Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Nomor Seri Gadget atau Software Kerap Tak Urut?

Xiaomi 17 Pro
Xiaomi 17 Pro (mi.com)
Intinya sih...
  • Windows 9 dilewati karena masalah kompatibilitas perangkat lunak lama dan ingin menekankan pembaruan mayor terakhir.
  • Apple melewatkan iPhone 9 untuk menandai dimulainya era baru dan memicu rasa penasaran publik.
  • Samsung melewatkan Galaxy Note 6 untuk menyederhanakan lini produk agar lebih mudah dipahami konsumen dan memanfaatkan simbol angka untuk memperkuat citra Note 7 sebagai perangkat istimewa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

DI dunia teknologi dan gadget, angka tidak selalu dimaknai sebagai simbol urutan. Penomoran seri angka sering kali memiliki makna strategis, branding dari masing-masing pabrikan, maupun pesan simbolis yang bisa memengaruhi persepsi konsumen terhadap sebuah produk. Artinya, seri angka tidak harus berurutan seperti 1 sampai 10. Ada kalanya perusahaan memilih untuk melewati satu angka tertentu dan langsung melompat ke angka berikutnya.

Contoh terbaru datang dari Xiaomi. Ia baru saja meluncurkan generasi ke 17 lewat kehadiran Xiaomi 17. Xiaomi 17 Ultra, Xiaomi 17 Pro, dan Xiaomi 17 Pro Max pada 25 September 2025 di pasar China. Ketiga produk ini dilepas ke pasar mulai 27 September 2025 melalui situs resmi Xiaomi China. Jika ditarik dari lini sebelumnya, seharusnya Xiaomi berada di seri ke-16. Namun, perusahaan memutuskan untuk melewati angka tersebut dan langsung melompat ke seri 17.

Jika menilik ke belakang, praktik skip number ini sudah beberapa kali dilakukan oleh berbagai produsen besar. Alasan yang melatarbelakanginya bisa bermacam-macam, mulai dari strategi pemasaran, kesesuaian teknis, hingga pantangan tentang budaya. Lantas, apakah fenomena skipped version (angka yang hilang) ini dilakukan secara acak atau kebetulan ada alasan kuat di balik keputusan tersebut? Untuk menjawabnya, mari bahas beberapa kasus nyata yang bisa memberi gambaran lebih jelas!

1. Windows 9

evolusi logo Windows
evolusi logo Windows (youtube.com/Hilton Animations)

Microsoft langsung melompat dari Windows 8.1 ke Windows 10 tanpa pernah merilis Windows 9. Keputusan ini sempat menimbulkan tanda tanya di kalangan pengguna. Menurut Lifewire, salah satu alasan teknisnya adalah masalah kompatibilitas perangkat lunak lama. Banyak kode program menggunakan deteksi string “Windows 9*” untuk merujuk pada Windows 95 atau Windows 98. Jika Microsoft tetap menamai produknya Windows 9, hal itu bisa memicu kekacauan teknis yang cukup serius.

Dalam tahap perencanaan dan pengembangan awal, Windows 10 memiliki nama sandi Threshold yang terinspirasi dari franchise gim Halo milik Microsoft. Pada saat itu, banyak orang, baik di dalam maupun luar perusahaan, menyebut sistem operasi baru ini sebagai Windows 9 atau Threshold. Bahkan, sempat muncul spekulasi nama lain seperti Windows X, Windows 365, Windows One, atau sekadar Windows. Namun, akhirnya Microsoft memilih nama Windows 10 untuk menandai arah baru dalam strategi pengembangan.

Menurut Mary Jo Foley dari ZDNet, alasan Microsoft menggunakan nama Windows 10 adalah karena mereka ingin menekankan bahwa versi ini akan menjadi pembaruan mayor terakhir. Selanjutnya, Microsoft berencana menghadirkan pembaruan kecil tetapi rutin, bukan lagi upgrade signifikan yang memerlukan jeda bertahun-tahun. Windows 10 juga dirancang berbasis kode yang sama untuk berbagai perangkat, sehingga antarmuka dapat menyesuaikan otomatis sesuai ukuran layar.

