6 Dampak Buruk AI bagi Industri Animasi, Memicu Masalah Serius

- Hilangnya lapangan kerja industri kreatif
- Terjadi penurunan kualitas dan keunikan karya
- Menimbulkan masalah hak cipta dan etika
Industri animasi sedang menghadapi gelombang besar perubahan dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini mampu mempercepat proses produksi, memangkas biaya, dan bahkan menciptakan karya yang tampak profesional hanya dalam hitungan menit. Namun, di balik kemudahan tersebut, tersimpan ancaman serius yang dapat mengguncang ekosistem kreatif.
Bagi sebagian orang, AI terlihat seperti alat bantu masa depan. Namun, bagi banyak pekerja kreatif, ini adalah ancaman mata pencaharian. Salah satu bahayanya adalah hilangnya sentuhan manusia hingga potensi pelanggaran hak cipta. Dampak buruk AI bagi industri animasi tidak bisa dianggap remeh. Untuk lebih lengkapnya, mari kita telusuri pembahasan berikut ini!
1. Hilangnya lapangan kerja industri kreatif

Kemampuan AI untuk membuat animasi secara otomatis dapat menggantikan banyak peran penting seperti inbetween artist, colorist, dan storyboard artist. Proses yang dulunya membutuhkan tim besar kini bisa dilakukan oleh segelintir orang dengan bantuan AI. Ini mengakibatkan animator dan seniman profesional terancam kehilangan mata pencaharian. Dampak terbesarnya terjadi pada studio kecil dan pekerja lepas yang tidak memiliki dukungan finansial kuat. Di negara yang industri animasinya masih berkembang, tentunya ini akan lebih rumit.
2. Terjadi penurunan kualitas dan keunikan karya

AI menghasilkan animasi berdasarkan pola data yang telah ada, sehingga sulit menciptakan ide murni yang benar-benar asli. Karya yang dihasilkan biasanya terasa generik atau mirip dengan yang sudah pernah ada sebelumnya. Sentuhan personal dan natural yang biasanya hadir dari tangan seniman manusia bisa hilang. Dalam jangka panjang, ini berpotensi membuat industri animasi kehilangan keberagaman gaya.
3. Menimbulkan masalah hak cipta dan etika

Banyak sistem AI dilatih menggunakan karya seniman tanpa izin atau kompensasi yang menimbulkan isu hukum. Jika AI meniru gaya animasi orang lain, itu bisa memicu tuduhan plagiarisme. Regulasi terkait hak cipta untuk karya yang dibuat AI masih belum jelas di banyak negara. Ketidakpastian ini membuat seniman kesulitan melindungi hak atas karya mereka. Di Indonesia, regulasi tentang AI bahkan jarang pernah dibahas oleh pihak yang berkepentingan.
4. Kesenjangan kompetisi dalam industri animasi

Studio besar dengan sumber daya melimpah bisa mengintegrasikan AI untuk memproduksi animasi lebih cepat dan murah. Ini bisa membuat studio kecil atau seniman independen tidak mampu mengakses teknologi serupa. Persaingan menjadi tidak seimbang, bukan karena kualitas karya, tetapi karena perbedaan modal dan teknologi. Oleh karena itu, pasar animasi bisa dikuasai segelintir pemain besar.
5. Profesi animator akan mengalami devaluasi

Ketika AI dapat menghasilkan animasi dalam hitungan menit, sebagian orang mulai menganggap pekerjaan animator menjadi mudah. Persepsi ini dapat menurunkan nilai dan tarif jasa animator di pasar. Padahal, proses kreatif yang dilakukan manusia melibatkan pemikiran, rasa, dan pengalaman yang tidak bisa digantikan. Jika tren ini berlanjut, profesi animator bisa kehilangan gengsi dan penghargaan.
6. Berpotensi disalahgunakan untuk konten negatif

Kemudahan pembuatan animasi dengan AI juga membuka peluang penyalahgunaan seperti pembuatan deepfake atau propaganda visual. Konten semacam ini bisa menyesatkan publik atau merusak reputasi seseorang. Tanpa regulasi yang ketat, animasi AI bisa digunakan untuk tujuan yang merugikan banyak pihak. Bahkan, ini dapat mencoreng citra industri animasi secara keseluruhan.
Meski AI menawarkan kemudahan dan kecepatan, terdapat dampak buruk AI bagi industri animasi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Jika tidak diatur secara bijak, teknologi ini bisa mengikis kreativitas, etika, dan seni yang menjadi ruh animasi. Menurutmu, upaya apa yang bisa diambil oleh pemerintah agar AI tidak berdampak buruk pada industri animasi Indonesia?