4 Kebiasaan Online yang Bisa Membahayakan Data Pribadi

- Menggunakan kata sandi yang sama untuk banyak akun
- Mengabaikan pembaruan perangkat dan aplikasi
- Mengakses jaringan Wi-Fi publik tanpa perlindungan
- Sembarangan klik tautan dan lampiran email
Aktivitas online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Hampir semua aktivitas terhubung ke internet, mulai dari komunikasi, transaksi keuangan, hingga penyimpanan data pribadi. Sayangnya, semakin tinggi ketergantungan terhadap dunia online, semakin besar pula risiko keamanan yang mengintai.
Banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari di dunia maya bisa membuka celah bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencuri atau menyalahgunakan data pribadi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kebiasaan online yang kelihatannya sepele namun sebenarnya berpotensi membahayakan. Yuk, simak beberapa kebiasaan online yang bisa membahayakan data pribadi!
1. Menggunakan kata sandi yang sama untuk banyak akun

Menggunakan satu kata sandi untuk berbagai akun memang terasa praktis dan mudah diingat, tetapi juga sangat berisiko. Jika satu akun mengalami kebocoran data dan kata sandinya diketahui, maka akun lain yang menggunakan kata sandi serupa menjadi sangat rentan. Para peretas sering memanfaatkan teknik yang disebut credential stuffing, yaitu mencoba kombinasi email dan kata sandi yang bocor untuk mengakses layanan lain yang digunakan oleh korban.
Keamanan online yang baik dimulai dari penggunaan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun. Kombinasi huruf besar dan kecil, angka, serta simbol sangat disarankan agar kata sandi lebih sulit ditebak. Kamu bisa menggunakan password manager untuk menyimpan dan mengatur semua kata sandi dengan aman tanpa perlu menghafal semuanya satu per satu.
2. Mengabaikan pembaruan perangkat dan aplikasi

Tidak sedikit pengguna yang sering menunda atau bahkan mengabaikan pembaruan sistem dan aplikasi, padahal pembaruan tersebut biasanya mencakup perbaikan celah keamanan. Peretas sangat aktif mencari kelemahan dalam versi lama dari sistem operasi, browser, atau aplikasi populer. Mereka tidak butuh waktu lama untuk mengeksploitasi celah tersebut jika tidak segera diperbarui.
Pembaruan perangkat lunak umumnya tidak hanya menambahkan fitur baru, tetapi juga memperbaiki bug dan kerentanan yang dapat dimanfaatkan oleh malware. Menjadwalkan pembaruan secara otomatis bisa menjadi solusi yang efektif agar perangkat tetap terlindungi tanpa perlu repot mengingatkan diri sendiri untuk memperbaruinya secara manual. Ini adalah langkah sederhana yang berdampak besar terhadap keamanan data pribadi.
3. Mengakses jaringan Wi-Fi publik tanpa perlindungan

Menggunakan Wi-Fi publik di tempat umum seperti kafe, bandara, atau hotel memang menghemat kuota data, tetapi sangat rentan terhadap penyadapan. Jaringan terbuka memberi peluang bagi pelaku kejahatan siber untuk mengakses lalu lintas data pengguna lain yang terhubung ke jaringan yang sama. Data yang bisa diintip meliputi informasi login, percakapan pribadi, hingga data transaksi keuangan.
Agar tetap aman, sebaiknya hindari mengakses layanan penting seperti mobile banking atau email saat terhubung ke Wi-Fi publik. Jika memang harus menggunakan jaringan tersebut, gunakan aplikasi VPN untuk mengenkripsi koneksi. VPN menciptakan jalur komunikasi pribadi yang membuat data tidak mudah disadap oleh pihak ketiga yang berada di jaringan yang sama.
4. Sembarangan klik tautan dan lampiran email

Salah satu cara paling umum yang digunakan pelaku kejahatan siber untuk menipu korbannya adalah dengan mengirimkan tautan atau lampiran berbahaya melalui email atau pesan instan. Phishing adalah teknik yang dirancang untuk mengelabui korban agar mengklik tautan palsu yang menyerupai situs resmi, lalu memasukkan informasi login atau data penting lainnya. Bahkan satu klik saja bisa menyebabkan infeksi malware yang sulit dideteksi.
Selalu periksa alamat pengirim email dan jangan mudah percaya pada pesan yang mengandung ancaman atau iming-iming hadiah. Tautan mencurigakan sering kali memiliki URL yang terlihat mirip dengan situs asli namun memiliki perbedaan kecil yang sulit disadari. Menjadi lebih teliti dan skeptis terhadap pesan yang masuk dapat membantu menghindari risiko kehilangan data penting.
Mengetahui kebiasaan online yang bisa membahayakan data pribadi bukan hanya tugas perusahaan besar atau ahli keamanan siber, tetapi juga tanggung jawab setiap pengguna internet. Menghindari kebiasaan-kebiasaan berisiko bisa sangat membantu dalam menjaga privasi dan mencegah kerugian yang lebih besar di masa depan. Dengan lebih waspada dan sadar terhadap cara menggunakan teknologi secara aman, risiko kebocoran data dapat diminimalkan secara signifikan.