Selain alasan teknis, terdapat pula pertimbangan strategis. Windows 8 dianggap gagal di pasar sehingga Microsoft ingin menghapus stigma tersebut melalui citra awal baru yang diwujudkan lewat Windows 10. Menurut RBC Ukraine, hilangnya Windows 9 adalah cara Microsoft menghindari konotasi negatif dari Windows 8 sekaligus menekankan adanya terobosan inovasi besar.

Sejumlah teori alternatif terkait pantangan budaya juga berkembang. Angka 9 dianggap tidak beruntung di Jepang karena pengucapannya mirip kata yang berarti “siksaan” atau “penderitaan”. Fenomena ini mirip dengan budaya Barat yang menghindari angka 13. Di Jerman, kata nine terdengar seperti nein yang berarti “tidak” sehingga dinilai kurang menguntungkan secara pemasaran. Ada juga pendapat bahwa angka 10 terdengar lebih kuat serta modern dibanding angka 9, sehingga lebih tepat dijadikan strategi branding.

2. iPhone 9

iPhone X
iPhone X (apple.com)

Apple membuat langkah berani ketika melewatkan iPhone 9 dan langsung meluncurkan iPhone X (dibaca “ten”) pada 2017. Keputusan ini bertepatan dengan perayaan 10 tahun iPhone dan dianggap sebagai strategi branding untuk menandai dimulainya era baru. Menurut laporan YourStory, Apple ingin menegaskan bahwa iPhone X adalah produk revolusioner yang mampu mendefinisikan ulang standar smartphone.

Penggunaan angka Romawi “X” memberi kesan simbolis dan elegan, sekaligus menegaskan posisinya sebagai tonggak sejarah penting. Melalui iPhone X, Apple memperkenalkan sejumlah perubahan besar seperti desain layar hampir tanpa bezel, panel OLED beresolusi 2.436 x 1.125 piksel, serta teknologi Face ID. Semua ini menghadirkan pergeseran besar dari desain konvensional yang melekat pada generasi sebelumnya. Keputusan untuk tidak merilis iPhone 9 juga berhasil memicu rasa penasaran publik dan menegaskan iPhone X sebagai ikon revolusioner dalam sejarah Apple.

3. Samsung Note 6

Samsung Galaxy Note7
Samsung Galaxy Note7 (news.samsung.com)

Banyak orang sempat bingung ketika Samsung tidak merilis Galaxy Note 6, melainkan langsung beralih ke Galaxy Note 7 yang dirilis 2016. Padahal, di tahun sebelumnya perusahaan sudah menghadirkan Note 5, sehingga secara urutan logis publik mengira penerusnya adalah Note 6. Melansir India Today, alasan utama Samsung melewatkan angka tersebut adalah untuk menyederhanakan lini produk agar lebih mudah dipahami konsumen. Sejak 2011, seri Note memang dinamai berurutan dari Note 1 hingga Note 5 tanpa ada yang terlewat. Namun, keputusan tersebut diambil karena dua alasan penting.

Pertama, Samsung ingin menyelaraskan penamaan seri Note dengan seri Galaxy S. Seri Galaxy S diluncurkan sejak 2010, sementara seri Note menyusul setahun kemudian. Akibatnya, angka seri Note selalu satu tingkat lebih rendah dari seri S. Jika Samsung menamai perangkat terbarunya sebagai Note 6, akan muncul kesan bahwa perangkat ini lebih “rendah” dibanding Galaxy S7 yang rilis pada Februari tahun yang sama. Melalui penamaan Note 7, Samsung menegaskan bahwa keduanya berasal dari generasi yang sama dan sama-sama flagship.

Kedua, faktor numerologi juga diduga berpengaruh. Seperti di banyak negara, angka 7 di banyak budaya dianggap membawa keberuntungan dan memiliki makna positif. Samsung bukanlah perusahaan pertama yang sengaja melewatkan angka dalam penamaan produknya. Sebelumnya, Blackberry dan Microsoft juga pernah melakukan strategi serupa demi branding dan persepsi pasar. Melalui langkah ini, Samsung bukan hanya menyelaraskan seri produknya, tetapi juga memanfaatkan simbol angka untuk memperkuat citra Note 7 sebagai perangkat istimewa.

