Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bubur Pedas Ini Dibagikan Gratis di Masjid Raya Al-Mashun Medan

indonesian-medan-food.blogspot.de

Kota Medan dikenal akan ragam kulinernya yang lezat dan kaya rempah. Meski identik dengan suku batak, nyatanya ibu kota provinsi Sumatera Utara ini dihuni oleh berbagai macam suku dan ras seperti Jawa, Melayu, Padang, Cina dan India. Hal itu pula yang mempengaruhi ragam kuliner di kota ini.

Di bulan ramadan, kota Medan memiliki menu wajib. Adalah bubur pedas yang sebenarnya milik orang Melayu yang dulunya adalah suku mayoritas di kota ini. Bubur pedas menjadi ciri khas ramadan di Medan. Bubur ini merupakan warisan dari Kesultanan Deli dan sudah menjadi tradisi sejak masa pemerintahan raja ke-9, Tuanku Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syah tahun 1909.

Hingga saat ini bubur pedas tidak hanya menjadi milik orang Melayu, melainkan milik seluruh warga Medan.

Masjid Raya Al-Mashun memberikan bubur (sup) pedas gratis setiap bulan ramadan

instagram.com

Masjid Raya Al Mashun memberikan takjil bubur (sup) pedas gratis setiap tahunnya sejak 1909. Ada kesalahpahaman mengenai penyebutan takjil gratis yang sampai saat ini masih disebut sebagai bubur pedas. Bubur pedas sebenarnya merupakan makanan raja yang pembuatannya sangat rumit.

Oleh sebab itu sejak tahun 1960-an, Masjid Raya Al Mashun tidak lagi membagikan bubur pedas. Melainkan bubur sup. Namun warga tetap menyebutnya sebagai bubur pedas hingga kini dan tampaknya nama itu tak bisa diubah lagi.

Bubur (sup) pedas berbahan dasar beras yang ditumbuk, diberi campuran puluhan rempah, daging dan beraneka sayuran seperti kentang, wortel dan daun seledri. Taburan kacang goreng dan ikan teri yang digoreng garing menambah kelezatan bubur (sup) pedas.

Biasanya bubur (sup) pedas ini juga dilengkapi sayur anyang sebagai pendampingnya. Anyang merupakan campuran pakis dan tauge rebus yang dicampur kelapa gongseng, rempah-rempah dan terakhir diberi perasan jeruk nipis.

Bisa dibayangkan betapa segarnya menyantap bubur (sup) pedas ini saat buka puasa dengan sayur anyangnya. Jelas perpaduan dua makanan ini menjadi kesatuan yang menyehatkan tubuh orang yang berpuasa.

Warga mengantre jatah bubur pedas

muslimdaily.net

Setiap harinya ada sekitar 1000 porsi bubur pedas yang disediakan panitia di Masjid Raya Al Mashun. Bubur ini istimewa karena cara memasaknya masih menggunakan tungku kayu. Sehingga menciptakan aroma dan rasa yang khas.

Meski dimasak secara tradisional, tidak perlu menunggu lama sampai bubur ini matang. Empat orang juru masak mulai memasak setelah salat zuhur dan selesai di waktu ashar.

Selain disediakan untuk orang yang berbuka puasa di Masjid Al Mashun, warga sekitar juga boleh membawa pulang bubur ini jika ingin menikmatinya di rumah. Cukup mengantre setelah ashar, warga sudah bisa membawa pulang semangkuk bubur pedas khas Masjid Raya Al Mashun.

Bubur (sup) pedas ini tidak hanya diminati warga lokal. Turis mancanegara yang berkunjung ke Medan pun tak ketinggalan ingin mencicipi bubur ini. Tak perlu khawatir. Bubur ini juga tidak diharamkan bagi non muslim.

Bagi kamu yang non muslim juga bisa mencicipi bubur ini. Asalkan tertib mengantre dan jangan sampai terlambat karena bubur ini memiliki banyak peminat. Tapi tentu saja bubur (sup) pedas ini memang diutamakan untuk orang yang berpuasa.

Jika kamu masih penasaran dengan bubur pedas yang asli ala sultan deli, kamu bisa mencicipinya di beberapa warung makan di Medan. Karena proses pembuatannya rumit dan tidak banyak orang yang pandai memasaknya. Hanya sedikit warung makan yang menyajikan menu ini. Tentunya menu ini tidak bisa kamu nikmati secara cuma-cuma seperti di Masjid Raya Al Mashun.

Share
Topics
Editorial Team
Anne Yaa
EditorAnne Yaa
Follow Us