Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rabbit R1 (dok. Rabbit)

Intinya sih...

  • Game Concord dan Suicide Squad: Kill the Justice League gagal total karena kurangnya pemain, kualitas visual membosankan, dan gameplay yang tidak menarik.
  • Humane AI Pin menuai banyak kritikan karena tidak memenuhi harapan pengguna, meskipun didanai US$240 juta dan disebut sebagai produk terburuk oleh reviewer teknologi ternama.
  • Rabbit R1 dan Large Action Model (LAM) mengalami kegagalan karena kontroversi bahwa software di Rabbit R1 sebenarnya merupakan aplikasi Android yang bisa dipasang di perangkat lain.

Industri teknologi menghadapi ‘gelombang’ produk gagal pada 2024 kemarin. Peluncuran produk teknologi yang overhyped berulang kali gagal, AI penuh gimmick membanjiri pasaran dan bahkan, industri game juga memiliki tahun yang sulit lewat serangkaian PHK massal dan sejumlah game dengan kualitas mengecewakan. Berikut 7 teknologi dan gadget yang gagal total di 2024.

1.Concord

Concord (dok. Firewalk Studios)

Concord menjadi game paling banyak dibicarakan tahun lalu karena kegagalannya. Game ini hanya bisa meraih dibawah kurang dari 700 pemain secara bersamaan di Steam dan bahkan sepi pemain di PS5. Membanderol game ini di harga yang cukup tinggi di pasara yang didominasi oleh game free-to-play dengan genre serupa, ditambah dengan kualitas visual membosankan dan gameplay tanpa sesuatu yang menarik, membuat Concord jadi semakin gagal total. Kegagalan serupa juga dirasakan Suicide Squad: Kill the Justice League yang rilis di tahun yang sama.

2.Humane AI Pin

Humane AI Pin (dok. Humane)

Humane AI Pin seharga US$700 atau sekitar Rp11 juta diluncurkan dan menuai banyak kritikan meski telah dikembangkan selama bertahun-tahun, didanai sebanyak US$240 juta dan mendapat dukungan langsung dari CEO OpenAI – Sam Altman. Reviewer teknologi ternama seperti Marques Brownlee bahkan menyebut Humane AI Pin sebagai “produk terburuk yang pernah ia ulas”. Dipasarkan sebagai asisten yang mampu memudahkan aktivitas harian pengguna menggunakan AI, perangkat ini ternyata tidak memenuhi harapan.

3.Rabbit R1

Humane AI Pin (dok. Human)

Rabbit R1 memperkenalkan Large Action Model (LAM), konsep AI yang bisa menangani tugas diluar kemampuan Large Language Model (LLM). Desain bodi warna oranye dan sistem operasi RabbitOS yang diusungnya menarik banyak perhatian. Sayangnya, perangkat ini gagal memenuhi janjinya, dengan kontroversi yang semakin dalam ketika reviewer menemukan fakta bahwa software di Rabbit R1 sebenarnya merupakan aplikasi Android yang bisa dipasang di perangkat lain. Hal tersebut membuat banyak orang merasa jika LAM di perangkat ini hanyalah gimmick.

4.Fisker Ocean

Fisker Ocean (dok. Fisker)

Bangkrutnya Fisker Inc. tahun lalu diakibatkan oleh kesalahan manajemen, kualitas produk yang buruk dan kekacauan finansial. Perusahaan mobil itu memprioritaskan pemotongan biaya dan produksi yang terburu-buru, sehingga mengabaikan kontrol kualitas dan masalah pengoperasian. Kegagalan Fisker terlihat jelas di Ocean, mobil SUV andalan mereka yang mengalami masalah software dan komponen yang tidak berfungsi dengan baik. Alhasil, mereka harus menarik kembali mobil itu dari peredaran dengan alasan keselamatan.

5.Intel

Intel (dok. Intel)

Kemunduran Intel menjadi lebih nyata di 2024 kemarin ketika raksasa teknologi itu kesusahan untuk mengimbanginya rivalnya yaitu AMD. Prosesor Intel Core generasi ke-13 dan 14 mereka mengalami banyak masalah yang kemudian diidentifikasi berasal dari bug Vmin Shift. Tidak hanya itu, Intel juga tertinggal jauh di pasar prosesor berbasis ARM dari kompetitor seperti Apple dengan M4 dan Qualcomm dengan Snapdragon X Elite. Intel juga mengalami kerugian besar hingga US$16,6 miliar di Q3 karena harga saham dan pangsa pasar yang anjlok.

6.Apple Vision Pro

Apple Vision Pro (dok. Apple)

Apple Vision Pro memang mengesankan namun gagal menjadi perangkat yang wajib dimiliki. Meski Apple memasarkannya sebagai terobosan untuk AR dan VR, aplikasi yang tersedia ternyata sangat terbatas. Aplikasi seperti Netflix, Spotify dan YouTube bahkan tidak langsung tersedia ketika Vision Pro diluncurkan. Masalah kenyamanan juga dikeluhkan pengguna, disamping banderol harga US$3,500 atau sekitar Rp56 juta yang dinilai tidak masuk akal, terutama jika dibandingkan dengan headset VR lain seperti Meta Quest 3 yang hanya US$500.

7.Panels

Panels (dok. MKBHD)

Panels merupakan aplikasi Wallpaper buatan salah satu reviewer teknologi kenamaan yaitu Marques Brownlee, yang diluncurkan pada September tahun lalu namun gagal total. Kritikan terbesar yang pengguna lemparkan untuk aplikasi ini adalah fakta bahwa Panels menawarkan wallpaper beresolusi tinggi lewat model berlangganan seharga US$12 per bulan atau US$50 per tahun. Ada opsi untuk mengunduh wallpaper secara gratis memang, namun pengguna harus menonton iklan terlebih dahulu untuk mengunduh wallpaper dengan resolusi standar.

Demikian tadi ulasan mengenai beberapa teknologi dan gadget yang gagal total di 2024. Apakah kamu sempat menjadi korban dari kegagalan produk-produk di atas?

Editorial Team