5 Alasan Canva Gak Bikin Kamu Lantas Jadi Desainer Abal-Abal

- Alat bukan penentu kualitas desain
- Desain dibangun dari ide dan visi, bukan alat mahal atau rumit
- Kualitas desain ditentukan oleh prinsip desain yang benar, bukan alat yang digunakan
- Canva menawarkan efisiensi waktu tanpa mengorbankan kualitas
- Membantu dalam kecepatan, ketepatan, dan hasil berkualitas
- Banyak perusahaan besar menggunakan Canva untuk kebutuhan kreatif mereka
- Template Canva menjadi dasar yang baik
- Template bisa menjadi fondasi untuk pengembangan ide kreatif
- Template bisa menjadi fondasi untuk pengembangan ide kreatif
Sejak diluncurkan pada tahun 2013, Canva membuat kegiatan mendesain menjadi lebih mudah dilakukan oleh siapa saja. Platform ini menyediakan berbagai fitur yang sederhana dan ramah untuk pemula sehingga banyak orang bisa membuat desain dengan lebih cepat dan mudah.
Namun di sisi lain, penggunaan Canva di kalangan desainer grafis juga menimbulkan pro dan kontra di dunia desain. Muncul anggapan bahwa Canva hanya digunakan oleh orang malas yang tidak paham ilmu-ilmu dalam mendesain. Padahal ada banyak alasan mengapa Canva tidak membuat seseorang menjadi desainer abal-abal.
1. Alat bukan penentu kualitas desain

Banyak orang suka menilai kemampuan seseorang hanya dari alat yang dipakai. Seolah-olah kalau kamu menggunakan Photoshop ataupun Illustrator, berarti kamu adalah desainer pro. Sebaliknya, kalau kamu menggunakan Canva, otomatis dianggap sebagai desainer pemula.
Padahal faktanya desain itu dibangun dengan ide dan visi, bukan dengan alat yang mahal atau rumit. Kamu bisa sangat jago menggunakan Illustrator, tapi kalau tidak paham dasar-dasar seperti kontras, alignment, white space, atau visual hierarchy, hasil desain kamu akan tetap berantakan. Sebaliknya, kalau kamu paham prinsip desain yang benar, meskipun hanya menggunakan Canva, hasilmu bisa lebih rapi dan profesional daripada desain yang dibuat hanya dengan modal fitur banyak tapi tidak punya konsep.
Pertanyaannya adalah sejak kapan alat menjadi tolak ukur utama untuk menilai kualitas sebuah karya desain? Kalau hasil akhirnya bagus dan pesannya tersampaikan dengan jelas, kenapa harus ribet dengan prosesnya?
2. Canva menawarkan efisiensi waktu tanpa mengorbankan kualitas

Di dunia kerja yang serba cepat, banyak pekerjaan desain membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan hasil yang tetap berkualitas. Di sinilah Canva menawarkan solusi berupa efisiensi waktu, kemudahan kolaborasi tim, serta ekspor dalam berbagai format yang siap pakai.
Klien atau atasan biasanya tidak akan menanyakan, "Ini dibuat menggunakan apa?" Yang mereka pedulikan apakah desainnya bisa selesai dengan cepat dan hasilnya tetap berkualitas. Kamu bisa menggunakan perangkat lunak secanggih apapun, tapi kalau revisi seminggu baru kelar dan file-nya tidak bisa dibuka oleh klien, tetap saja klien bakal kecewa.
Untuk yang paham mengenai komunikasi visual, Canva bukanlah ancaman, justru bisa menjadi alat bantu yang praktis. Kalau bisa cepat, hemat waktu, dan tetap mendapatkan hasil yang bagus, kenapa harus ribet-ribet?
3. Perusahaan besar juga menggunakan Canva untuk kebutuhan kreatif

Stigma negatif terhadap Canva sebenarnya tidak berdasar jika melihat fakta di lapangan. Di dunia kerja, Canva sering digunakan untuk presentasi ke klien, konten media sosial, atau desain cepat yang tidak butuh banyak pengaturan.
Bahkan perusahaan besar seperti Amazon, Zoom, dan Salesforce juga menggunakan Canva untuk kebutuhan kreatif mereka. Hal ini membuktikan bahwa Canva bukan hanya alat untuk pemula, tapi juga platform yang dipercaya oleh perusahaan multinasional.
Canva juga menjadi andalan untuk tim yang butuh kolaborasi cepat dan efisien. Dengan template yang sudah disediakan, setiap brand bisa membuat desain mereka sendiri tanpa menyimpang dari identitas brand mereka. Fitur kolaborasi real-time memungkinkan tim untuk bekerja bersama tanpa harus mengirim file bolak-balik.
4. Template Canva menjadi dasar yang baik

Salah satu stigma yang melekat pada Canva adalah anggapan bahwa penggunanya hanya bisa 'mengganti template'. Mereka menganggap bahwa membuat desain di Canva hanya mengganti warna, mengetik teks, mengunggah foto, selesai. Tidak ada proses kreatif, tidak ada perjuangan.
Padahal template yang disediakan Canva justru bisa menjadi fondasi yang baik untuk pengembangan ide kreatif. Template tersebut sudah mengikuti prinsip-prinsip desain yang benar, seperti grid, hierarchy, dan margin. Dengan memahami struktur template, pengguna bisa belajar prinsip desain sambil tetap produktif.
Bahkan desainer profesional pun sering menggunakan template atau mockup sebagai dasar kerja mereka. Yang membedakan adalah bagaimana mereka mengembangkan dan menyesuaikan template tersebut dengan kebutuhan proyek.
5. Canva cocok untuk berbagai kalangan dari mahasiswa hingga freelancer profesional

Untuk anak kampus atau freelancer, Canva sudah menjadi alat desain andalan. Tinggal buka aplikasi, seret dan lepas elemen, unggah logo, ekspor, selesai. Tidak perlu install berat-berat, tidak membuat laptop lemot, dan pastinya aman dari kejadian listrik mati di tengah kerja karena desain sudah tersimpan otomatis di cloud.
Kemudahan akses ini membuka kesempatan bagi lebih banyak orang untuk terlibat dalam dunia desain. Mahasiswa yang memiliki anggaran terbatas tidak perlu membeli perangkat lunak yang mahal untuk belajar desain. Pemilik usaha kecil bisa membuat materi promosi sendiri tanpa harus menyewa desainer.
Demokratisasi alat-alat desain ini sebenarnya hal yang positif. Semakin banyak orang yang paham komunikasi visual, semakin baik pula kualitas komunikasi visual di sekitar kita.
Jadi untuk siapa saja yang masih meremehkan Canva, mungkin yang perlu diubah bukan alatnya, tapi pola pikirnya. Karena ujung-ujungnya yang menilai kualitas desain itu bukan dari alatnya, tapi dari hasil desain itu sendiri.