Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Terjadi jika Garnacho dan Mainoo Dijual Manchester United?

potret stadion Old Trafford, kandang Manchester United (unsplash.com/colinandmeg)
Intinya sih...
  • Manchester United akan melakukan perombakan skuad di bawah kepelatihan Ruben Amorim
  • Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho mungkin dijual untuk mendukung stabilitas keuangan klub dengan potensi penjualan mencapai 70 juta pound sterling
  • United tidak dapat membeli pemain baru sebelum menjual pemain yang ada karena situasi keuangan sulit akibat Profit and Sustainability Rules (PSR) di English Premier League (EPL)

Manchester United nampaknya akan melakukan perombakan skuad di bawah kepelatihan Ruben Amorim. Meski pelatih asal Portugal ini berstatus sebagai pelatih kepala, di mana ia tak memiliki keputusan dalam transfer pemain, manajemen klub mendukung penuh perombakan tim yang ia inginkan. Namun, keputusan ini dibayang-bayangi oleh tantangan finansial klub yang semakin menekan.

Di tengah situasi tersebut, muncul laporan bahwa Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho mungkin akan dijual untuk mendukung stabilitas keuangan klub. Akademi Manchester United yang dikenal sebagai penghasil talenta hebat kini menjadi perhatian, terutama karena kedua pemain tersebut dipandang sebagai masa depan tim. Dengan potensi penjualan yang mencapai 70 juta pound sterling atau setara Rp1,39 triliun, pertanyaan besar adalah apa dampak keputusan ini bagi klub?

1. Manchester United terbentur aturan Premier League untuk mendatangkan pemain baru

Di bawah Ruben Amorim, Manchester United masih berusaha menemukan konsistensi dalam formasi dan strategi. Formasi 3-4-3 yang diusung oleh Amorim telah membawa perubahan signifikan dalam pendekatan permainan tim. Namun, adaptasi terhadap gaya bermain ini memakan waktu, terutama bagi pemain muda seperti Alejandro Garnacho yang sering kali kesulitan menyesuaikan diri dengan tuntutan taktik tersebut.

Masalah utama The Red Devils saat ini adalah kendala keuangan akibat Profit and Sustainability Rules (PSR) di English Premier League (EPL) yang membatasi kerugian maksimum klub hingga 105 juta pound sterling (Rp2,08 triliun) dalam 3 tahun. Padahal, dalam 3 tahun terakhir MU sudah mencatat kerugian sebesar 313 juta pound sterling (Rp6,2 triliun) sebelum pajak. Meski angka ini termasuk kerugian besar dari musim 2021/2022 yang tidak akan dihitung dalam penilaian PSR berikutnya, manajemen tetap dihadapkan pada tekanan untuk menjaga kestabilan finansial.

Situasi ini membuat United tidak dapat membeli pemain baru sebelum menjual pemain yang ada. Bahkan, pemain-pemain yang sebelumnya dianggap tak tersentuh, seperti summer signings Joshua Zirkzee dan Leny Yoro, juga mulai dikaitkan sebagai potensi aset penjualan. Dalam kondisi ini, menjual pemain akademi, seperti Mainoo dan Garnacho, menjadi pilihan yang sulit tetapi sangat menguntungkan secara finansial karena mereka dihitung sebagai keuntungan murni di neraca keuangan.

2. Kobbie Mainoo terancam hengkang jika tuntutannya tidak dipenuhi klub

Kobbie Mainoo, gelandang muda berusia 19 tahun, merupakan salah satu prospek terbaik yang dihasilkan akademi Manchester United dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang 18 bulan terakhir, Mainoo telah menunjukkan kualitasnya sebagai gelandang modern yang mampu membawa bola, lolos dari pressing lawan, dan mendistribusikan bola dengan cerdas. Ia sukses menjadi penghubung antara lini pertahanan dan serangan dengan akurasi umpan yang konsisten dan keberanian untuk bermain di bawah tekanan.

