Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Alasan Game Kekerasan Populer, Penuhi Kebutuhan Psikologis?

ilustrasi bermain game (pexels.com/Jaroslav Nymburský)
Intinya sih...
  • Game bertemakan kekerasan memenuhi kebutuhan psikologis gamer
  • Game mendorong kecanduan bermain yang merusak kemampuan gamer
  • Game bertemakan kekerasan bisa meningkatkan agresi, tetapi dibantah penemuan lain

Game merupakan hiburan yang tidak hanya menjadi hobi bagi anak-anak atau remaja. Game dimainkan oleh berbagai kalangan orang dari semua lapisan masyarakat. Salah satu tema game yang sangat populer adalah kekerasan.

Ada alasan psikologis di balik popularitas game bertemakan kekerasan. Alasan itu disampaikan peneliti biologi dan psikologi University of New South Wales (UNSW) di Sydney, Australia. Lantas, bagaimana penjelasannya?

1. Game bertemakan kekerasan menyimulasikan hierarki sosial dan mengatur emosional gamer, seperti otonomi sampai kompetensi

ilustrasi bermain game (pexels.com/Anton Porsche)

Berdasarkan teori psikologi evolusioner dan evaluasi kognitif, game bertemakan kekerasan sangat populer karena memberikan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis gamer. Kata Michael Kasumovic, dosen pembantu yang menjadi salah satu penulis studi UNSW Science, tema game itu dimainkan dengan motivasi untuk menjadi lebih baik sebagai individu. Tema game itu memungkinkan gamer mengukur status, menilai kemampuan, dan mengatasi ketakutan.

Game memanfaatkan keinginan manusiawi gamer. Game dimainkan dengan motivasi perilaku berupa otonomi (perasaan kendali), hubungan sosial (perasaan terhubung dengan orang lain), dan kompentensi (kemampuan untuk sukses). Game bertemakan kekerasan umumnya memiliki semua itu.

Game bertemakan kekerasan cocok untuk kebutuhan psikologis karena dirancang sedemikian rupa. Hasilnya, gamer bisa memperoleh rasa kontrol dan pencapaian. Di sisi lain, tema game ini juga memungkinkan gamer mengetahui posisi hierarki sosial.

Selain untuk mengetahui posisi, game bertemakan kekerasan juga memungkinkan gamer mengalami situasi berbahaya. Situasi itu mungkin tidak akan dihadapi di dunia nyata. Tak lupa, tema game itu juga berfungsi mengatur emosional gamer.

2. Game bertemakan kekerasan, terutama multiplayer online, mendorong kecanduan bermain yang merusak kemampuan gamer

ilustrasi bermain game (pexels.com/cottonbro studio)

Game bertemakan kekerasan, terutama multiplayer online, dirancang mendorong peningkatan kinerja lewat tingkatan pertandingan dan kenaikan level. Secara ekstrem, fitur itu dianggap mendorong permainan patologis atau kecanduan bermain game. Hasilnya, gamer akan terus bermain game, meski ada konsekuensi yang merugikan di dunia nyata.

Saat bermain game, gamer memperoleh umpan balik instan tentang kinerja dalam game. Oleh karena itu, ada lingkaran umpan balik yang mendorong gamer untuk bermain lebih banyak karena ingin meningkatkan kinerja dalam game. Situasi itu bisa menjadi masalah jika menguasai hidup dan mengurangi kapasitas gamer untuk merawat diri sendiri.

“Kamu memperoleh umpan balik instan tentang hasil penampilanmu, dan ada lingkaran umpan balik positif yang mendorongmu untuk bermain lebih banyak karena kamu ingin meningkatkan diri dalam game, dan meningkatkan posisimu (dalam) melawan orang lain,” jelas Michael Kasumovic dilansir UNSW Sydney.

3. Game bertemakan kekerasan, seperti DOOM dan Mortal Kombat, dianggap bisa meningkatkan agresi, tetapi dibantah penemuan lain

cuplikan game DOOM (dok. id Software/DOOM)

Menurut dua studi American Psychological Association, popularitas game bertemakan kekerasan seperti DOOM, Wolfenstein 3D, dan Mortal Kombat bisa meningkatkan pikiran, perasaan, dan perilaku agresif gamer. Selain itu, tema game itu mungkin lebih berbahaya daripada televisi dan film bertemakan kekerasan. Alasannya, tema game itu bersifat interaktif, sangat menyenangkan, dan mengharuskan gamer mengidentifikasi diri dengan lawan.

Salah satu studi mengungkapkan, laki-laki muda yang memiliki kebiasaan agresif mungkin sangat rentan terhadap efek peningkatan agresi dari paparan berulang terhadap game bertemakan kekerasan. Sementara, studi lain mengungkapkan, paparan singkat terhadap tema game itu bisa meningkatkan perilaku agresif untuk sementara waktu pada semua jenis partisipan. Kedua penjelasan itu disampaikan Craig A. Anderson dari Iowa State University of Science and Technology dan Karen E. Dill dari Lenoir-Rhyne College.

The Entertainment Software Association memiliki pernyataan yang berbanding terbalik dengan studi APA. Mereka menjelaskan, menyalahkan game atas kekerasan di dunia nyata tidak lebih baik daripada menyalahkan media berita tentang kejahatan kekerasan. Mereka kemudian merujuk bahwa tidak ada hubungan sebab-akibat antara konten media dan kekerasan di dunia nyata.

Popularitas game bertemakan kekerasan memang tidak lepas dari kontroversi. Akan tetapi, tema game itu tidak akan pernah hilang. Sebaliknya, game bertemakan kekerasan justru akan lebih intens dan populer.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us