Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Firman Ramadhan, Nyaris Gak Naik Kelas Hingga Saingan Bek Timnas

Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).
Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).
Intinya sih...
  • Firman Ramadhan debut sebagai pesepak bola profesional bersama Malut United setelah perjuangan panjang di Elite Pro Academy.
  • Setelah mencoba membela tiga tim di EPA, Firman akhirnya mendapat kontrak dari Malut United tanpa menggunakan agen.
  • Firman telah melakoni 15 laga di Liga 1, dengan satu gol dan satu assist untuk klub serta berharap bisa membawa Malut ke papan atas.

Jakarta, IDN Times - Firman Ramadhan sukses membuktikan kalau perjuangan tak mengkhianati hasil. Setelah berjuang keras, Firman akhirnya debut sebagai pesepak bola profesional, bersama Malut United.

Firman dikontrak Malut United pada Agustus 2024, selama semusim. Talentanya dilirik pelatih Imran Nahumarury, untuk menjadi aset bagi skuad berjuluk Laskar Kie Raha tersebut.

Dalam perjalanannya meraih cita-cita, Firman ternyata harus melewati perjalanan yang panjang. Bahkan, gegara fokus main di Elite Pro Academy (EPA), pria kelahiran Jakarta itu nyaris tidak naik kelas ketika SMA.

Di EPA, Firman sepat membela tiga tim berbeda, yakni Badak Lampung, Persib Bandung, dan Persis Solo. Musim terakhirnya di EPA menjadi yang paling manis, karena sukses mempersembahken gelar buat Persis U-20.

Setelah itu, Firman dihantam soal sulitnya mencari klub. Pemuda 21 tahun itu tidak memakai agen, dan memilih mencari klub sendiri.

Penantian panjangnya berujung di Malut United. Firman mendapat tawaran trial, hingga akhirnya mendapatkan kontrak.

Kini, Firman menjadi salah satu andalan di sektor pertahanan Malut. Kepiawaiannya dalam bertahan dan menyerang membuat pelatih Imran Nahumarury memberikan banyak kesempatan.

Total, Firman telah melakoni 15 laga di Liga 1. Sebanyak satu gol dan satu assist juga telah dia sumbangkan untuk klub. Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Firman.

Musim perdana jadi pesepak bola profesional, dapat kesempatan juga, bagaimana perasaan kamu?

Pasti bangga banget bisa sampai ke titik ini. Apalagi, ya Alhamdulillah juga dapat banyak kesempatan dari coach Imran dan tim kepelatihan buat tampil. Saya gak nyangka juga bisa sampai ke titik ini

Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).
Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).

Sempat tidak dimainkan dalam enam laga beruntun. Tetapi, sewaktu diturunkan, Firman langsung cetak gol cantik ke gawang Persita. Itu gol debut juga, seperti apa perasaan waktu itu?

Saya gak bisa berkata-kata, senang banget. Sempat gak dimainin enam pertandingan kalau tidak salah kan.

Saya juga gak nyangka tendangan itu bisa jadi gol. Karena saya gak pikir panjang, lihat peluang langsung tembak. Kagetnya, itu bukan kaki terkuat saya.

Terus, sebelum main di pertandingan itu, saya sebenarnya gak masuk skema permainan. Pas latihan resmi, saya berada di tim pelapis, bukan utama. Makanya kaget pas dikasih tahu bakal jadi starter.

Saya juga nangis karena sangat bangga, cetak gol perdana di Malut, di Liga 1 lagi kan.

Proses ke profesional bagaimana hingga akhirnya gabung Malut?

Iya, sebelumnya saya main di EPA. Kalau tawaran-tawaran sebelum gabung Malut itu malah tidak ada. Saya justru yang mencari sendiri peluang untuk bergabung dengan klub.

Saya nanya ke mana-mana, ke pelatih-pelatih yang pernah melatih. Alhamdulillah saya bisa dapat di Malut.

Tapi, di Malut saya awalnya ditawarin trial. Mereka lagi cari pemain untuk memenuhi regulasi pemain U-22, kebetulan posisi yang dibutuhkan itu posisi bermain saya. Alhamdulillah saya lolos trial.

Apa perubahan kamu sebagai pemain atau secara pribadi setelah gabung Malut?

