Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Destinasi Wisata Bekas Pabrik Gula di Jawa Tengah, Suasananya Klasik

Museum Gula Gondang (instagram.com/museum_gula_jawa_tengah)
Museum Gula Gondang (instagram.com/museum_gula_jawa_tengah)

Tak dipungkiri, dulunya Jawa Tengah sempat menjadi salah satu penghasil gula terbesar di Indonesia karena banyak sekali bangunan pabrik gula peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang tersebar di beberapa kabupaten di sana. Meski sebagian sudah berhenti beroperasi, namun bangunannya tetap masih bisa dikunjungi karena telah diubah fungsinya menjadi tempat wisata.

Tak sekadar menjadi museum, namun juga ada yang dijadikan rest area dan agrowisata keluarga. Bersuasana klasik dan antik, inilah lima destinasi wisata bekas pabrik gula di Jawa Tengah yang worth it untuk dikunjungi saat liburan.

1. Heritage Palace, Solo

The Heritage Palace (instagram.com/mariogatravel)
The Heritage Palace (instagram.com/mariogatravel)

Heritage Palace dulunya merupakan sebuah pabrik gula bernama Pabrik Gula Gembongan yang dibangun pada tahun 1899. Setelah tahun 1920, fungsi dan arsitektur bangunannya diubah menjadi lebih klasik. Kemudian di tahun 2018, bangunan mulai direvitalisasi dan diubah menjadi sebuah destinasi wisata klasik menarik di tengah Kota Solo. Luas area Heritage Palace adalah 2,2 hektar dan terbagi ke dalam dua area indoor dan outdoor.

Untuk masuk ke area indoor, pengunjung harus membayar tiket lagi sebesar Rp55.000-65.000. Di dalamnya terdapat museum 3D, museum transportasi dan omah kuwalik/rumah terbalik yang buka hingga 19.00. Sedangkan jam buka loket tiket pada 09.00-16.30 WIB. 

Lokasi: Jalan Permata Raya Dukuh Tegal Mulyo RT 02/08 Honggobayan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo

Harga tiket: Rp30.000

Jam buka: 09.00-16.30

2. Grand Sondokoro, Tasikmadu

Grand Sondokoro (instagram.com/damasmpt)
Grand Sondokoro (instagram.com/damasmpt)

Grand Sondokoro merupakan sebuah agrowisata modern yang ada di kawasan Pabrik Gula Sondokoro Tasikmadu. Di dalamnya terdapat banyak wahana, museum, panggung, dan kolam renang. Pengunjung juga dapat menjajal kereta uap berkeliling sekeliling pabrik gula dengan tiket Rp15.000. Namun kereta uap ini hanya ada pada hari sabtu dan minggu.

Selain kereta uap, ada kolam renang, kolam terapi ikan, wahana permainan, homestay dan museum gula di dalamnya. Saat berkeliling, ada beberapa monumen spoor atau kereta yang terpajang di beberapa spotnya sehingga pengunjung dapat menjadikannya latar berfoto.

Tiket masuk ke Sondokoro adalah Rp20.000 yang di dalamnya sudah termasuk gratis main lima wahana yaitu kora kora, bianglala, terapi ikan rumah studio, dan taman air. 

Lokasi: Ngijo, Tasikmadu, Karanganyar

Jam buka: 08.00-16.00 WIB

Harga tiket: Rp20.000

3. De Tjolomadu, Karanganyar

De Tjolomadoe (instagram.com/mukena_al_maira)
De Tjolomadoe (instagram.com/mukena_al_maira)

Tak jauh berbeda dari Heritage Palace, terdapat De Tjolomadoe yang dibangun pada tahun 1861, merupakan sebuah bangunan bekas pabrik gula seluas 1,3 hektar di Kabupaten Karanganyar yang kini berubah fungsinya sebagai tempat wisata. Bangunannya masih sama seperti yang asli. Bahkan di dalamnya terdapat museum gula yang memamerkan beragam alat-alat pabrik pada zaman dulu.

Tak ketinggalan, di dalam pabrik yang dibangun pada tahun 1861 ini ada kafe, musala, toilet, serta lahan parkir luas. Di area halamannya ada skuter otoped yang dapat disewa untuk berkeliling. Tarif naiknya Rp25.000.

Lokasi: Jalan Adisucipto nomor 1 Paulan Wetan, Malangjiwan Colomadu, Karanganyar 

Jam buka: 10.00-17.00 WIB (Hari senin tutup) 

Harga tiket: Rp25.000 (pelajar) dan Rp35.000 (umum) 

4. Agrowisata Gondang Winangun, Klaten

Museum Gula Gondang Winangoen (instagram.com/ayashz)
Museum Gula Gondang Winangoen (instagram.com/ayashz)

Tak jauh berbeda dari pabrik gula di Solo, Pabrik Gula Gondang Winangun yang dulu rutin memproduksi gula, kini telah tutup dan menjadi agrowisata.

Tempat wisata ini buka sejak 2009. Di dalamnya terdapat wahana permainan, museum gula, juga kereta wisata untuk berkeliling area pabrik gula. Wahana seru yang ada di Pabrik Gula Gondang Winangoen mulai dari water park, water slide, flying fox, jembatan gantung, spider web, kidz zone, agro terapi, adventure, area marine bridge, dan wall climbing.

Tiket masuk per wahana adalah Rp5.000-10.000. Sedangkan tiket naik kereta uap Rp8.000 dan kereta diesel Rp5.000.

Lokasi: Jalan Solo Jogja Plawikan Jogonalan, Klaten

Jam buka: 08.00-15.00 WIB

Harga tiket: Rp3.000

5. Rest Area Heritage 260 B Banjaratma Brebes

Rest Area Heritage Banjaratma (instagram.com/suyowong)
Rest Area Heritage Banjaratma (instagram.com/suyowong)

Pabrik Gula Banjaratma Brebes dibangun pada tahun 1908 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan luas area sekitar 10.5 hektar. Namun sayangnya pada tahun 1997, pabrik gula ini tutup karena merugi.

Pada tahun 2019 bangunan pabrik ini difungsikan kembali menjadi sebuah rest area dan diberi nama Rest Area Heritage 260 B Banjaratma Brebes. Meski diubah fungsinya, namun hampir semua keautentikan bangunannya masih dipertahankan. Bahkan di bagian dalam ada beberapa yang masih berupa batu bata.

Di dalam rest area ini memiliki fasilitas lengkap seperti tempat pengisian bahan bakar, lahan parkir luas, toilet, mushola, kios oleh-oleh dan wahana permainan. Selain itu, pengunjung yang singgah di sini dapat melihat lokomotif dan mesin-mesin pabrik yang dulu digunakan untuk memproduksi gula, lho.

Yang terbaru, rest area ter-estetik dan unik di Indonesia ini memiliki wahana seluncur donat yang dapat dinaiki anak-anak dan dewasa. Untuk sekali naik, dikenakan tiket sebesar Rp15.000 (anak-anak) dan Rp25.000 (dewasa). 

Lokasi: Rest Area 260 B Banjaratma Brebes, Jawa Tengah

Jam buka: 24 jam

Harga tiket: Gratis

Tak sekadar hanya menjadi tempat healing atau piknik, bangunan bekas pabrik gula ini diharapkan menjadi salah satu sarana belajar sejarah bagi anak-anak dan generasi milenial saat ini. Tak heran bila bangunannya masih mirip aslinya dan kental dengan suasana klasik tempo dulu. Yang suka dengan wisata klasik dan bersejarah, jangan lewatkan mengeksplorasi kelima tempat di atas, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
Mayang Ulfah Narimanda
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us