Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Android Bisa Move On dari 120 Hz, tapi Apple Masih Bertahan?

tampilan layar iPhone 17 varian warna Putih
tampilan layar iPhone 17 varian warna Putih (apple.com)
Intinya sih...
  • Android telah melampaui refresh rate 120 Hz dengan persaingan ketat di pasar smartphone, bahkan perangkat kelas menengah sudah mengusung panel 144 Hz.
  • Apple mempertahankan refresh rate 120 Hz melalui teknologi ProMotion dan strategi segmentasi produk, serta tidak semua aplikasi pihak ketiga di iOS dioptimalkan untuk refresh rate tinggi.
  • Refresh rate 120 Hz pada iPhone masih relevan bagi mayoritas pengguna dalam aktivitas sehari-hari, sementara Apple mulai menyesuaikan diri dengan layar 120 Hz ProMotion pada seluruh varian iPhone 17.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Refresh rate atau laju penyegaran layar kini menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi pengalaman pengguna smartphone. Semakin tinggi angka refresh rate, semakin mulus pula aktivitas scrolling, animasi, hingga interaksi visual di layar. Android sudah lebih dulu melangkah lewat refresh rate 120 Hz sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, sejumlah perangkat gaming telah melampaui angka tersebut karena menawarkan 144 Hz hingga 165 Hz. Contohnya, nubia Red Magic 5G sejak 2020 tercatat sebagai smartphone pertama yang dibekali dukungan refresh rate 144 Hz.

Berbeda dari Android, Apple terkesan lebih hati-hati dalam mengadopsi teknologi ini. Sejak diperkenalkan pada lini iPhone Pro, refresh rate 120 Hz melalui teknologi ProMotion masih dipertahankan hingga iPhone 17. Di sisi lain, sebagian pengguna menilai angka tersebut sudah tertinggal jika dibandingkan standar terbaru di Android. Lantas, apakah Apple sengaja menahan diri karena alasan strategi bisnis, atau ada pertimbangan teknis yang membuat mereka lebih konservatif? Mari sama-sama ulas lebih dalam melalui artikel berikut!

1. Bagi Android, refresh rate 120 Hz sudah jadi hal biasa

realme Neo 7 Turbo
realme Neo 7 Turbo (realme.com)

Dalam praktik nyata, Android lebih cepat melampaui standar 120 Hz karena ketatnya persaingan di pasar smartphone. Produsen seperti Xiaomi, iQOO, realme, hingga nubia terus berlomba menghadirkan kualitas visual terbaik. Bahkan, smartphone mid-range seperti realme Neo 7 Turbo sudah mengusung panel 144 Hz. Kondisi ini membuat refresh rate tinggi tak lagi menjadi fitur eksklusif HP premium. Strategi tersebut bukan hanya memanjakan gamer, tetapi juga konsumen umum yang menginginkan layar mulus tanpa harus membeli perangkat flagship mahal.

Kehadiran refresh rate tinggi di Android juga memicu developer aplikasi dan game untuk beradaptasi. Kini, banyak judul game mobile kompetitif mendukung 144 Hz bahkan 165 Hz demi menghadirkan pengalaman lebih responsif. Ekspektasi pengguna Android pun ikut berubah. Apabila sebuah HP flagship tidak menawarkan refresh rate tinggi maka dianggap tertinggal. Alhasil, 120 Hz pada Android kini lebih dipandang sebagai standar dasar (baseline) ketimbang nilai tambah yang bisa dibanggakan.

2. Strategi bertahan Apple dalam menyediakan refresh rate 120 Hz

Apple Intelligence
Apple Intelligence (apple.com)

Meski Android semakin melesat berkat dukungan refresh rate yang lebih tinggi, Apple memiliki strategi tersendiri untuk bertahan dan tidak terburu-buru melampaui standar 120 Hz. Pertama, Apple konsisten pada prinsip bahwa spesifikasi bukan sekadar angka, melainkan harus optimal dalam pengalaman penggunaan. Bagi Apple, refresh rate tinggi tidak boleh mengorbankan efisiensi daya, menimbulkan panas berlebih, atau menciptakan gangguan visual seperti tearing dan lag. Pasalnya, refresh rate tinggi berpotensi meningkatkan konsumsi daya serta menambah tantangan termal. Untuk menyiasatinya, Apple menerapkan teknologi variabel refresh rate (LTPO) yang mampu menurunkan frekuensi hingga sekitar 1 Hz ketika layar statis, sehingga konsumsi daya bisa lebih hemat.

Kedua, keputusan ini juga terkait dengan strategi segmentasi dan diferensiasi produk. Sebelum iPhone 17, fitur ProMotion hanya tersedia di model Pro sebagai nilai jual eksklusif. Baru pada iPhone 17, fitur tersebut diperluas ke seluruh lini, meski tetap dibatasi di 120 Hz.

Ketiga, tidak semua aplikasi pihak ketiga di iOS sepenuhnya dioptimalkan untuk refresh rate tinggi. Meskipun perangkat mendukung ProMotion, optimalisasi refresh rate 120 Hz tidak selalu konsisten pada setiap user interface (UI). Beberapa laporan di Apple Support Community juga menyebutkan bahwa refresh rate aktif kadang tidak mencapai 120 Hz dalam kondisi tertentu.

