Kenapa Manchester City Kalah dalam 4 Laga Beruntun pada 2024/2025?

Manchester City asuhan Pep Guardiola tengah mengalami penurunan performa yang cukup tajam. The Citizens kalah dalam empat laga secara beruntun. Hasil buruk tersebut dimulai dari kekalahan 1-2 melawan Tottenham Hotspur pada babak keempat Piala Liga Inggris 2024/2025. Manchester City kemudian takluk 1-2 dari AFC Bournemouth pada pekan kesepuluh English Premier League (EPL), 1-4 dari Sporting Lisbon di Liga Champions Eropa, dan 1-2 dari Brighton & Hove Albion pada pekan kesebelas EPL.
Rekor buruk ini tidak pernah terjadi selama Manchester City ditangani Pep Guardiola. Beberapa faktor menjadi alasan The Citizens mengalami empat kekalahan berturut-turut. Setidaknya, tiga alasan berikut dapat menjelaskan situasi yang tengah dialami Manchester City.
1. Mengalami masalah kebugaran, terutama di kalangan pemain bertahan

Manchester City kehilangan beberapa pemain penting pada awal 2024/2025. Rodri mengalami cedera saat Manchester City seri 2-2 menghadapi Arsenal pada pekan kelima EPL. Nathan Ake terkena masalah di bagian hamstring saat membela Timnas Belanda menghadapi Timnas Jerman di UEFA Nations League pada September 2024. John Stones dan Ruben Dias juga mengalami cedera sehingga harus absen cukup lama. Manchester City bahkan sudah kehilangan Oscar Bobb sejak pramusim.
Ketidakhadiran Rodri sangat berpengaruh dalam persentase kemenangan Manchester City. Dilansir Goal, persentase kemenangan mereka mencapai 73,6 persen saat Rodri bermain mulai pada akhir 2023/2024. Namun, kini turun menjadi 58,3 persen sejak absennya gelandang asal Spanyol itu. Dilansir The Athletic, Guardiola mengatakan, sangat sulit untuk tampil konsisten setelah empat bek tengah cedera.
2. Duet bek tengah yang selalu berganti-ganti membuat organisasi pertahanan kacau

Ketidakhadiran John Stones, Ruben Dias, Nathan Ake, dan Manuel Akanji begitu memengaruhi performa Manchester City dalam empat pertandingan terakhir. Tidak ada pemain pelapis yang memiliki kualitas sepadan dengan keempat bek tengah yang absen. Pep Guardiola bahkan harus memasang duet bek tengah yang berbeda-beda dalam empat laga terakhir.
Guardiola memainkan duet Ruben Dias dan John Stones ketika kalah 1-2 dari Tottenham Hotspur pada babak pertama. Ia lalu mengganti Dias dengan Josko Gvardiol sehingga Nathan Ake yang bermain sebagai bek kiri pindah ke bek tengah. Guardiola menarik keluar Ake dan memasukkan Jahmai Simpson-Pusey pada menit ke-72.
Ia menduetkan Nathan Ake dan Manuel Akanji sebagai bek tengah ketika kalah 1-2 dari Bournemouth. Ake bahkan digantikan Rico Lewis pada menit ke-73. Gvardiol digeser ke bek tengah.
Guardiola sempat memasang Akanji dengan Jahmai Simpson-Pusey kala takluk 1-4 dari Sporting Lisbon. Sang manajer mengganti duet bek tengahnya lagi saat menduetkan Simpson-Pusey dan Gvardiol ketika kalah 1-2 dari Brighton & Hove Albion. Alhasil, Manchester City kebobolan 10 gol dalam 4 laga terakhir.
Buruknya komunikasi antarpemain belakang terlihat ketika striker Brighton, Joao Pedro, mencetak gol kala menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Pemain asal Brasil itu berhasil merebut bola dan melakukan tembakan ke arah gawang. Padahal, banyak pemain Manchester City yang berada di kotak penalti.
3. Beban Erling Haaland terlalu berat di lini depan usai absennya Kevin De Bruyne

Masalah Manchester City tidak hanya di lini belakang. Mereka kesulitan mencetak gol dalam lima pertandingan terakhir. The Citizens tidak pernah menorehkan lebih dari satu gol sejak kemenangan 1-0 atas Southampton pada pekan kesembilan Premier League. Padahal, Manchester City dikenal sebagai klub dengan produktivitas gol yang tinggi, terutama setelah diperkuat Erling Haaland pada musim panas 2022. Namun, The Citizens kerap kali gagal menciptakan dan memanfaatkan peluang sehingga efektivitas gol menurun.
Absennya Kevin De Bruyne dan Rodri sangat memengaruhi dominasi Manchester City di lini tengah. Hal tersebut juga berpengaruh kepada kreativitas serangan The Citizens. Erling Haaland jarang mendapatkan umpan matang yang dapat dikonversi menjadi gol. Para pemain tengah lainnya, seperti Mateo Kovacic, Matheus Nunes, Phil Foden, Ilkay Guendogan, dan Bernardo Silva kerap tampil inkonsisten. Tugas mencetak gol jadi terlalu dibebankan kepada Haaland.
Foden yang mencetak 27 gol dalam 53 laga di semua kompetisi pada 2023/2024 gagal menunjukkan konsistensi dalam permainannya. Ia baru menorehkan 3 gol dalam 14 laga di semua kompetisi pada 2024/2025. Sementara itu, tidak ada striker pelapis setelah kepergian Julian Alvarez ke Atletico Madrid pada musim panas 2024. Haaland yang selalu dimainkan selama 90 menit beberapa kali menunjukkan penurunan performa dengan mencetak 1 gol dalam 4 laga terakhir.
Ketiga masalah tersebut menjadi alasan kuat kenapa Manchester City kalah dalam empat laga beruntun pada 2024/2025. Mereka kini tertinggal lima poin dari Liverpool di klasemen sementara Premier League. Manchester City juga terpaksa menempati peringkat kesepuluh di klasemen sementara Liga Champions. Akankah The Citizens bisa bangkit dan kembali bersaing di papan atas?