7 Game Horor yang Harusnya Tidak Mengusung Genre Horor, Kok Bisa?

- Dead Space 3 seharusnya menjadi spin-off alih-alih game horor utama.
- The Quarry terlalu banyak karakter antagonis, kurang fokus pada satu ancaman.
- The Callisto Protocol bisa lebih baik sebagai game hack-and-slash horor.
Meski ada banyak game horor yang sukses menghadirkan gameplay menegangkan dan suasana mencekam, tidak sedikit yang justru gagal memberikan rasa takut yang konsisten di sepanjang permainan. Beberapa game itu sebenarnya mungkin akan lebih bisa diterima jika memilih arah genre yang berbeda karena akan lebih cocok dengan gameplay yang diusung. Singkatnya, ada game horor yang seharusnya tidak menjadi game horor sejak awal dan meskipun tetap bisa dinikmati, game-game tersebut akan jauh lebih baik jika dikembangkan dengan pendekatan yang berbeda. Berikut daftarnya.
1. Dead Space 3
Disaat Dead Space dan Dead Space 2 mendapat apresiasi tinggi dan menjadi game favorit banyak penggemar horor, Dead Space 3 justru menuai banyak kritikan. Minimnya variasi musuh baru membuat Necromorph terasa terlalu mudah ditebak, apalagi bagi pemain yang sudah terbiasa dengan dua game sebelumnya. Kehadiran mode co-op juga dinilai mengurangi ketegangan gameplay dan terasa seperti fitur tambahan yang tiba-tiba, daripada bagian inti dari gameplay-nya. Dead Space 3 juga lebih condong ke genre aksi dan akan lebih menarik jika Visceral Games selaku developer menempatkan game ini sebagai spin-off alih-alih bagian utama serinya.
2. The Quarry
The Quarry bukanlah game yang buruk, terutama dari segi visual yang sangat memukau, namun game ini memiliki masalah pada pacing cerita. Sebagai game horor, ada banyak bagian yang terasa terlalu panjang tanpa momen menegangkan, terlepas dari fakta bahwa bagian tersebut memberi waktu pemain untuk mengenal karakter-karakter didalamnya. Sayangnya, upaya menaikkan level horor game ini dengan menghadirkan banyak karakter antagonis malah membuat ceritanya kurang fokus. Akan lebih efektif jika hanya ada satu ancaman yang harus pemain waspadai dan takuti di game ini.
3. The Callisto Protocol
The Callisto Protocol bisa dikatakan dirilis di waktu yang kurang tepat. Pada kala itu, banyak pemain yang lebih menantikan Dead Space Remake, yang pada akhirnya membuat game ini terus dibandingkan dengan game remake itu. Game ini menawarkan gameplay yang cukup unik dengan fokus combat pada serangan jarak dekat menggunakan berbagai senjata melee, namun eksekusinya sayangnya kurang maksimal. Jika dikembangkan sebagai game hack-and-slash horor, The Callisto Protocol mungkin bisa menghadirkan pengalaman yang lebih fresh sekaligus menghindari perbandingan langsung dengan Dead Space Remake.
4. Amy
Amy mungkin kurang dikenal karena kalah populer dibanding game lain ketika dirilis. Pada game ini, pemain mengendalikan Lana, penjaga seorang gadis kecil bernama Amy yang kebal terhadap infeksi zombie. Sekilas premisnya mirip The Last of Us, lengkap dengan dinamika emosional antara anak dan penjaganya, namun sayangnya aspek horornya justru merusak itu semua. Gameplay yang kaku dan momen pertemuan dengan musuh yang aneh membuat pengalaman bermain game ini jadi kurang menyenangkan. Padahal, fokus pada hubungan dua karakter utamanya bisa lebih berdampak tanpa harus dipenuhi elemen horor yang berlebihan.
5. OverBlood
Dirilis pada tahun 1996, OverBlood dianggap cukup ambisius karena mencoba menggabungkan gameplay aksi petualangan dengan horor survival, namun hasilnya malah agak membingungkan. Meski membawa banyak musuh menyeramkan dan lokasi mencekam, elemen horornya terasa kurang kuat karena sebagian besar gameplay-nya justru berfokus pada memecahkan puzzle, berbicara dengan NPC dan menjelajahi lorong yang seakan tidak ada habisnya. Alhasil, upaya untuk memasukkan unsur horor jadi terkesan tidak pas dan kurang nyambung. Kendati demikian, game ini tetap layak untuk dicoba.
6. Alone in the Dark
Ketika versi reboot Alone in the Dark diumumkan untuk rilis di tahun 2024, para pemain sangat antusias, meski muncul banyak spekulasi tentang seberapa banyak yang akan berubah dari versi original-nya yang sudah ketinggalan jaman. Game ini memang menarik karena punya dua protagonis dengan alur cerita berbeda tapi sayangnya, game ini terasa hambar dan mudah ditebak untuk ukuran game horor modern. Selain itu, monster-nya juga kurang menyeramkan. Sebagai game reboot, game ini harusnya bisa lebih menonjolkan elemen investigasi, dengan membuat pemain merasa seperti detektif tanpa gangguan berlebihan dari makhluk gaib.
7. Hello Neighbor
Hello Neighbor memiliki sejarah yang cukup aneh sebagai sebuah game horor. Versi alpha-nya mendapat sambutan positif dari penikmat genre horor berkat konsep menyelinap ke rumah orang asing sembari mengungkap rahasia kelam di dalamnya. Namun ketika dirilis, daya tariknya malah memudar karena gameplay-nya terasa repetitif sehingga elemen horornya jadi mudah ditebak hingga bahkan terkesan lucu. game ini punya pondasi yang kuat dan bisa lebih baik jika difokuskan sebagai game stealth, di mana developer-nya bisa mengeksplorasi lebih banyak cara untuk menyelinap masuk ke rumah alih-alih panen momen jumpscare.
Demikian tadi ulasan mengenai beberapa game horor yang harusnya tidak mengusung genre horor. Pernah memainkan game-game di atas?