Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Membuat Pendaki Tersesat di Gunung? Ini Kemungkinannya!

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Yevhen Sukhenko)
Intinya sih...
  • Kurangnya persiapan pendaki sebelum mendaki gunung dapat menyebabkan tersesat karena kurangnya pengetahuan dasar terkait rute dan titik-titik penting peta.
  • Pendaki rentan tersesat akibat tidak mencari informasi terbaru terkait kondisi cuaca, perubahan jalur resmi, atau kebijakan pengelolaan gunung.
  • Percaya diri berlebihan bisa membahayakan keselamatan karena pendaki rentan mengabaikan rambu atau petunjuk jalur serta menurunkan tingkat kewaspadaan.

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang memadukan antara petualangan, keindahan alam, dan tantangan secara fisik. Namun, di balik pesonanya, ternyata aktivitas ini tetap menyimpan risiko tinggi, salah satunya tersesat.

Banyak orang yang berpikir bahwa selama ada ponsel dan aplikasi peta, maka risiko tersesat bisa saja dihindari. Nyatanya, hal ini tidak selalu berlaku karena kondisi medan yang sulit diprediksi, sinyal yang lemah, bahkan kurangnya persiapan yang dimiliki.

Lantas, apa yang membuat pendaki tersesat di gunung? Ketahui penyebabnya, sehingga kamu dapat mempersiapkan diri dengan baik.

1. Kurangnya persiapan dan informasi rute

ilustrasi pendaki (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Salah satu penyebab utama pendaki bisa tersesat adalah karena kurangnya persiapan sebelum memulai proses pendakian. Banyak pendaki yang tidak mempelajari terlebih dahulu terkait titik-titik penting peta, jalur, atau lokasi pos pendakian dengan saksama. Padahal, pengetahuan dasar terkait rute bisa menjadi penentu keselamatan, lho.

Beberapa pendaki tidak mencari informasi terbaru terkait kondisi cuaca atau perubahan jalur resmi. Jalur pendakian bisa saja mengalami perubahan akibat pergeseran tanah, longsor, atau kebijakan pengelolaan gunung. Jika pendaki tidak memperbarui informasi tersebut, maka bisa berpotensi mengambil jalur yang salah dan pada akhirnya tersesat.

2. Terlalu percaya diri dan mengabaikan petunjuk

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Ted Bryan Yu)

Percaya diri merupakan hal penting dalam proses pendakian. Namun, jika sampai berlebihan justru bisa membahayakan keselamatan diri. Banyak pendaki yang merasa sudah cukup berpengalaman, pada akhirnya rentan mengabaikan rambu atau petunjuk jalur, sehingga membawa mereka ke area yang tidak dikenali.

Petunjuk ke jalur pendakian pada umumnya dipasang di titik-titik strategis, sehingga dapat membantu para pendaki tidak terburu-buru atau memperhatikan rute yang sedang dilewati saat ini. Namun, jika sampai proses pendakian berjalan dengan kurang baik, maka hal ini justru akan menurunkan tingkat kewaspadaan dan akhirnya memicu bahaya.

3. Terpisah dari rombongan

ilustrasi pendakian (unsplash.com/MChe Lee)

Tersesat sebetulnya dapat terjadi saat seseorang terpisah dari rombongan, baik itu saat berjalan terlalu cepat, terlalu lambat, atau memang karena ingin mengeksplorasi jalur lain sendirian. Hal ini tentu membuat risiko kehilangan arah semakin tinggi, karena tidak ada orang yang bisa diajak berdiskusi atau memastikan arah yang telah dilewati.

Pada saat seseorang menyadari dirinya terpisah, maka rasa panik dan cemas bisa mengganggu proses pengambilan keputusan, sehingga akhirnya justru akan bergerak semakin jauh. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga jarak aman antaranggota dan sering melakukan pengecekan keberadaan satu sama lain agar menghindari insiden tersesat.

4. Kondisi cuaca yang tidak menentu

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Darren Tiumalu)

Cuaca di gunung bisa saja mengalami perubahan drastis, khususnya pada ketinggian tertentu. Bisa saja muncul hujan deras, kabut tebal, atau angin kencang yang mengganggu jarak pandang. Pada kondisi seperti ini, pendaki sangat mudah untuk keluar dari jalur yang benar, bahkan walau sudah hapal rute sekali pun.

Cuaca ekstrem bisa membuat petunjuk atau tanda alami di jalur jadi sulit untuk dikenali, termasuk keberadaan batu licin, pohon tumbang, atau tanah longsor yang semakin mengaburkan arah pendakian. Jika tidak hati-hati, maka mengambil jalan yang keliru justru akan membuat pendaki jadi semakin jauh dari jalur utama.

Mendaki gunung memerlukan lebih dari sekadar fisik yang kuat, tetapi juga kewaspadaan, kedisiplinan, dan pengetahuan. Tersesat bisa saja terjadi pada siapa pun, baik itu pendaki pemula atau pendaki profesional, sehingga harus tetap pengambilan langkah yang tepat agar bisa mengantisipasi hal yang satu ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us