5 Perbedaan Gunung Sindoro dan Sumbing, Si Kembar di Jawa Tengah

Gunung Sindoro dan Sumbing merupakan dua gunung di Jawa Tengah yang letaknya berdekatan. Keduanya juga hampir mirip dan sama-sama bertipe stratovolcano. Gak heran kalau banyak yang menyebutnya sebagai gunung kembar.
Meski seperti kembar identik, kedua gunung tersebut memiliki karakteristik berbeda. Bagi yang sudah pernah melihatnya dari dekat atau bahkan mendaki keduanya, tentu akan dapat membedakannya dengan mudah. Sedangkan buat kamu yang belum berkesempatan melihatnya langsung, bisa mencari tahu perbedaannya dari ulasan di bawah ini. Simak sampai selesai, ya!
1. Lokasi

Gunung Sindoro terletak di sebelah timur laut Gunung Sumbing. Secara administratif meliputi wilayah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. Gunung ini mudah ditandai dari lokasinya yang lebih dekat dari kawasan Dieng dan terhubung dengan Gunung Kembang.
Sedangkan Gunung Sumbing berada di sebelah tenggara Gunung Sindoro. Lebih mudahnya, Gunung Sindoro berada di sebelah barat dan Gunung Sumbing di sebelah timur. Gunung Sumbing meliputi wilayah Kabupaten Temanggung, Wonosobo, dan Magelang.
2. Ketinggian

Gunung Sindoro dan Sumbing sangat mirip, ketinggiannya pun hanya selisih sedikit. Gunung Sindoro memiliki ketinggian mencapai 3.136 meter di atas permukaan laut. Lain halnya dengan Gunung Sumbing yang sedikit lebih tinggi, yaitu 3.371 meter di atas permukaan laut.
Selain ketinggiannya berbeda, karakteristik puncak kedua gunung itu pun tidak sama. Puncak Gunung Sindoro lebih lapang dengan kawah aktif di tengahnya. Area puncaknya cukup gersang dengan pasir berbatu dan beberapa jenis vegetasi rendah.
Sementara itu, Gunung Sumbing memiliki kawah di bagian puncaknya dan masih mengeluarkan asap belerang di beberapa spot. Kawah ini lebih luas daripada di Gunung Sindoro, dikelilingi oleh tebing berbatu yang menjadi puncak Gunung Sumbing. Kamu akan menjumpai kondisi beragam berupa sabana, area berpasir yang disebut Segoro Wedi dan Makam Ki Ageng Makukuhan.
3. Tingkat kesulitan jalur pendakian

Gunung Sindoro memiliki 6 jalur pendakian resmi dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Masing-masing jalur tersebut adalah Jalur Kledung, Alang-Alang Sewu, Ndroro Arum, Sigedang, Bansari, dan Bedakah. Jalur pendakian yang paling populer yakni melalui Kledung yang berada di Temanggung. Panjang jalur pendakiannya sekitar 3,5 km yang umumnya dapat ditempuh dalam durasi 4–6 jam.
Tingkat kesulitan pendakian Gunung Sindoro secara umum termasuk menengah. Meski saat ini sudah ada ojek untuk mempersingkat waktu pendakian, terutama di Jalur Kledung dan Alang-Alang Sewu. Namun, kamu tetap harus menyiapkan fisik dan mental untuk bisa sampai ke puncak serta kembali dengan selamat.
Gunung Sumbing memiliki 9 jalur pendakian resmi yang tersebar di tiga wilayah berbeda. Jalur tersebut antara lain Butuh, Mangli, Adipuro Kaliangkrik, Batursari, Jambu, Banaran, Cepit, Garung, dan Bowongso. Pendakian via Garung menjadi yang paling populer karena jalurnya jelas dan mudah dijangkau.
Secara umum tingkat kesulitan jalur pendakian Gunung Sumbing pada level menengah ke sulit. Jika dibandingkan dengan Gunung Sindoro, maka mendaki ke puncak Gunung Sumbing cenderung lebih sulit karena medannya yang terjal serta curam. Panjang jalur pendakiannya pun 6,1 km hingga 8,5 km yang membutuhkan waktu pendakian sekitar 6–9 jam.
4. Aktivitas vulkanik

Saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Sindoro dan Sumbing berada pada Level I atau normal. Keduanya juga masih menjadi gunung berapi aktif dan mengeluarkan asap putih. Namun, perlu kamu tahu bahwa keduanya memiliki histori erupsi yang berbeda.
Aktivitas Gunung Sindoro tercatat dalam sejarah pernah mengalami letusan abu pada 1818. Setelah sempat tenang, kemudian kembali mengeluarkan abu dan lava pada tahun 1882. Hal serupa juga terjadi tahun 1903 dan 1906, lalu menjadi cukup aktif dengan munculnya kepulan asap putih pada 1970.
Erupsi terbesarnya tidak tercatat dalam sejarah. Namun, aktivitasnya sempat meningkat menjadi waspada (Level II) pada tahun 2011–2012. Meski gunung ini masih aktif, tapi terbilang tenang dan peningkatan aktivitasnya dengan interval waktu puluhan tahun.
Lain lagi dengan kembarannya, Gunung Sumbing punya catatan sejarah berupa erupsi besar pada tahun 1730. Erupsi tersebut menyebabkan terbentuknya kubah lava dengan aliran ke arah bibir kawah terendah yang disebut Kawah D Gunung Sumbing. Luasnya mencapai 2.000 meter persegi dengan kepulan asap solfatar dan fumarol.
5. Spot wisata paling populer

Kamu bisa menyaksikan sunrise dengan lautan awan dari Gunung Sindoro maupun Sumbing. Namun, spot wisata di lereng maupun kaki gunung tentu berbeda. Meski tidak dipungkiri bahwa keduanya menyuguhkan panorama yang hampir mirip.
Saat berkunjung ke Gunung Sindoro, kamu akan menjumpai Wisata Alam Posong, Embung Kledung, dan Kebun Teh Tambi. Kebun teh tersebut sering menjadi salah satu itinerary paket naik Jeep dari Dataran Tinggi Dieng. Selain itu, masih ada Kebun Teh Sikatok, Umbul Jumprit, dan Telaga Bedakah.
Sedangkan Gunung Sumbing menawarkan Nepal van Java sebagai salah satu ikon wisatanya. Kamu juga bisa menjumpai beberapa air terjun, seperti Curug Mangku dan Curug Silawe. Selain itu, didominasi spot untuk menyaksikan sunrise atau sunset seperti Mangli Sky View dan Silancur Highland.
Setelah membaca ulasan di atas, sekarang kamu sudah tahu perbedaan Gunung Sindoro dan Sumbing. Keduanya memang terlihat serupa dan berdekatan, tapi memiliki keunikan masing-masing. Apa kamu pernah mengunjungi salah satunya?