Terakhir, pengembangan layar dengan refresh rate lebih tinggi membutuhkan kombinasi faktor yang kompleks. Ini mencakup efisiensi daya, integrasi chipset, manajemen panas, panel beresolusi tinggi, hingga biaya riset dan produksi yang besar. Maka dari itu, Apple memilih jalur konservatif agar risiko kegagalan produk lebih kecil dan pengalaman pengguna tetap terjaga.

3. Apakah refresh rate 120 Hz sudah usang?

Performa layar OPPO A3 Pro mengusung refresh rate 120 Hz dan kecerahan 1000 nits
Performa layar OPPO A3 Pro mengusung refresh rate 120 Hz dan kecerahan 1000 nits (oppo.com)

Jika melihat spesifikasi di atas kertas, refresh rate 120 Hz pada iPhone memang tampak tertinggal dibandingkan Android yang sudah menawarkan hingga 165 Hz. Di forum Reddit, terdapat diskusi berjudul “Is the difference between 120 Hz and 165 Hz noticeable?” yang menyoroti perbedaan tersebut. Banyak pengguna mengakui adanya peningkatan pengalaman, terutama saat bermain game kompetitif atau dalam pergerakan cepat. Namun, tidak sedikit pula yang menilai perbedaan itu tidak terlalu signifikan untuk penggunaan sehari-hari. Dalam aktivitas ringan seperti berselancar di media sosial atau menonton video, refresh rate 120 Hz masih dianggap lebih dari cukup dan tetap relevan bagi mayoritas pengguna.

Dari perspektif Apple, angka 120 Hz bukanlah tanda ketertinggalan, melainkan wujud keseimbangan. Apple cenderung memprioritaskan pengalaman menyeluruh, mulai dari animasi yang halus, efisiensi daya baterai, hingga konsistensi performa di seluruh aplikasi. Walaupun Android sudah melangkah ke 165 Hz, Apple tampaknya memilih untuk menunggu hingga teknologi tersebut benar-benar matang sebelum membawanya ke pasaran. Berkat strategi ini, Apple tidak perlu terburu-buru mengikuti tren spesifikasi yang belum tentu memiliki dampak besar bagi semua pengguna.

4. Apakah Apple sudah bergerak ke arah sana melalui iPhone 17?

REDMAGIC 10S PRO
REDMAGIC 10S PRO (global.redmagic.gg)

Melansir The Verge, ada sejumlah indikasi bahwa Apple mulai menyesuaikan diri pada kebutuhan pasar. Pertama, seluruh varian iPhone 17 kini dibekali layar 120 Hz ProMotion, termasuk model nonPro. Kedua, Apple menghadirkan tampilan adaptif yang dapat turun hingga 1 Hz saat layar dalam kondisi statis, sehingga membantu efisiensi daya baterai. Dua langkah strategis ini menandakan kesadaran Apple untuk secara bertahap memenuhi ekspektasi bahwa flagship seharusnya hadir berlayar 120 Hz ke atas, bukan hanya terbatas pada lini Pro. Meski begitu, sejauh ini belum ada konfirmasi apakah Apple akan melangkah lebih jauh ke refresh rate 144 Hz atau 165 Hz.

Jika menilik tren pasar, Android sudah selangkah lebih maju menawarkan refresh rate hingga 165 Hz, terutama pada perangkat gaming. Angka yang lebih tinggi jelas menjadi nilai jual tersendiri. Bagi gamer, refresh rate besar memberikan pengalaman visual lebih mulus. Namun, bagi pengguna umum, perbedaan refresh rate di atas 120 Hz sering kali tidak terlalu kentara.

Apple sendiri memilih tetap menjadikan 120 Hz sebagai standar aman bagi mayoritas pengguna. Dukungan ProMotion adaptif dan efisiensi daya membuat implementasi Apple lebih menekankan kualitas ketimbang sekadar mengejar tren. Kehadiran 120 Hz di seluruh lini iPhone 17 menjadi bukti bahwa Apple lebih mengedepankan langkah evolusioner daripada revolusioner.

Meski banyak HP Android sudah melampaui 120 Hz, Apple kerap menekankan stabilitas, efisiensi energi, serta optimasi software-hardware. Alhasil, layar 120 Hz milik Apple bisa terasa lebih halus dalam praktik dibanding layar Android dengan refresh rate setara tetapi implementasinya kurang optimal. Ada kemungkinan Apple menunda penggunaan 144 Hz atau 165 Hz sampai benar-benar yakin konsumsi daya, panas, dan pengalaman visualnya bisa dijaga secara ideal.

Melansir TechRadar, banyak ulasan perangkat Android menunjukkan bahwa refresh rate tinggi sering menimbulkan konsekuensi pada baterai dan suhu. Ini bisa dilihat pada Redmagic 10S Pro. Meski membawa layar 144 Hz, perangkat tersebut sangat bergantung pada sistem pendingin dan manajemen daya agar performa tetap stabil.

Lalu, apakah refresh rate 120 Hz bisa disebut ketinggalan zaman? Tidak juga. Jika kamu menginginkan lebih, Android sudah menawarkan pilihan itu bahkan jauh di atasnya. Pertanyaannya, apakah langkah Apple ini bisa disebut cerdik karena mengutamakan kualitas atau justru menandakan mereka lengah menghadapi persaingan ketat di pasar smartphone yang berlomba menghadirkan refresh rate gemilang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

4 Kebiasaan Online yang Bisa Membahayakan Data Pribadi

14 Sep 2025, 19:58 WIBTech