5 Fakta Nagoro, Kampung di Jepang yang Dihuni Ratusan Boneka

Beberapa saat ini, masyarakat Indonesia sedang gaduh dengan para artis yang banyak mengadopsi boneka yang kemudian disebut sebagai 'anak'. Para publik figur ini bahkan juga memberi bonekanya nama, makan, pakaian, dan mengajak main selayaknya benar-benar anak kecil.
Namun, sebelum ramai spirit dolls seperti sekarang, ternyata di Jepang justru ada sebuah kampung yang rasanya ratusan boneka, lho!
Namanya Nagoro Village, tepatnya di Lembah Iya, Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang. Desa ini cukup terpencil sampai kemudian ditinggalkan oleh satu demi satu masyarakatnya.
Biar gak penasaran bagaimana vibes Nagoro Village, yuk simak 5 faktanya berikut ini!
1. Dulunya ada 300 warga, kini hanya puluhan dan tidak ada yang usia anak

Desa ini kini terkenal sebagai tempat wisata karena ada ratusan 'warga boneka' yang dibuat menyerupai manusia di dalamnya. Namun sebelum itu, dulunya Nagoro Village dihuni oleh 300 warga, lho. Sampai pada akhirnya, terjadi penurunan populasi Jepang.
Pada tahun 2015, masih ada 35 penduduk yang mendiami desa ini, 30 orang di tahun 2016, sampai akhirnya 27 penduduk yang tercatat di tahun 2019.
Sayangnya, di antara penduduk yang tinggal di sana tidak ada satupun anak kecil. Usia termuda penduduk di Nagoro Village yaitu 40 tahun.
2. Tsukimi Ayano, si pembuat boneka seukuran manusia

Orang pertama yang membuat boneka-boneka ini adalah Tsukimi Ayano. Pada awalnya, ia adalah penduduk awal yang meninggalkan Nagoru Village. Tapi pada tahun 2000-an, ia kembali ke desa tersebut untuk merawat sang ayah. Ia melihat desa yang makin sepi karena ada yang penduduknya meninggalkan desa, meninggal, dan berbagai alasan lainnya.
Ini membuat Ayano sedih. Ia kemudian menciptakan satu demi satu boneka seukuran manusia dan diletakkan di ladang, di rumah kosong, dan lainnya. Sampai akhirnya penduduk lain juga turut membuat boneka yang sama untuk diletakkan di pinggir desa seolah laki-laki sedang memancing sampai boneka anak-anak yang mengisi sekolah dasar.
3. Boneka dibuat mirip dengan warga yang pernah tinggal di sana

Ayano dan beberapa penduduk lain membuat boneka-boneka itu dari kain dan dibuat seukuran manusia aslinya.
Tidak sembarang boneka, ia membuatnya mirip dengan penduduk yang pernah tinggal di sana. Aksesoris seperti topi, pakaian, bahkan makeup juga diberikan untuk membuat boneka itu lebih menarik.
Setelah didandani, boneka-boneka tadi kemudian diletakkan sesuai dengan profesinya masing-masing. Dan siapa sangka, jumlah bonekanya yang ada di desa Nagaro Doll Village kini jumlahnya sudah lebih dar 400 buah, lho!
4. Tidak ada kesan menakutkan meski di desa ini minim manusia

Setelah ditinggalkan oleh penduduknya, kini desa Nagoro justru jadi desa wisata. Banyak yang datang untuk melihat langsung bagaimana desa boneka ini hidup meski manusia asli yang ada justru tidak ada setengah daripada boneka yang tinggal. Mereka pun menyukai suasana desa yang masih sangat asri dan tenang.
Meski begitu, Nagoro Village sama sekali tidak berkesan seram, lho. Boneka-boneka ini justru tampak benar-benar mewarnai desa dengan ceria dan membuat pengunjung merasa lebih tertarik. Kalau kamu, berminat datang gak nih?
5. Beragam jenis boneka dibuat di sana

Jika nanti kamu memiliki kesempatan untuk berjunjung ke Nagoro Village, perhatikan baik-baik bahwa boneka yang dibuat di sana sangat beragam. Ada boneka yang dibuat dari kain bekas, ada juga yang dari jerami dan didandani seperti penduduk biasa. Namun, tidak semua dibuat seperti petani, anak-anak, dan orangtua lho.
Ada yang dibuat unik seperti perempuan dengan kimono yang cantik. Bahkan, ada juga yang dibuat seolah-olah seperti rombongan manusia yang tengah main ski. Boneka-boneka ini benar-benar dibuat seperti hidup dengan segala aktivitasnya.
Alih-alih bikin gemetar, boneka di sini justru menjadi pengingat bahwa manusia yang pernah ada di sana layak untuk diingat. Ini menjadi cara tersendiri untuk mengenang masa lalu yang indah, sekaligus unik. Nah, kalau kamu berminat gak nih datang ke sini?