Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Hari di Beijing: Itinerary Padat tapi Santai untuk Pencinta Sejarah

potret Temple of Heaven (commons.wikimedia.org/Fong Chen)

Menjelajahi Beijing dalam tiga hari memang terkesan terburu-buru, apalagi untuk yang suka suasana tenang dan sejarah mendalam. Tapi kota ini punya cara sendiri untuk memadukan hiruk-pikuk metropolitan dengan keagungan masa lalu. Di balik gedung pencakar langit dan jalanan sibuk, ada lorong-lorong kuno dan kuil yang menyimpan napas dinasti-dinasti besar Tiongkok. Gak perlu terburu-buru, karena justru dengan ritme santai, nuansa sejarah bisa terasa lebih lekat.

Itinerary ini dirancang untuk yang ingin menyerap kekayaan sejarah tanpa merasa lelah berlebihan. Fokusnya ada pada tempat-tempat legendaris yang gak cuma ikonik, tapi juga punya nilai naratif tinggi. Tiap lokasi punya ceritanya sendiri yang bisa membawa bayangan langsung ke masa kekaisaran. Jadi, meskipun hanya tiga hari, pengalaman di Beijing tetap terasa penuh makna dan mendalam.

1. Hari pertama: menyusuri jejak kekaisaran di Forbidden City

potret Forbidden City (commons.wikimedia.org/xiquinhosilva)

Hari pertama sebaiknya dimulai dari jantung kekuasaan Tiongkok masa lampau, yaitu Forbidden City. Kompleks istana ini dulunya merupakan tempat tinggal Kaisar dan pusat pemerintahan selama lebih dari 500 tahun. Begitu memasuki gerbang Merah besar yang disebut Tiananmen, atmosfernya langsung berubah. Ada nuansa megah dan sakral yang gak bisa ditemukan di tempat lain.

Jangan buru-buru berjalan dari satu aula ke aula lainnya. Coba nikmati setiap ukiran, patung, dan halaman yang menyimpan cerita zaman Dinasti Ming dan Qing. Kalau sempat, kunjungi juga Hall of Supreme Harmony, tempat berlangsungnya upacara penting kenegaraan. Dengan luas area lebih dari 70 hektar, waktu setengah hari pun mungkin masih terasa kurang. Tapi justru itu menariknya, kota terlarang ini selalu menyisakan rasa penasaran.

2. Hari kedua: berjalan di tembok besar dan mengunjungi kuil surga

potret Temple of Heaven (commons.wikimedia.org/Fong Chen)

Tembok Besar Tiongkok adalah ikon yang gak boleh dilewatkan, terutama bagian Mutianyu yang cocok buat yang gak terlalu suka keramaian. Lokasinya sekitar 2 jam dari pusat kota, tapi aksesnya sudah sangat mudah dengan bus pariwisata. Pemandangan sepanjang jalur tembok benar-benar menghipnotis, terutama saat kabut tipis mulai turun di pagi hari. Tiap langkah di batu-batu tuanya serasa berjalan di punggung naga yang menjaga peradaban.

Setelah dari Mutianyu, perjalanan bisa dilanjutkan ke Temple of Heaven yang lokasinya di kota. Kuil ini bukan hanya tempat ritual, tapi juga lambang filosofi dan kosmologi Tiongkok. Arsitektur simetrisnya mencerminkan harmoni antara langit dan bumi. Banyak penduduk lokal datang ke sini sore hari untuk tai chi atau sekadar ngobrol santai, menambah kesan bahwa tempat ini hidup bersama zaman. Suasana tenang kuil ini cocok banget buat mengendapkan energi setelah perjalanan ke luar kota.

3. Hari ketiga: menelusuri hutong dan menutup hari di Summer Palace

potret Summer Palace (commons.wikimedia.org/xiquinhosilva)

Hari ketiga bisa dimulai lebih santai dengan berjalan kaki menyusuri kawasan hutong, yaitu gang-gang kecil bersejarah yang menyimpan wajah asli Beijing. Kawasan seperti Nanluoguxiang atau Shichahai punya pesona tersendiri lewat rumah-rumah tradisional, toko-toko antik, dan kafe bergaya klasik. Gak cuma tempat foto-foto cantik, tapi juga ruang interaksi dengan budaya lokal yang masih hidup. Banyak cerita masa lalu yang tersembunyi di balik dinding-dinding bata ini.

Setelah puas menjelajah hutong, sore harinya bisa ditutup dengan mengunjungi Summer Palace. Tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan keluarga kerajaan saat musim panas. Pemandangan danau Kunming yang luas, ditambah arsitektur khas kekaisaran, membuat suasana terasa damai. Coba naik perahu atau jalan kaki di sepanjang koridor panjang yang dihiasi lukisan-lukisan sejarah. Perpaduan alam dan budaya di sini menyuguhkan akhir perjalanan yang manis dan reflektif.

Tiga hari memang bukan waktu yang panjang, tapi cukup untuk menggali sisi sejarah Beijing yang paling berkesan. Kota ini menyuguhkan kisah-kisah besar dalam balutan visual yang menggetarkan jiwa. Dengan ritme santai tapi padat esensi, perjalanan ini gak cuma tentang tempat, tapi juga tentang mengenali waktu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us