Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Pelatih EPL Terakhir yang Meraih Trofi dan Dipecat pada Akhir Musim

ilustrasi pelatih sepak bola (unsplash.com/NguyenThuHoai)
ilustrasi pelatih sepak bola (unsplash.com/NguyenThuHoai)

Meraih gelar juara tidak menjamin posisi pelatih aman dari pemecatan. Terbukti, beberapa pelatih yang menangani klub-klub papan atas English Premier League (EPL) tetap dicopot jabatannya pada akhir musim, meski mempersembahkan trofi. Dalam 13 tahun terakhir sejak 2012, setidaknya empat pelatih EPL harus merasakan pengalaman pahit itu.

Beragam alasan mendasari keputusan klub memecat mereka. Ada yang berkonflik dengan petinggi klub, sementara lainnya menilai performa di liga kurang memuaskan. Siapa saja keempat pelatih tersebut? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Sir Kenny Dalglish dipecat meski membawa Liverpool menjuarai Piala Liga Inggris 2011/2012

Sir Kenny Dalglish merupakan sosok yang begitu dihormati di sepak bola Inggris khususnya Liverpool FC. Ia merupakan legenda The Reds baik sebagai pemain maupun pelatih. Sebagai pelatih, Dalglish menangani Liverpool dalam dua periode pada Juli 1985--Februari 1991 dan Januari 2011--Mei 2012.

Ia menjalani periode pertamanya dengan bergelimang gelar juara, seperti 3 liga Inggris dengan format First Division dan 2 Piala FA. Dalglish kembali menangani Liverpool pada Januari 2011. Ia sukses mempersembahkan trofi juara Piala Liga Inggris pada 2011/2012. Akan tetapi, manajemen Liverpool memecat Dalglish pada Mei 2012. Hal tersebut tidak lepas dari performa buruk The Reds di English Premier League (EPL) yang finis di peringkat kedelapan.

2. Louis van Gaal dicopot jabatannya sebagai pelatih MU usai menjuarai Piala FA 2015/2016

Louis van Gaal ditunjuk sebagai pelatih Manchester United pada musim panas 2014. Ia dituntut mengembalikan The Red Devils bersaing di papan atas dan memperebutkan gelar juara EPL. Van Gaal sukses mengantarkan Manchester United lolos ke Liga Champions Eropa (UCL) 2015/2016 setelah finis di peringkat keempat klasemen akhir pada 2014/2015.

Namun, ia gagal mengulang pencapaian itu usai MU menempati peringkat kelima dengan koleksi 66 poin pada klasemen akhir EPL 2015/2016. Meski beigtu, van Gaal sukses mengantarkan Manchester United menjuarai Piala FA 2015/2016. Akan tetapi, ia malah dipecat manajemen MU tidak lama setelah final Piala FA. Posisi van Gaal kemudian digantikan Jose Mourinho pada musim panas 2016.

3. Antonio Conte dipecat Chelsea setelah meraih gelar juara Piala FA 2017/2018

Antonio Conte memulai kiprahnya di sepak bola Inggris kala ditunjuk menangani Chelsea pada musim panas 2016. Ia berhasil mengantarkan The Blues meraih gelar juara EPL 2016/2017. Meski begitu, Conte gagal mengulang prestasi tersebut pada musim keduanya.

Ia sudah dihadapkan dengan konflik internal setelah membekukan Diego Costa dari tim utama pada paruh pertama 2017/2018. Performa Chelsea juga inkonsisten di EPL sehingga finis di peringkat kelima klasemen akhir EPL 2017/2018 dan gagal lolos ke UCL 2018/2019. Meski begitu, Conte berhasil membawa Chelsea meraih gelar juara Piala FA 2017/2018. Sayangnya, pencapaian itu tidak cukup menyelamatkan posisinya sebagai pelatih Chelsea. Conte dipecat setelah berkonflik dengan petinggi klub soal kebijakan transfer.

4. Ange Postecoglu didepak Tottenham usai meraih gelar juara UEL 2024/2025

Ange Postecoglu menjadi pelatih Tottenham Hotspur pada musim panas 2023. Kehadirannya menghadirkan harapan besar dari kalangan fans The Lilywhites. Sebab, pelatih asal Australia itu sebelumnya mengantarkan Celtic meraih treble winner dengan menjuarai Scottish Premiership, Piala Skotlandia, dan Piala Liga Skotlandia 2022/2023. Postecoglu mengakhiri musim pertamanya bersama Tottenham dengan menempati peringkat kelima klasemen akhir EPL 2023/2024.

Namun, performa Tottenham di EPL begitu buruk kala ia memasuki musim keduanya pada 2024/2025. The Lilywhites finis di peringkat ke-17 dengan rekor 22 kekalahan dari 38 laga. Meski begitu, Postecoglu berhasil mengantarkan Tottenham menjuarai Liga Europa (UEL) 2024/2025. Pencapian itu sekaligus meloloskan Tottenham ke UCL 2025/2026. Sayangnya, Postecoglu tetap dipecat Tottenham dengan alasan performa buruk di EPL pada 2024/2025.

Keempat pelatih di atas rata-rata gagal menampilkan performa apik di EPL meski mampu menjuarai kompetisi lainnya. Hal tersebut membuktikan prestasi klub di liga menjadi pertimbangan utama manajemen klub dalam mempertimbangkan posisi pelatih. Sebab, Postecoglu yang menjuarai Liga Europa 2024/2025 dan mengantarkan Tottenham lolos langsung ke UCL 2025/2026 tetap dipecat setelah finis di peringkat 17 klasemen akhir EPL. Sementara itu, pemecatan van Gaal dan Conte tidak hanya soal performa buruk di liga, tetapi konflik dengan para petinggi klub dan beberapa pemain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us