Kenapa Update OS itel S26 Ultra Masih Jadi Tanda Tanya?

- Perbedaan antara "klaim update" dan implementasi di lapangan
- Sumber daya teknis dan dukungan internal
- Prioritas pasar dan aspek komersial
Sejak rilis di Indonesia pada 24 September 2025, itel S26 Ultra atau yang juga dikenal sebagai itel Super 26 Ultra langsung menarik perhatian konsumen. Smartphone ini hadir dibekali bodi tipis 6,8 mm, layar lengkung AMOLED, serta sejumlah fitur AI yang membuatnya cukup kompetitif di kelas mid-range.
Soal harga, itel S26 Ultra dibanderol mulai Rp2.399.000 untuk varian 8/128 GB dan Rp2.599.000 untuk varian 8/256 GB. Dari sisi software, perangkat ini dibekali Android 15 serta antarmuka itelOS 15 yang memberi kesan segar pada pengalaman pengguna sehari-hari. itel juga memberikan keunggulan tambahan berupa garansi fluency 6 tahun untuk memastikan performa tetap stabil dalam jangka panjang. Jaminan seperti ini tergolong langka di industri smartphone, terutama untuk perangkat di kelas menengah ke bawah.
Meski terlihat menjanjikan, persoalan yang kini mengemuka adalah soal kejelasan update sistem operasi. itel S26 Ultra memang menawarkan OS terbaru. Sayangnya, smartphone ini belum dijanjikan akan menerima pembaruan major Android secara konsisten. Pihak itel sempat menyebut bahwa itel S26 Ultra mendapat dukungan update OS selama 1,5 tahun. Namun, tidak dijelaskan secara gamblang apakah yang dimaksud adalah update keamanan atau benar-benar upgrade sistem operasi. Lantas, apa sebabnya?
1. Perbedaan antara "klaim update" dan implementasi di lapangan

Produsen smartphone kerap mengedepankan janji update OS sebagai daya tarik penjualan. Banyak merek menggunakan klaim seperti “dua kali upgrade Android” atau “pembaruan keamanan selama beberapa tahun” untuk meyakinkan konsumen. Namun, realisasi janji tersebut seringkali jauh dari kata konsisten. Beberapa ulasan bahkan menyebutkan bahwa produsen tidak jarang gagal menepati janji update atau merilisnya dengan sangat lambat.
Contoh nyata terlihat pada itel S26 Ultra. Melansir Silkroom Odoo, smartphone ini dipasarkan dengan janji akan mendapatkan hingga dua kali update OS Android. Spekulasi sementara menyebut bahwa perangkat ini akan menerima Android 15 → Android 16 → Android 17. Namun, hingga menjelang akhir 2025 belum ada kepastian apakah smartphone tersebut benar-benar akan mendapatkan Android 16 atau versi berikutnya. Bahkan, sejumlah sumber menyoroti kebijakan update OS dan patch keamanan dari itel yang dinilai kurang transparan serta tidak selalu diberikan tepat waktu.
Kesenjangan ini menciptakan ketidakpuasan di kalangan konsumen. Bagi sebagian pengguna, kepastian update bukan hanya soal menikmati fitur baru, melainkan juga terkait perlindungan keamanan perangkat. Ketiadaan bukti konkret membuat janji dua kali update OS itu rawan dianggap hanya strategi pemasaran, sementara pengguna masih menunggu bukti konkret.
2. Sumber daya teknis dan dukungan internal

Merilis update OS besar bukanlah perkara mudah. Proses ini melibatkan penyesuaian driver chipset, modem, GPU, hingga pengujian kompatibilitas aplikasi bawaan dan antarmuka. Dengan basis chipset UNISOC T7300, itel kemungkinan menghadapi tantangan untuk memastikan transisi ke versi Android berikutnya berjalan mulus.
Pabrikan besar seperti Samsung atau Xiaomi memiliki tim R&D software yang kuat, sementara itel masih relatif kecil di pasar global. Keterbatasan sumber daya ini berpotensi menunda bahkan menggagalkan distribusi update. Meski sudah ada janji, faktor teknis internal tetap menjadi hambatan utama dalam merealisasikan pembaruan.
3. Prioritas pasar dan aspek komersial

