Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Adopsi AI, Indonesia Bisa Belajar dari Negara Lain

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria (IDN Times/Misrohatun)
Intinya sih...
  • Adopsi AI dapat membantu kesejahteraan sosial jika digunakan secara tepat
  • India menggunakan AI untuk penilaian ujian dan Rwanda mengembangkan model AI di bidang radiologi
  • Penerapan AI di sektor kesehatan dan pendidikan dokter spesialis juga berkembang di Amerika

Adopsi penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) disebut Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, dapat membantu kesejahteraan sosial jika digunakan secara tepat.

Untuk implementasinya, Indonesia dapat belajar dari negara yang sudah menggunakan AI di berbagai sektor, terutama layanan publik dalam rangka memberikan banyak kebaikan di masyarakat.

Hal ini disampaikan dalam diskusi publik dengan tema "Peluncuran AI Transformation Policy Manifesto, Rekomendasi untuk Optimalisasi Ekonomi Digital Indonesia" di Jakarta, pada Selasa (20/08/2024)

Implementasi AI di sejumlah negara

Di India, AI diimplementasikan pada lembaga pendidikan untuk melakukan penilaian pada ujian yang dilakukan di sekolah untuk meningkatkan kualitas kurikulum di sektor tersebut.

Contoh lain di Rwanda, Afrika, yang memiliki kesulitan dalam pelayanan publik. Ada keterbatasan ahli radiologi yang hanya berjumlah 13 untuk melayani jumlah total penduduk yang jumlahnya sekitar 13 juta orang.

"Penggunaan teknologi AI jadi sangat tepat di sana. Mereka bahkan mengembangkan satu model AI dalam bidang radiologi agar pelayanan kesehatan jauh lebih efisien serta bisa digunakan secara luas," kata Wamenkominfo Nezar.

Adopsi teknologi AI di sektor kesehatan ini sangat maju. Menurutnya, ada potensi profesi sebagai ahli radiologi akan digantikan AI. 

Penerapan di kamar bedah

ilustrasi kecerdasan buatan (Pixabay.com/Brian Penny)

Di Amerika sendiri, pendidikan dokter spesialis turut menggunakan AI, misalnya untuk dokter bedah di sejumlah rumah sakit.

Nezar mengatakan penerapan AI di sini dengan cara merekam semua praktik yang dilakukan ahli bedah berpengalaman, dengan meletakkan kabel di tangannya. Sehingga saat melakukan bedah, semua gerakan dokter bedah dijadikan big data.

"Kita tahu pendidikan spesialis cukup panjang dan tidak semua pengetahuan dan pengalaman para ahli bedah yang profesional dan punya track record bagus bisa ditularkan ke penerusnya. Apa yang digunakan? Digunakanlah AI," jelasnya.

6 prinsip tata kelola AI

Agar pemanfaatan AI dapat digunakan secara bertanggung jawab dan produktif, dibutuhkan tata kelola yang inklusif. Ada enam prinsip dalam tata kelola AI global yang perlu dicermati bersama, di antaranya:

  1. Prinsip save. Memastikan keselamatan dan keamanan developer dan pengguna AI.
  2. Ethical. Pengembangan, penerapan, dan penggunaan AI perlu memperhatikan prinsip etika, sosial, dan hak asasi manusia (HAM).
  3. Trustworthy. Memastikan sistem AI dapat dipercaya, diandalkan dan dipertanggungjawabkan.
  4. Fairness dan non-discrimination. Memastikan pengembangan dan pemanfaatan AI dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif untuk menghindari potensi bias dalam algoritma dan data AI.
  5. Inclusion and participation. Mendorong pengembangan AI melalui pendekatan yg kolaboratif.
  6. Accountabilty. Prinsip penting untuk Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) harus bertanggung jawab atas hasil dari sistem AI yang mereka gunakan atau ciptakan untuk mencegah penyalahgunaan dan kepercayaan pada teknologi AI.

Wamenkominfo Nezar mengajak semua pihak untuk mewujudkan tata kelola AI yan aman, inklusif dan terpercaya, demi Indonesia terkoneksi, makin digital, makin maju.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us