Mengenal Sonic Fire Tech, Pemadam Api Skala Kecil Tenaga Infrasonik

- Gelombang suara mampu memadamkan api dengan mengganggu lapisan tipis oksigen di sekitar api, sehingga reaksi pembakaran terhenti.
- Konsep pemadaman api berbasis suara sudah dikembangkan sejak 2015 oleh mahasiswa dan riset militer, kemudian dikembangkan ke ranah komersial oleh Sonic Fire Tech.
- Sonic Fire Tech fokus pada penanggulangan bara api (embers) dengan menggunakan sensor untuk mengaktifkan "zona non-ignisi" tanpa menggunakan air dan tetap dapat beroperasi meskipun listrik padam.
Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran—terutama kebakaran hutan dan permukiman—menjadi ancaman yang semakin serius. Data dari National Interagency Fire Center mencatat bahwa kebakaran hutan di Amerika Serikat saja menghanguskan jutaan hektare lahan setiap tahunnya, dengan kerugian properti yang terus meningkat. Ironisnya, banyak bangunan justru tidak hancur akibat kobaran api besar, melainkan karena bara api kecil yang sulit dikendalikan.
Kondisi ini mendorong para peneliti untuk mencari pendekatan baru yang lebih presisi dan minim kerusakan. Salah satu gagasan yang terdengar tidak biasa, namun berbasis sains, adalah memadamkan api menggunakan gelombang suara, sebuah konsep yang kini dikenal melalui teknologi bernama Sonic Fire Tech. Lantas, apa sebenarnya keterbaruan yang ditawarkan oleh teknologi ini? Yuk, kita bahas!
1. Gelombang suara memang bisa memadamkan api

Selama ini, kita mengenal pemadaman api hanya bisa menggunakan air, busa, atau bahan kimia. Namun, melansir Scientific American, gelombang suara ternyata mampu mengganggu proses pembakaran api. Prinsip dasarnya adalah api membutuhkan tiga unsur untuk tetap menyala, yaitu panas, bahan bakar, dan oksigen. Jika salah satu unsur tersebut terganggu, maka api akan padam.
Gelombang suara bekerja dengan cara mengganggu lapisan tipis oksigen yang berada di sekitar api. Ketika oksigen tidak dapat menyatu dengan bahan bakar secara stabil, maka reaksi pembakaran akan terhenti. Oleh karena itu, saat ini konsep pemadaman api menggunakan suara mulai dikembangkan secara lebih mendalam.
2. Konsep menarik yang berawal dari eksperimen mahasiswa dan riset militer

Konsep ini mulai menarik perhatian publik pada 2015, ketika dua mahasiswa teknik dari George Mason University, Viet Tran dan Seth Robertson, menciptakan sound wave blaster. Alat ini memanfaatkan gelombang suara frekuensi rendah (sekitar 30–60 Hz) untuk memadamkan api kecil tanpa air atau bahan kimia.
Namun sebenarnya, ide ini bukan hal baru. DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) sudah meneliti pemadaman api berbasis suara pada periode akhir 2000-an hingga awal 2010-an, terutama untuk ruang tertutup seperti pesawat dan kapal selam. Meski belum efektif untuk api besar, riset ini membuka jalan bagi pengembangan teknologi yang lebih presisi dan aman.
3. Munculnya teknologi baru yang bernama Sonic Fire Tech

Dari riset akademik dan militer, teknologi ini kemudian dikembangkan ke ranah komersial oleh Sonic Fire Tech. Perusahaan tersebut didirikan oleh mantan insinyur NASA bernama Geoff Bruder. Fokus utamanya adalah memadamkan api menggunakan infrasound, yaitu gelombang suara dengan frekuensi di bawah 20 Hz yang tidak dapat didengar oleh telinga kita.
Bruder menjelaskan bahwa cara kerja teknologi ini adalah dengan menggetarkan molekul oksigen lebih cepat daripada kemampuan api untuk mengonsumsinya. Melalui metode tersebut, Sonic Fire Tech mampu memadamkan api berukuran kecil dari jarak hingga 25 kaki. Keunggulan utama dari cara ini sendiri adalah tidak menimbulkan kerusakan tambahan pada area sekitar, karena tidak meninggalkan sisa air maupun bahan kimia.
4. Fokus pada penanggulangan bara api (embers)

Berdasarkan data dari IFSJ, lebih dari 90% penyalaan rumah akibat kebakaran hutan dipicu oleh bara api kecil (embers), bukan oleh kobaran api besar. Bara api ini dapat terbang jauh dan menumpuk di area atap atau saluran udara, sehingga memicu munculnya titik api baru di rumah kita. Sonic Fire Tech diciptakan khusus untuk menangani persoalan ini.
Sistem mereka menggunakan sensor yang memantau suhu panas dan pergerakan bara secara langsung (real-time). Jika terdeteksi adanya bahaya, sistem akan segera mengaktifkan "zona non-ignisi", yaitu area di sekitar rumah yang membuat api tidak mungkin menyala karena oksigen terus-menerus diganggu oleh gelombang suara. Seluruh proses ini dilakukan tanpa menggunakan air dan tetap dapat beroperasi meskipun listrik padam karena tersedia baterai cadangan.
5. Teknologi yang menjanjikan tetapi masih punya batasan

Walaupun terlihat sangat canggih, teknologi ini belum bisa menjadi solusi untuk segala situasi. Menurut Albert Simeoni dari Worcester Polytechnic Institute, pengaruh gelombang suara terhadap api sebenarnya sudah lama diketahui dalam ilmu pembakaran. Namun, tantangan terbesarnya adalah ukuran api; gelombang suara efektif untuk memadamkan api kecil, tetapi sulit digunakan pada kebakaran besar yang lebih rumit.
Pihak Emergent juga menyebutkan bahwa kebutuhan energi yang besar serta faktor lingkungan, seperti angin, masih menjadi hambatan. Meskipun demikian, Sonic Fire Tech menunjukkan potensi yang nyata karena saat ini uji coba sedang berlangsung di California, dengan rencana pemasangan puluhan unit pertama pada tahun 2026. Teknologi ini tidak bertujuan untuk menggantikan alat pemadam api biasa secara keseluruhan, melainkan sebagai sistem perlindungan tambahan yang dapat menyelamatkan rumah kita sebelum api menjadi lebih besar.


