4. iOS 26

iOS 26
iOS 26 (apple.com)

Apple resmi merilis iOS 26 versi final pada 15 September 2025 (16 September 2025 waktu Indonesia), setelah sebelumnya diumumkan di ajang WWDC 2025 pada 9 Juni 2025. Perilisan ini memunculkan pertanyaan besar soal kenapa Apple memilih melewatkan iOS 19 dan langsung melompat ke iOS 26. Melansir 9to5Mac, Apple memanfaatkan momentum untuk menyelaraskan penamaan sistem operasi sesuai tahun kalender. Meski tahun saat peluncuran adalah 2025, sebagian besar masa pakai iOS 26 akan berlangsung pada 2026.

iOS 26 akan tetap menjadi sistem operasi utama hingga September 2026 sebelum digantikan oleh iOS 27. Itu artinya adalah 9 dari 12 bulan siklus hidup iOS 26 berada pada 2026 mendatang. Inilah alasan Apple memilih angka 26 dan bukan 25 agar penamaan lebih relevan sesuai tahun dominan dari masa pakai OS tersebut. Untuk menjaga konsistensi, Apple juga menyesuaikan seluruh lini platform lain ke skema penomoran baru. Hasilnya, kini semua sistem operasi utama sejajar.

  • iOS 19 → iOS 26
  • iPadOS 19 → iPadOS 26
  • watchOS 11 → watchOS 26
  • macOS 15 → macOS 26
  • visionOS 3 → visionOS 26
  • tvOS 19 → tvOS 26

Perubahan ini memudahkan pengguna mengingat versi dan mengurangi kebingungan. Meski begitu, Apple tidak menerapkan pola ini pada lini smartphone. iPhone terbaru tetap dinamai iPhone 17, bukan iPhone 26. Alasannya, perangkat keras dipasarkan dalam siklus multi-tahun, sedangkan pembaruan perangkat lunak diberikan gratis dan tersedia tiap tahun. Maka dari itu, penomoran berbasis tahun lebih relevan untuk software, sementara iPhone mempertahankan urutan numeriknya sebagai strategi pemasaran yang lebih masuk akal.

5. Xiaomi 17

Xiaomi 17
Xiaomi 17 (mi.com)

Masih hangat diperbincangkan, Xiaomi resmi meluncurkan seri ke-17 melalui Xiaomi 17, Xiaomi 17 Pro, dan Xiaomi 17 Pro Max pada 25 September 2025 di pasar China. Tidak seperti kebanyakan produsen smartphone yang menaikkan nomor seri secara berurutan, perusahaan asal China ini mengambil langkah unik dengan melewati angka 16. Keputusan tersebut langsung jadi sorotan, terutama karena momennya bertepatan dengan perilisan iPhone 17 Series dari Apple beberapa waktu lalu.

Mengutip laporan The Verge, flagship terakhir Xiaomi adalah seri 15 yang ditutup lewat kehadiran 15T. Setelah itu, seri Xiaomi langsung melompat ke 17. Biasanya, produsen asal China melewati angka tertentu karena faktor budaya, seperti angka empat yang dianggap sial. Misalnya, OnePlus melompat dari seri 13 ke 15. Namun, kasus Xiaomi justru berbeda. Melansir Weibo, perusahaan secara terang-terangan menyebut bahwa mereka memilih angka 17 untuk menyamakan laju penomoran Apple. Bukan sekadar untuk meniru, langkah ini menjadi tanda bahwa Xiaomi secara terang-terangan menantang produk Apple khususnya iPhone 17 Series di perlombaan teknologi gadget, setidaknya itu yang disampaikan oleh Lei Jun di unggahan Weibo pribadinya.

Fenomena hilangnya angka dalam penomoran smartphone maupun software menunjukkan bahwa upgrade tidak selalu ditentukan oleh urutan angka. Dalam banyak kasus, ada pertimbangan matang di balik layar, meski tidak semuanya diumumkan secara terbuka kepada publik. Di situlah letak asyiknya.

Angka yang hilang pastinya menimbulkan rasa penasaran. Hal ini membuktikan bahwa sesuatu yang terlihat sepele seperti angka saja bisa menghadirkan misteri besar. Pertanyaannya, apakah kamu sudah sadar dari awal akan pola ini atau justru baru menyadarinya sekarang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

7 Cara Pesan Makanan di ShopeeFood, Praktis untuk Pemula

01 Okt 2025, 08:28 WIBTech