5 Fakta Etchmiadzin, Katedral Tertua di Armenia

- Daerah di sekitarnya telah dihuni oleh berbagai masyarakat sejak zaman prasejarah
- Pembangunannya dapat dikaitkan dengan Santo Gregorius Sang Penerang
- Mengalami pemulihan pada abad ke-15
Katedral Etchmiadzin—juga dieja "Echmiatsin," "Echmiadzin," atau "Edjmiadsin"—terletak di kota Etchmiadzin (juga dikenal sebagai Vagharshapat) di Provinsi Armavir, Armenia. Katedral ini terletak di dekat lembah Sungai Aras yang subur dan relatif dekat dengan Gunung Ararat, ibu kota Yerevan, dan Biara Khor Virap.
Katedral ini berfungsi sebagai jantung spiritual masyarakat Armenia dan kantor pusat administratif Gereja Apostolik Armenia. Dikenal oleh masyarakat Armenia sebagai "Katedral Induk Etchmiadzin", katedral ini merupakan salah satu contoh arsitektur Kristen tertua yang masih ada di dunia. Yuk, simak fakta tentang Katedral Etchmiadzin berikut ini!
1. Daerah di sekitarnya telah dihuni oleh berbagai masyarakat sejak zaman prasejarah
.jpg)
Situs arkeologi dari Zaman Batu, Perunggu, dan Besi dapat ditemukan di dalam dan di sekitar kota dan Katedral Etchmiadzin. World History Encyclopedia menjelaskan bahwa wilayah ini dikenal oleh peradaban Urartia kuno, yang menyebut Etchmiadzin sebagai "Kuarlini" dalam prasasti berhuruf paku. Catatan paling awal tentang wilayah ini berasal dari masa pemerintahan Raja Rusa II, yang memerintah dari tahun 685—645 SM.
Vagharshapat, yang sekarang lebih dikenal sebagai Etchmiadzin, didirikan pada masa pemerintahan raja Arsacid Vagharsh I (117–140 M). Meskipun pernah menjadi ibu kota Armenia, kota ini mengalami kemunduran setelah diserang dan dihancurkan selama invasi Sasanid pada tahun 368–369 M. Pada abad ke-4 M, Dvin menggantikan Vagharshapat sebagai pusat politik Armenia.
2. Pembangunannya dapat dikaitkan dengan Santo Gregorius Sang Penerang

Menurut legenda dan catatan sejarah Armenia, Yesus Kristus menampakkan diri kepada Santo Gregorius Sang Penerang dalam sebuah penglihatan ilahi. World History Encyclopedia melaporkan bahwa selama penglihatan ini, Kristus memerintahkannya untuk membangun sebuah katedral di Vagharshapat. Ia mengungkapkan lokasi yang tepat dengan memukul tanah dengan palu emas.
Pembangunan Katedral Etchmiadzin dimulai sekitar tahun 303. Katedral ini didedikasikan untuk Perawan Maria setelah selesai. Nama "Etchmiadzin" berarti "keturunan dari anak tunggal," yang mencerminkan visi yang mengilhami pembangunannya.
3. Sempat mengalami kemunduran
Pada tahun 640 M, setelah Armenia diserbu dan diduduki oleh orang-orang Arab dari Kekhalifahan Rashidun (632–661 M), Katedral Etchmiadzin dan kota tersebut menghadapi masa depan yang tidak pasti sebagai pusat keagamaan. Fokus politik dan keagamaan Armenia bergeser pertama ke Dvin dan kemudian ke Ani, menurut World History Encyclopedia. Akibatnya, baik kota Etchmiadzin maupun katedralnya secara bertahap memasuki periode kemunduran.
Pada abad ke-10 M, gempa bumi dahsyat melanda kawasan, menghancurkan beberapa bangunan termasuk Katedral Zvartnots. Daerah tersebut menghadapi kehancuran lebih lanjut ketika bangsa Turki Seljuk menyerbunya pada pertengahan abad ke-11. Pada akhir abad ke-13, setelah invasi bangsa Mongol di Armenia dan Georgia, lingkungan sekitar katedral telah hancur sedemikian rupa sehingga penyair Armenia Stepanos Orbelian (meninggal tahun 1304 Masehi) tergerak untuk menulis Lamentations on the Holy Cathedral of Vagharshapat.
4. Mengalami pemulihan pada abad ke-15

Nasib Katedral Etchmiadzin membaik ketika Gereja Apostolik Armenia memulihkan gereja Katolik di sana pada pertengahan abad ke-15 M. Meskipun negara dan penduduk Kristennya menghadapi kesulitan selama periode konflik dengan Safavid Iran dan pemerintahan Turki Ottoman, katedral tersebut berhasil bertahan, jelas World History Encyclopedia. Katedral Etchmiadzin diberikan hak istimewa ekonomi tertentu yang memungkinkannya untuk terus beroperasi hingga masa yang lebih stabil.
Selama abad ke-18 dan ke-19, berbagai upaya pembangunan dan pemugaran membantu menghidupkan kembali kemegahan Katedral Etchmiadzin. Di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia (1827—1917), katedral tersebut mengalami stabilitas selama hampir satu abad. Meskipun penindasan kembali terjadi pada awal era Soviet (1918–1949), Katedral Etchmiadzin tetap bertahan dan terus berfungsi sebagai "Tahta Suci bagi semua orang Armenia."
5. Sempat ditutup pada tahun 2018
.jpg)
Setelah ditutup untuk renovasi sejak 2018, Katedral Etchmiadzin akhirnya dibuka kembali pada tahun 2024. Broadview menambahkan bahwa pengunjung kini dapat kembali ke situs yang dianggap sebagai pusat spiritual Gereja Apostolik Armenia dan katedral tertua di dunia. Katedral Etchmiadzin sendiri dibangun tak lama setelah Armenia menjadi negara pertama yang mengadopsi agama Kristen sebagai agama resminya pada tahun 301.
Renovasi tersebut meliputi setiap bagian katedral, dari fondasinya hingga salib di atas kubah setinggi 34 meter. Salah satu perubahan yang paling luar biasa adalah restorasi fresko bagian dalam, yang telah menghitam akibat jelaga lilin dari waktu ke waktu. Sekarang diperbarui dengan warna emas dan cerah, fresko tersebut sekali lagi mencerahkan dinding katedral, dengan tim restorasi menyatakan bahwa mereka telah "memberikan kehidupan pada gereja kuno selama berabad-abad mendatang."
Katedral Etchmiadzin merupakan representasi dari akar spiritual dan budaya Armenia yang mendalam. Kelima wawasan ini menyoroti sebagian kecil dari signifikansi historis katedral yang tak lekang oleh waktu.