Dalam praktiknya, produsen lebih sering memusatkan perhatian pada perangkat flagship atau pasar dengan volume penjualan tinggi. Model menengah seperti itel S26 Ultra biasanya tidak masuk daftar utama dalam siklus pembaruan, karena mempertahankan seri premium dianggap lebih menguntungkan ketimbang memberi dukungan jangka panjang pada lini mid-range. Selain itu, perilaku konsumen di pasar berkembang seperti Asia Tenggara atau Afrika cenderung tidak seketat di Eropa atau Amerika dalam menuntut update perangkat lunak. Ketika tekanan pasar rendah, produsen bisa lebih longgar dalam memenuhi janjinya. Akibatnya, pengguna yang berharap dukungan berkelanjutan justru merasa terabaikan.
4. Kompatibilitas hardware dan hambatan teknis

Setiap kali Android merilis versi baru, sistem biasanya membawa perubahan signifikan, mulai dari manajemen memori hingga peningkatan fitur keamanan. Jika perangkat keras tidak cukup fleksibel, proses migrasi justru berisiko menimbulkan masalah performa atau bug. Dalam kasus itel S26 Ultra, chipset UNISOC yang digunakan sejauh ini belum benar-benar terbukti mampu mendukung pembaruan jangka panjang secara mulus.
Secara teori, janji dua kali pembaruan OS masih mungkin terealisasi. Namun, risiko penurunan performa dan potensi ketidakstabilan bisa menjadi alasan mengapa update tersebut tertunda. Bagi produsen, merilis upgrade setengah matang justru berisiko merusak citra merek. Maka dari itu, itel mungkin memilih untuk lebih berhati-hati sebelum melepas pembaruan besar berikutnya.
5. Rekam jejak dan kepercayaan konsumen

Kepercayaan konsumen terhadap sebuah merek sangat ditentukan oleh rekam jejaknya. itel, sebagai merek yang relatif baru, belum memiliki catatan panjang terkait konsistensi pembaruan sistem operasi. Bahkan pada model sebelumnya, itel S25 Ultra, pembaruan besar baru mulai terealisasi belakangan ini.
Melansir InfinixMob, itel akhirnya merilis update Android 15 untuk itel S25 dan S25 Ultra dalam bentuk itelOS 15 yang membawa beragam fitur baru dari Android 15. Pembaruan ini hadir dengan firmware versi S685LN-V1.8.1-T-TR-240118V1321 (QP001PF001AZ) dengan ukuran unduhan sekitar 5,83 GB, meski bisa sedikit berbeda di tiap wilayah. Saat ini, distribusi update telah dikonfirmasi di Pakistan, India, dan sebagian wilayah Asia Selatan, sementara negara lain kemungkinan menyusul tergantung pada persetujuan operator, pembatasan regional, atau faktor teknis lain yang kerap memengaruhi rollout perangkat lunak besar.
Meskipun ini kabar positif, fakta bahwa update tersebut baru tersedia di sebagian wilayah menunjukkan adanya tantangan distribusi global. Di Indonesia sendiri, belum banyak pengguna yang melaporkan telah menerima update ini. Kondisi tersebut membuat janji dukungan OS terasa berjalan lambat, sekaligus menimbulkan keraguan di kalangan konsumen apakah pola keterlambatan serupa juga akan terjadi pada model lebih baru seperti itel S26 Ultra.
Secara keseluruhan, kepastian update OS untuk itel Super 26 Ultra masih menyisakan kesenjangan antara janji dan realisasi di lapangan. Faktor seperti keterbatasan sumber daya teknis, prioritas pasar, hambatan kompatibilitas hardware, serta rekam jejak merek menjadi alasan utama mengapa pembaruan ini masih sebatas wacana. Meski demikian, klaim resmi itel mengenai dua kali update OS dan enam tahun patch keamanan tetap memberi angin segar sekaligus setitik harapan bagi konsumen.
Hingga kini belum ada kepastian kapan pembaruan sistem operasi akan digulirkan. Situasi ini membuat banyak pengguna bertanya-tanya apakah janji tersebut benar-benar akan terealisasi atau hanya sebatas strategi pemasaran. Ke depan, pengguna tentu berharap itel segera memberikan jadwal upgrade yang konkret, misalnya target pembaruan ke Android 16 dalam waktu dekat. Transparansi dari pihak itel sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan konsumen, sementara pengguna disarankan tetap memantau kanal resmi agar tidak ketinggalan informasi terbaru.