Trump Luncurkan Trump Mobile dengan Paket Khusus dan Ponsel Edisi Emas

Trump luncurkan Trump Mobile melalui Trump Organization pada Senin (16/6/2025). Layanan telepon seluler tersebut merilis paket bernama The 47 Plan dengan harga 47,45 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp771 ribu per bulan. Harga tersebut telah mencakup layanan panggilan, pesan, data tanpa batas, bantuan pinggir jalan, serta manfaat Telehealth and Pharmacy Benefit, menurut situs resminya.
Dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (17/6), nama paket merujuk pada posisi Donald Trump sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat. Selain layanan telepon, perusahaan juga akan merilis ponsel edisi khusus bernama T1 pada bulan September mendatang.
Ponsel T1 dijual seharga 499 dolar AS (sekitar Rp8,1 juta) dan menampilkan desain berlapis logam emas dengan ukiran bendera Amerika, serta menjalankan Android 15. Ponsel ini memiliki layar AMOLED 6,8 inci, kamera utama 50 megapiksel, kamera selfie 16 megapiksel, RAM 12 gigabyte, dan penyimpanan internal 256 gigabyte.
1. Trump Mobile dijalankan anak-anak Trump dan klaim setara operator nasional
Usaha baru ini dipimpin oleh dua putra Trump, yakni Donald Trump Jr dan Eric Trump. Mereka mengambil alih kepemimpinan Trump Organization sejak Trump mulai menjalani masa kepresidenannya yang kedua.
Trump Jr menyampaikan bahwa paket layanan akan mencakup telemedicine, bantuan pinggir jalan, dan teks tanpa batas ke 100 negara di seluruh dunia dengan biaya bulanan tetap, menurut pernyataan yang disampaikan di Trump Tower.
Trump Mobile juga mengklaim jaringannya sebanding dengan tiga operator nasional utama Amerika Serikat, yaitu Verizon, AT&T, dan T-Mobile. Meskipun begitu, lokasi pusat layanan pelanggannya tidak diungkapkan dengan alasan keamanan.
Selain panggilan gratis ke lebih dari 100 negara, layanan ini terintegrasi dengan Drive America untuk bantuan pinggir jalan. Perusahaan juga menyatakan semua layanan pelanggan dilakukan oleh orang Amerika untuk pelanggan Amerika.
Namun, dari sisi harga, “The 47 Plan” tergolong mahal dibanding kompetitornya. Sebagai perbandingan, Visible milik Verizon menawarkan layanan serupa hanya seharga 25 dolar AS (sekitar Rp406 ribu) per bulan, sedangkan Mint Mobile menawarkan paket tanpa batas seharga 30 dolar AS (sekitar Rp487 ribu).
2. Peluncuran picu kekhawatiran etika dan potensi konflik kepentingan
Masuknya Trump Mobile ke pasar menimbulkan kekhawatiran tentang konflik kepentingan karena Trump saat ini menjabat sebagai presiden dan memiliki otoritas atas lembaga federal yang mengatur sektor telekomunikasi. Hal ini menempatkan ketua Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC), Brendan Carr, dalam posisi rumit.
Carr kini harus mengawasi regulasi jaringan yang berkaitan langsung dengan nama presiden yang sedang menjabat. Situasi ini dianggap sebagai dilema etika baru dalam hubungan antara bisnis dan kekuasaan.
Robert Weissman dari Public Citizen menyebut perusahaan saingan mungkin ragu untuk mengiklankan produk yang lebih murah karena intimidasi. Ia juga mempertanyakan apakah komponen asing di ponsel Trump akan bebas dari tarif yang ditetapkan administrasi Trump, dan menyebutnya sebagai distorsi ekonomi di sekitar merek Trump, dikutip dari CBS News, Selasa (17/6).
3. Perjanjian lisensi dominasi bisnis Trump di pasar baru

Trump luncurkan Trump Mobile dan menggunakan pola bisnis lisensi seperti produk-produk Trump sebelumnya, dari jam tangan hingga Alkitab. Dalam pernyataan di situs web resminya, perusahaan menjelaskan bahwa produk ini tidak dirancang, dikembangkan, atau diproduksi oleh Trump Organization atau afiliasinya.
Peluncuran ini juga bertepatan dengan peringatan 10 tahun kampanye presiden Trump pada 2016. Ekspansi bisnis keluarga Trump kini meluas dari properti ke media digital dan sektor telekomunikasi.
Menurut laporan The Guardian, perjanjian lisensi seperti ini menghasilkan lebih dari 8 juta dolar AS (sekitar Rp130 miliar) untuk Trump sepanjang tahun 2024, berdasarkan pengungkapan keuangan terbaru. Namun, sektor smartphone adalah pasar yang sulit ditembus, karena dominasi merek besar seperti Apple dan Samsung yang memproduksi perangkatnya di luar negeri.
Trump secara terbuka telah mendesak perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple agar memindahkan pabrik ke AS. Ia bahkan mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen bagi perusahaan yang tidak mengikuti kebijakan produksinya.