Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mampukah Tijjani Reijnders Menggantikan Peran Kevin De Bruyne?

ilustrasi stadion sepak bola
ilustrasi stadion sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)
Intinya sih...
  • Tijjani Reijnders jadi penjualan kedua termahal AC Milan setelah Ricardo Kaka
  • Tijjani Reijnders punya atribut lengkap sebagai gelandang bagi Manchester City
  • Tijjanir Reijnders punya kualitas dalam menyerang, tetapi lemah dalam fase bertahan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Manchester City mengakhiri 2024/2025 dengan pahit. Untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir, The Cityzens gagal meraih trofi dan menyelesaikan musim di posisi ke-3 klasemen English Premier League (EPL). Cedera jangka panjang Rodri dan menurunnya kontribusi Kevin De Bruyne turut memperparah lini kreativitas Manchester City.

Dalam upaya membalikkan keadaan, Pep Guardiola meluncurkan proyek rekonstruksi besar-besaran di lini tengah. Manchester City menggelontorkan 218 juta euro atau setara Rp4 triliun lebih pada 2 bursa transfer terakhir. Salah satu langkah paling signifikan adalah pembelian Tijjani Reijnders dari AC Milan seharga 55 juta euro (Rp1,023 triliun) plus bonus. Gelandang 26 tahun asal Belanda ini diproyeksikan sebagai salah satu poros utama dalam revolusi generasi baru usai era Ilkay Guendogan, Bernardo Silva, dan Kevin De Bruyne.

1. Tijjani Reijnders jadi penjualan kedua termahal AC Milan setelah Ricardo Kaka

Kehadiran Tijjani Reijnders menjadi simbol regenerasi sekaligus memenuhi kebutuhan mendesak Manchester City untuk menyuntikkan energi baru di lini tengah. Menurunnya performa Kevin De Bruyne, serta absennya Rodri karena cedera anterior cruciate ligament (ACL), membuat lini tengah tim asuhan Pep Guardiola rapuh sepanjang musim lalu. Di tengah situasi ini, Guardiola tidak hanya fokus memperbaiki pertahanan, tetapi juga mencari sosok yang bisa menghidupkan kembali kreativitas dan intensitas serangan dari tengah.

Reijnders menjadi prioritas utama setelah menjalani musim impresif bersama AC Milan dengan mencetak 15 gol di semua kompetisi dan dinobatkan sebagai Gelandang Terbaik Serie A Italia 2024/2025. Kesepakatan senilai 55 juta euro (dengan kemungkinan tambahan 15 juta euro (Rp279 miliar) dalam bentuk bonus) menjadikannya rekrutan termahal Manchester City pada bursa transfer musim panas 2025. Ia sekaligus menjadi penjualan terbesar I Rossoneri sejak Ricardo Kaka ke Real Madrid pada 2009. 

Dengan kontrak hingga 2030, Reijnders diposisikan sebagai bagian penting dari rencana jangka panjang Guardiola. Di tengah masa depan sejumlah pemain senior seperti Bernardo Silva, Mateo Kovacic, dan John Stones masih belum pasti, Manchester City tengah memasuki tahap regenerasi besar-besaran. Dalam situasi ini, kehadiran Reijnders dinilai krusial untuk membentuk ulang fondasi lini tengah yang kompetitif di level tertinggi.

2. Tijjani Reijnders punya atribut lengkap sebagai gelandang bagi Manchester City

Secara teknis, Tijjani Reijnders bukanlah pengganti langsung Kevin De Bruyne. Namun, gaya mainnya menggambarkan perpaduan dari beberapa gelandang kunci Manchester City sebelumnya, kontrol permainan Ilkan Guendogan, mobilitas Bernardo Silva, serta agresivitas menyerang dari lini kedua yang kerap ditunjukkan De Bruyne. Kombinasi ini menjadikannya profil Guardiola player yang ideal.

Menurut data Opta Analyst, 2024/2025 menunjukkan keunggulan Reijnders dalam berbagai aspek progresi permainan. Ia mencatatkan 561 dribel sejauh 10 meter dan 275 progresif dribel, hanya kalah dari beberapa bek tengah dalam jumlah total. Dalam hal umpan pemecah garis, dirinya menghasilkan 229 umpan, termasuk 47 yang melewati garis pertahanan lawan, terbanyak di Serie A. Bahkan, ia memecah 2 garis tekanan sekaligus sebanyak 26 kali yang menunjukkan visinya dalam menemukan celah.