Pada musim 2024/2025, Mainoo telah tampil memukau di beberapa pertandingan besar. Di laga melawan Liverpool pada pekan ke-20 Premier League 2024/2025, ia mampu mengimbangi pemain seperti Alexis Mac Allister dan Ryan Gravenberch. Namun, masalah kebugaran dan duel fisik masih menjadi tantangan bagi Mainoo yang membutuhkan waktu untuk berkembang. Kontribusinya dalam formasi 3-4-3 sangat penting, terutama karena kemampuan uniknya dalam memecah tekanan lawan dan mendistribusikan bola secara progresif.

Sayangnya, negosiasi kontrak baru untuk Mainoo menemui hambatan. Dilansir Goal, ia yang saat ini menerima gaji 20.000 pound sterling (Rp397,3 juta) per minggu, menuntut kenaikan hingga 200.000 pound sterling (Rp3,9 miliar) per minggu. Permintaan ini membuat manajemen klub ragu, terutama di bawah kebijakan baru INEOS yang berfokus pada penghematan biaya. Chelsea dan Bayern Munich dilaporkan tertarik untuk merekrut Mainoo jika MU tidak memenuhi tuntutan kontraknya.

3. Harapan fans kepada Alejandro Garnacho kian memudar imbas performa dan perilakunya

Sementara itu, Alejandro Garnacho, pemain sayap muda asal Argentina, mengalami penurunan performa di bawah Ruben Amorim. Sejak formasi 3-4-3 diterapkan, Garnacho kesulitan menemukan peran yang cocok dalam strategi tersebut. Statistik The Athletic menunjukkan bahwa ia hanya berhasil menyelesaikan 11 dari 46 dribel musim ini dengan tingkat keberhasilan 32,3 persen. Angka ini mencerminkan kurangnya efektivitasnya dalam menyerang.

Di sisi lain, Garnacho sering mendapat kritik karena keputusan yang buruk di lapangan dan sikapnya yang kurang profesional. Ia beberapa kali menunjukkan reaksi negatif terhadap kritik dan arahan dari pelatih, termasuk insiden di mana ia menolak instruksi Ruben Amorim sebelum masuk sebagai pemain pengganti. Tindakan ini membuatnya absen dari skuad pada laga penting melawan Manchester City pada Desember 2024.

Namun, Garnacho tetap memiliki nilai pasar yang tinggi. Klub besar seperti Atletico Madrid dikabarkan tertarik untuk merekrutnya. Di usianya yang masih muda, ia memiliki peluang untuk memperbaiki sikap dan mengembangkan potensinya lebih lanjut, baik di MU atau klub lain. Hal ini membuatnya tetap menjadi aset berharga yang dapat membawa keuntungan signifikan bagi klub.

4. Sir Jim Ratcliffe perlu berhati-hati dalam melakukan penjualan pemain

Jika Manchester United memutuskan untuk menjual Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho, konsekuensinya tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga emosional. Mainoo, yang dianggap sebagai pemain paling menjanjikan dalam skuad saat ini, memiliki dukungan besar dari para penggemar. Jika ia benar-benar dijual, ini dapat memicu reaksi negatif dari suporter yang sudah lama kecewa dengan kebijakan manajemen klub.

Sebaliknya, Garnacho tidak lagi memiliki status tak tergantikan di mata para penggemar. Perilaku dan performanya yang tidak konsisten telah membuat banyak pendukung kehilangan kesabaran. Meski demikian, menjualnya tetap menjadi keputusan yang kontroversial karena ia adalah produk akademi klub.

Manajemen klub, khususnya di bawah kendali Sir Jim Ratcliffe dan INEOS, harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Penjualan pemain akademi seperti Mainoo dan Garnacho memang dapat membantu stabilitas keuangan dalam jangka pendek, tetapi risiko kehilangan dukungan suporter dan memperburuk citra klub juga harus dipertimbangkan.

Keputusan untuk menjual Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho akan menjadi ujian besar bagi manajemen Manchester United. Dalam situasi keuangan yang sulit, klub harus menemukan keseimbangan antara mempertahankan talenta muda dan menjaga stabilitas finansial tanpa mengorbankan kepercayaan suporter.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us