. Premier League bisa menjadi contoh karena memiliki aturan semacam pelarangan penggunaan seragam bersponsor judi sampai membawa pemain yang terlibat ke meja hijau.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us