Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berapa Banyak Air yang Harus Dibawa saat Mendaki Gunung?

ilustrasi pendaki minum air
ilustrasi pendaki minum air (pexels.com/Olga Lioncat)

Air adalah salah satu kebutuhan paling penting saat mendaki gunung. Tanpa air yang cukup, tubuh bisa cepat kelelahan, dehidrasi, bahkan mengalami gangguan serius seperti heat exhaustion. Tapi, membawa air terlalu banyak juga bukan solusi karena justru bikin beban tas jadi berat dan bikin kamu cepat capek.

Nah, agar kamu bisa menghitung kebutuhan air dengan tepat dan gak salah perhitungan di jalur pendakian, yuk simak penjelasan penting berikut ini!

1. Hitung kebutuhan air berdasarkan durasi dan intensitas pendakian

ilustrasi mendaki bersama guide lokal (pexels.com/Kamaji Ogino)
ilustrasi mendaki bersama guide lokal (pexels.com/Kamaji Ogino)

Langkah pertama adalah memperkirakan berapa lama kamu akan mendaki dan seberapa berat medannya. Rata-rata, tubuh manusia membutuhkan sekitar 0,5–1 liter air per jam aktivitas fisik sedang hingga berat. Jadi, kalau kamu berencana mendaki selama 6 jam, kamu butuh minimal 3–6 liter air. Tapi jumlah ini bisa berubah tergantung kondisi.

Kalau kamu mendaki di cuaca panas, tubuh bakal lebih banyak berkeringat sehingga butuh asupan cairan lebih banyak. Sebaliknya, kalau kamu mendaki di udara dingin, kamu tetap butuh hidrasi tapi dalam jumlah yang sedikit lebih rendah karena tubuh gak banyak kehilangan cairan.

2. Cek dulu apakah di jalur pendakian ada sumber air

ilustrasi mendaki saat hujan
ilustrasi mendaki saat hujan (unsplash.com/Daniil Khudiakov)

Sebelum mulai mendaki, penting banget buat cari tahu dulu apakah di jalur pendakian yang kamu pilih ada mata air, sungai kecil, atau pos sumber air. Informasi ini biasanya bisa kamu dapat dari forum pendaki, grup media sosial, atau basecamp gunung setempat.

Gunung-gunung populer seperti Semeru, Rinjani, Lawu, dan Merbabu umumnya punya beberapa titik sumber air di jalur tertentu. Misalnya, di Gunung Lawu ada sumber air di pos 2 dan pos 5, sedangkan di Semeru, kamu bisa isi ulang di Ranu Kumbolo.

Kalau memang ada titik air di tengah jalur, kamu gak perlu bawa air terlalu banyak dari awal, cukup bawa cukup buat sampai ke titik itu, lalu isi ulang.

3. Jangan cuma andalkan air minum, siapkan juga elektrolit

ilustrasi botol air
ilustrasi botol air (unsplash.com/Kate Joie)

Saat mendaki, tubuh gak cuma kehilangan air, tapi juga elektrolit penting seperti natrium, kalium, dan magnesium yang keluar lewat keringat. Kalau kamu cuma ganti dengan air putih, kamu bisa tetap merasa lemas karena kadar mineral dalam tubuh gak seimbang. Makanya, kamu perlu membawa minuman elektrolit atau larutan isotonik untuk menjaga stamina. Sekarang banyak kok pilihan yang praktis, seperti bubuk elektrolit saset yang bisa kamu larutkan ke dalam botol minum.

Selain membantu menjaga energi, minuman elektrolit juga bisa mencegah kram otot dan sakit kepala yang sering muncul saat dehidrasi ringan. Kalau kamu gak mau repot, kamu bisa bawa camilan asin seperti kacang atau biskuit gandum untuk menambah asupan natrium alami selama di jalur.

4. Gunakan botol atau hydration pack yang efisien

ilustrasi botol air
ilustrasi botol air (unsplash.com/Bluewater Sweden)

Cara kamu membawa air juga berpengaruh besar terhadap kenyamanan mendaki. Kalau kamu sering menempuh jalur panjang atau tanjakan curam, lebih praktis pakai hydration pack berkapasitas 2–3 liter. Tas ini dilengkapi selang minum, jadi kamu bisa tetap terhidrasi tanpa harus berhenti setiap kali mau minum.

Kalau kamu belum punya hydration pack, jangan khawatir. Bawa aja beberapa botol air ukuran 1 liter. Pastikan botolnya kuat, ringan, dan mudah diakses di saku samping tas. Hindari pakai botol plastik sekali pakai karena selain berisiko bocor, juga gak ramah lingkungan.

5. Atur strategi minum biar air gak cepat habis

ilustrasi pendaki membawa botol air
ilustrasi pendaki membawa botol air (pexels.com/Maël BALLAND)

Salah satu kesalahan umum pendaki adalah minum terlalu banyak dalam waktu singkat. Padahal, cara yang benar adalah minum sedikit tapi sering. Idealnya, kamu minum 1–2 teguk setiap 15–20 menit untuk menjaga cairan tubuh tetap stabil.

Kalau kamu minum sekaligus dalam jumlah besar, sebagian air justru akan langsung keluar lewat urine dan gak diserap optimal oleh tubuh. Selain itu, minum terlalu banyak juga bisa bikin perut terasa kembung dan gak nyaman saat berjalan.

6. Bawa cadangan air darurat

ilustrasi mendaki gunung
ilustrasi mendaki gunung (unsplash.com/Jesse Desjardins)

Meski kamu sudah hitung kebutuhan air dengan cermat, selalu siapkan cadangan air sekitar 500 ml–1 liter untuk keadaan tak terduga. Air cadangan ini bisa jadi penyelamat kalau kamu tersesat, cuaca berubah ekstrem, atau sumber air di jalur ternyata kering.

Simpan air cadangan di botol terpisah dan jangan diminum kecuali benar-benar darurat. Beberapa pendaki juga membawa alat penjernih air portabel seperti filter straw, tablet klorin, atau botol dengan filter bawaan. Dengan alat itu, kamu bisa memanfaatkan air dari sungai atau mata air alami tanpa takut terkontaminasi bakteri.

Selain itu, ada baiknya kamu tahu cara membuat air layak minum darurat, misalnya dengan merebus air selama 10 menit di ketinggian. Pengetahuan kecil seperti ini bisa jadi penyelamat di kondisi ekstrem di gunung.

Jadi, berapa banyak air yang harus dibawa saat mendaki? Jawabannya gak bisa satu angka pasti karena tergantung dari durasi, medan, cuaca, dan kondisi tubuh. Tapi secara umum, membawa 3–6 liter air sudah cukup untuk pendakian sehari penuh dengan intensitas sedang.

Dengan strategi yang tepat, kamu gak cuma bisa sampai puncak dengan aman, tapi juga menikmati perjalanan tanpa kehausan berlebihan. Karena di gunung, air adalah sumber tenaga sekaligus penyelamat nyawa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Travel

See More

[QUIZ] Negara Asia Timur yang Cocok Dikunjungi saat Musim Dingin

07 Nov 2025, 20:30 WIBTravel