Peningkatan sudah pasti, karena segi permainan di EPA dan Liga 1 kan beda jauh sekali. Mentalitas saya juga meningkat, karena di Malut itu yang selalu digenjot adalah mentalitas.

Saya juga selalu latihan tambahan, dari sesi latihan reguler. Saya tambah terus untuk ningkatin performa.

Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).
Potret Firman Ramadhan bersama Malut United. (Dok. Malut).

Momen yang paling berkesan?

Momen paling berkesan tentu pas lawan Persita. Itu kan saya cetak gol, tapi gak lama kemudian saya bikin kesalahan, yang bikin Malut kebobolan.

Itu coach Imran langsung ngomong ke saya untuk jangan terlalu percaya diri. Alhamdulillahnya, meski saya lakuin kesalahan, coach Imran tetap percaya untuk mainin saya di babak kedua, gak langsung diganti.

Di posisi kamu ada Yance Sayuri. Sering belajar sama dia?

Sharing sih selalu ya. Saya banyak belajar dari kakak Yance. Enggak cuma beliau, tapi semua pemain senior, kayak bang Manahati (Lestusen).

Mereka selalu membimbing adik-adiknya, kasih dukungan, motivasi biar berkembang. Ya semoga rezeki dan karier kakak Yance dan pemain senior lain menular juga ke saya.

Apa masukan dari mereka?

Kalau masukan, biasanya mereka kasih di ruang ganti. Mereka selalu bilang main yang tenang, fokus, jangan hilang penguasaan bola.

Kalau di lapangan juga tidak ada senior dan junior. Situasi di lapangan berbeda, mereka mau harus mengikuti, cepat, berani teriak, karena komunikasi kan sangat penting dalam permainan.

Kalau masukan, biasanya mereka kasih di ruang ganti. Mereka selalu bilang main yang tenang, fokus, jangan hilang penguasaan bola.

Kalau di lapangan juga tidak ada senior dan junior. Situasi di lapangan berbeda, mereka mau harus mengikuti, cepat, berani teriak, karena komunikasi kan sangat penting dalam permainan.

Proses dan dukungan orang tua?

Proses saya mencapai titik ini tuh panjang banget. Saya awal SSB itu umur 10, pas masih SD. Orang tua juga sangat mendukung, mereka antar saya ke mana-mana buat main bola.

Ikut turnamen, dari pagi sampai sore selalu ditungguin sama orang tua. Doa mereka juga yang mengantarkan saya sampai ke titik ini.

Ini juga cita-cita saya dari kecil untuk jadi pemain sepak bola, meski keluarga tidak punya latar belakang sepak bola, mereka tetap dukung.

Saya juga sempat hampir gak naik kelas pas SMA, karena main di EPA. Pas saya di tim EPA Persib, sekolahan kasih pilihan, lanjut tetapi ngulang lagi karena banyak ketinggalan pelajaran.

Makanya saya milih pindah sekolah ke Bandung, biar tidak tertunda dan tetap maksimal sekolahnya.

Pernah merasa mau menyerah?

Untungnya saya tidak pernah berpikir untuk menyerah. Saya selalu tanamkan dalam hati dan pikiran untuk maju terus.

Kayak kemarin, pas saya gak dimainin enam pertandingan, itu malah makin termotivasi untuk nambah latihan agar pas diberi kesempatan saya bisa kasih pembuktian.

Target kamu di musim perdana dan apa yang perlu dibenahi? Kemudian, seperti apa ambisi kamu untuk bela Timnas dan main di luar negeri?

Targetnya bisa bawa Malut ke papan atas. Syukur-syukur bisa sampai tiga besar. Saya juga menargetkan untuk selalu bermain di sisa laga.

Kalau apa yang harus dibenahi, banyak banget. Saya terus belajar dari pemain-pemain lain, khususnya senior-senior di tim.

Ambisi tentu ada ya buat main di luar negeri, tetapi saya harus latihan lebih keras lagi untuk mencapai titik itu.

Kalau main di Timnas, target saya dari kelompok umur dulu, ada ajang di U-23 juga, masih ada banyak waktu untuk menyempurnakan diri. Saya akan latihan ekstra.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tino Satrio
EditorTino Satrio
Follow Us