Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Microsoft Melaporkan 7.000 Serangan Kata Sandi per Detik

Gedung 92 di kantor pusat Microsoft Corporation di Redmond, Washington, Amerika Serikat (commons.wikimedia.org/Coolcaesar)
Gedung 92 di kantor pusat Microsoft Corporation di Redmond, Washington, Amerika Serikat (commons.wikimedia.org/Coolcaesar)
Intinya sih...
  • Lonjakan serangan kata sandi mencapai 7.000 kali per detik, didorong oleh peretas negara yang memiliki sumber daya besar dan teknologi mutakhir.
  • Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) oleh peretas meningkatkan risiko serangan dalam skala besar dengan konten palsu untuk menipu sistem keamanan.
  • Kasus penipuan siber melonjak 400%, Microsoft mampu memblokir 600 juta serangan per hari, tetapi pola serangan terus berkembang memerlukan solusi keamanan canggih.

Tidak bisa dipungkiri, kemajuan pesat dalam teknologi digital memang membawa banyak keuntungan. Namun, di sisi lain, ancaman terhadap keamanan siber juga tidak bisa diabaikan.

Microsoft baru-baru ini menerbitkan Digital Defense Report 2024 yang mengungkapkan betapa gentingnya situasi keamanan dunia maya saat ini. Salah satu temuan penting dari laporan ini adalah lonjakan signifikan dalam serangan kata sandi. Frekuensinya mencapai 7.000 serangan setiap detik. Lantas, apa yang menyebabkan frekuensi serangan ini menukik begitu tajam? Temukan jawabannya dalam artikel berikut!

1. Microsoft melaporkan bahwa serangan kata sandi terjadi 7.000 kali per detik

ilustrasi memasukkan kata sandi (freepik.com/rawpixel.com)

Laporan Microsoft menunjukkan bahwa serangan kata sandi kini berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu 7.000 kali tiap detik. Salah satu faktor utama di balik peningkatan ini adalah keterlibatan peretas yang didukung oleh negara. Beberapa negara diketahui menggunakan peretas dengan keahlian tinggi untuk mencuri data, menyebarkan ransomware, atau merusak infrastruktur penting. Tim Burt, kepala Microsoft’s Customer Security and Trust, menjelaskan bahwa peretas negara menjadi makin sulit diatasi karena mereka memiliki akses ke sumber daya yang besar, pelatihan yang lebih baik, serta teknologi mutakhir.

Serangan dari peretas negara ini sangat mengancam keamanan global karena mereka memiliki agenda yang jauh lebih luas dibandingkan dengan peretas biasa. Selain mencuri data penting, mereka juga merusak operasi digital, menciptakan celah untuk serangan di masa depan, dan menjalankan kampanye pengaruh politik yang mengancam stabilitas. Ini mengindikasikan bahwa ancaman siber tidak hanya merupakan masalah teknis, tetapi juga merupakan tantangan geopolitik yang serius.

2. Laporan Microsoft juga menyoroti bagaimana kecerdasan buatan (AI) menjadi alat baru yang mematikan bagi peretas

ilustrasi peringatan sistem sedang diretas (freepik.com/DC Studio)

Selain peretas yang didukung oleh negara, laporan Microsoft juga menekankan bahwa kecerdasan buatan (AI) kini menjadi senjata baru yang berbahaya bagi para peretas. AI digunakan untuk menghasilkan konten palsu seperti gambar, video, dan teks yang dirancang untuk menipu sistem keamanan serta manusia. Pemanfaatan AI oleh peretas memungkinkan mereka melancarkan serangan dalam skala yang lebih besar dengan usaha yang lebih sedikit. Menurut Burt, AI akan memperkuat kemampuan peretas dalam melancarkan serangan sehingga memperbesar risiko bagi perusahaan dan individu di dunia maya.

Data yang diungkap oleh Microsoft sangat memprihatinkan. Kasus penipuan siber melonjak hingga 400 persen sejak 2022, sementara serangan ransomware hampir tiga kali lipat. Meski demikian, Microsoft masih mampu memblokir lebih dari 600 juta serangan setiap harinya serta memantau 78 triliun sinyal dari cloud, perangkat, dan mitra untuk mendeteksi ancaman. Namun, peretas yang semakin terampil menggunakan AI dan pola serangan terus berkembang menuntut solusi keamanan yang lebih canggih.

3. Digital Defense Report 2024 memberikan gambaran suram tantangan keamanan siber di masa mendatang

ilustrasi hacker (freepik.com/DC Studio)

Digital Defense Report 2024 memberikan gambaran yang suram tentang tantangan keamanan siber yang akan dihadapi di masa mendatang. Meski Microsoft memiliki tim keamanan yang tangguh, ancaman dari peretas yang didukung negara dan serangan yang didorong oleh AI menjadikan keamanan siber semakin sulit untuk dijaga. Para peretas ini tidak hanya menyerang jaringan dan kata sandi, tetapi juga memiliki potensi untuk memengaruhi kejadian di dunia nyata melalui kampanye pengaruh dan sabotase.

Peningkatan penggunaan AI dalam serangan siber menuntut pendekatan baru dalam menjaga keamanan. Baik perusahaan maupun individu harus lebih waspada dan proaktif dalam melindungi diri dari ancaman yang terus berkembang ini. Laporan Microsoft menegaskan bahwa meskipun ada kemajuan dalam menangkal serangan. Teknologi yang digunakan oleh peretas berkembang lebih cepat daripada pertahanan yang ada. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran dan inovasi yang berkelanjutan agar tetap aman di dunia maya yang semakin berisiko.

Berkaca dari Digital Defense Report 2024 yang dilaporkan Microsoft semakin menegaskan bahwa ancaman siber kian meningkat baik dari segi frekuensi maupun kompleksitasnya. Ketika peretas yang didukung negara dan penggunaan kecerdasan buatan oleh para pelaku kejahatan siber, risiko yang dihadapi masyarakat global terus meningkat. Situasi ini menuntut langkah-langkah keamanan yang lebih canggih dan proaktif.

Meski Microsoft telah memblokir jutaan serangan tiap harinya, perkembangan teknologi yang cepat berarti bahwa upaya keamanan harus terus ditingkatkan agar dapat mengimbangi ancaman yang terus berevolusi. Dunia maya makin berbahaya dan keamanan digital kini menjadi prioritas utama bagi semua pihak. Maka dari itu, perusahaan dan individu di seluruh dunia diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan membentengi pertahanan mereka terhadap serangan yang semakin canggih dan masif di masa mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Reyvan Maulid
EditorReyvan Maulid
Follow Us