Tak hanya sebagai fasilitator, Reijnders juga berperan sebagai eksekutor yang produktif. Ia menorehkan 77 tembakan di Serie A, terbanyak di antara semua pemain nonstriker, dan mencetak 10 gol liga, tertinggi kedua untuk gelandang setelah Scott McTominay. Dengan 15 gol di semua ajang, ia menjadi gelandang paling produktif di lima liga top Eropa musim lalu.

3. Tijjanir Reijnders punya kualitas dalam menyerang, tetapi lemah dalam fase bertahan

Kelebihan utama Tijjani Reijnders terletak kepada mobilitas dan kecerdasannya dalam membaca ruang. Ia nyaman menerima bola di bawah tekanan, memiliki kemampuan kombinasi 1–2 sentuhan yang efektif, serta rajin bergerak tanpa bola untuk membuka jalur progresi. Karakter ini sangat cocok dengan filosofi Pep Guardiola yang menuntut gelandangnya aktif dalam sirkulasi dan triangulasi.

Dari sisi taktik, Reijnders bisa beroperasi dalam berbagai formasi. Ia pernah dimainkan dalam pivot ganda 4-2-3-1 dan sebagai gelandang tengah dalam 4-3-3. Fleksibilitas ini membuatnya mudah disesuaikan dengan kebutuhan pertandingan dan pola rotasi yang dinamis.

Namun, Reijnders bukanlah pemain tanpa cela. Secara defensif, kontribusinya masih di bawah standar Premier League. Kembali mengutip Opta Analyst, ia hanya mencatat 0,8 tekel dan 3,6 perebutan bola per 90 menit di Serie A, terendah di antara gelandang yang bermain lebih dari 1.000 menit. Dalam liga yang mengandalkan fisik dan menuntut keseimbangan dalam transisi, ini menjadi aspek yang perlu ditingkatkan.

Reijnders memang piawai mengatur tempo di area sempit, tetapi kemampuannya dalam memimpin lini tengah saat menghadapi pressing belum terbukti. Situasi ini membuat peran Rodri sebagai pendamping menjadi krusial. Dengan dukungan gelandang bertahan sekelas Rodri, ia diharapkan bisa bermain lebih leluasa dan maksimal.

4. Meski sulit menggantikan Kevin De Bruyne, Tijjani Reijnders diharapkan dapat memberi kreativitas baru untuk Manchester City

Menggantikan Kevin De Bruyne secara langsung merupakan tugas yang muskil. Tak ada satu pemain pun yang bisa sepenuhnya menyalin kombinasi visi, teknik, dan kepemimpinan yang dimiliki sang maestro. Karena itulah, Tijjani Reijnders tidak direkrut untuk meniru De Bruyne. Ia justru datang untuk memberikan fondasi baru yang segar.

Dengan kepribadian yang tenang, etos kerja tinggi, dan adaptasi cepat di lingkungan baru seperti yang telah ia tunjukkan di AC Milan, Reijnders memiliki karakter yang sesuai dengan tuntutan Pep Guardiola. Ia merupakan tipikal pemain yang menyatu dengan sistem, bukan mengandalkan individualisme ekstrem. Hal ini terlihat dari caranya membangun koneksi dengan lini belakang hingga menciptakan peluang di sepertiga akhir.

Agar potensi tersebut terwujud, Reijnders tidak bisa bekerja sendirian. Ia butuh dukungan dari gelandang bertahan seperti Rodri dan koneksi kreatif di lini serang seperti Phil Foden, Savinho, Jeremy Doku, dan Omar Marmoush. Dengan sistem permainan Manchester City yang sangat berbasis kepada kolektivitas, sinergi antarpemain menjadi penentu suksesnya transisi ini.

Musim 2025/2026 akan menjadi momen penting bagi Reijnders untuk menunjukkan kualitasnya. Ia dihadapkan kepada harapan besar dan tekanan untuk tampil konsisten. Tak hanya menggantikan peran yang ditinggalkan De Bruyne, ia juga diharapkan menjadi motor kebangkitan Manchester City usai musim yang mengecewakan.

Sebagai sosok baru dalam proyek regenerasi Pep Guardiola, Tijjani Reijnders membawa harapan sekaligus pertanyaan besar. Mampukah ia menjawab tantangan tersebut dengan konsistensi dan kontribusi nyata di atas lapangan? Menarik untuk menyimak performanya pada musim mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us