Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Jalur Pesawat Tidak Lurus di Peta? Ini Alasannya!

ilustrasi peta dunia dan miniatur pesawat
ilustrasi peta dunia dan miniatur pesawat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika melakukan perjalanan menggunakan pesawat, pernahkah kamu memanfaatkan layar in-flight entertainment untuk melihat posisi real time? Jika pernah, maka perhatikan lebih lanjut bahwa pesawat yang kamu tumpangi tidak terbang lurus di peta. Kamu juga dapat melihatnya dari website yang menyediakan informasi live flight tracker.

Meski seolah tidak ada penghalang di udara, tetapi jalur penerbangan tidak dibuat sembarangan. Bahkan, jalur pesawat yang melakukan penerbangan antar benua dan melewati samudra akan melengkung. Kira-kira, kenapa jalur pesawat tidak lurus di peta, ya? Ternyata, ini beberapa alasannya!

1. Bumi itu bulat, tapi peta bersifat dua dimensi

ilustrasi globe dan miniatur pesawat
ilustrasi globe dan miniatur pesawat (pexels.com/Monstera Production)

Jalur pesawat tidak lurus berkaitan dengan cara menggambar peta. Bumi berbentuk bulat, kemudian digambar dalam bentuk dua dimensi. Peta global yang paling umum digambar menggunakan proyeksi Mercator, karena mendistorsi persepsi.

Ukuran sebenarnya tidak selalu sama seperti di peta, terutama daerah dekat kutub. Contonya, jalur penerbangan dari Los Angeles ke Istanbul sebenarnya sebagian besar berupa garis lurus. Namun, karena mengikuti kelengkungan Bumi, jalur tersebut tampak melengkung ketika diplot pada peta proyeksi Mercator.

Ketika membuat rencana penerbangan, maka perlu memperhitungkan kelengkungan bumi. Selain itu, terbang dalam lintasan yang menyerupai busur bertujuan untuk memperhitungkan jumlah lalu lintas di udara. Sama seperti sistem jalan raya, jika setiap penerbangan mengambil lintasan yang sama, maka lalu lintas akan lebih sulit diatur.

2. Memanfaatkan arus udara

ilustrasi jalur pesawat tidak lurus
ilustrasi jalur pesawat tidak lurus (pixabay.com/orca)

Kalau naik kapal memanfaatkan arus laut dan pasang surut, demikian pula dengan pesawat yang mengandalkan arus udara. Cara ini membuat penerbangan lebih menghemat waktu. Selain itu, adanya arus udara juga dapat menentukan perbedaan durasi penerbangan pada rute yang sama.

Jalur lengkung menyerupai busur yang digunakan sebagian besar pesawat komersil disebut great circle route. Rute tersebut paling banyak digunakan dalam penerbangan antara Amerika Utara dan Eropa atau Asia. Great circle route dianggap lebih hemat waktu dibanding memotong lurus, karena semakin ke arah kutub, semakin kecil keliling Bumi.

Namun, praktiknya jalur penerbangan tidak selalu mengikuti great circle route secara persis. Kadang diperlukan rute sedikit berkelok untuk memanfaatkan arus udara di atmosfer. Arus udara paling penting bagi pesawat terbang adalah jet streams atau aliran jet.

Jet streams seperti sungai, bedanya berupa udara yang bergerak cepat dan berputar-putar mengelilingi dunia. Aliran ini dapat memberikan angin belakang yang bermanfaat bagi pesawat terbang, tetapi hanya bertiup dari barat ke timur. Oleh sebab itu, penerbangan dari barat ke timur biasanya menyimpang dari great circle route untuk mendapatkan peningkatan kecepatan dari jet streams.

Sebaliknya, penerbangan dari timur ke barat akan diperlambat oleh jet streams, sehingga tetap menggunakan great circle route. Itulah sebabnya, penerbangan dari barat ke timur lebih singkat daripada dari timur ke barat. Namun, perlu diketahui bahwa jet streams berfluktuasi, tergantung cuaca, yang berarti jalurnya dapat berbeda dari satu penerbangan dengan penerbangan berikutnya.

3. Kondisi cuaca

ilustrasi cuaca hujan dan berawan sebelum pesawat mendarat
ilustrasi cuaca hujan dan berawan sebelum pesawat mendarat (dok. pribadi/Fatma R. N.)

Kondisi cuaca sangat berpengaruh pada jalur yang akan dilewati pesawat. Saat cuaca cerah dan bersahabat, biasanya lebih baik terbang di atas awan. Namun, pada kondisi tertentu, puncak awan bisa berupa badai petir yang dapat mencapai ketinggian jauh di atas posisi pesawat. 

Rencana penerbangan dirancang untuk menghindari konveksi ketika diperkirakan akan terjadi cuaca buruk. Lebih baik sedikit memutar untuk menghindari badai, awan cumulonimbus, atau area turbulensi parah daripada harus menembus cuaca ekstrem. Hal berpotensi lebih banyak pesawat bertemu di jalur penerbangan yang terbatas dan layak.

Maka dari itu, kondisi cuaca dapat menjadi alasan keterlambatan, penundaan, hingga pembatalan jadwal keberangkatan. Tanpa menunggu cuaca ekstrem, ketika hujan cukup lebat dapat membuat pesawat memperlambat lajunya dan menunggu lebih lama di udara sebelum mendarat. Apakah kamu pernah mengalaminya?

4. Pembatasan wilayah udara

ilustrasi layar inflight entertainment yang menampilkan jalur pesawat Jakarta-Yogyakarta
ilustrasi layar inflight entertainment yang menampilkan jalur pesawat Jakarta-Yogyakarta (dok. Pribadi/Fatma R.N)

Ruang di udara tidak hanya untuk penerbangan sipil. Masih ada pengguna lain, seperti untuk operasi militer, drone, gangguan satelit, hingga upaya evakuasi maupun pemadaman kebakaran. Belum lagi rute berdekatan dengan daerah konflik dan area berbahaya, seperti gunung berapi yang harus dihindari.

Kamu dapat melihat dari gambar di atas, jalur penerbangan dari Jakarta ke Yogyakarta tidak lurus. Meski tetap dari utara ke selatan, tetapi menghindari deretan gunung berapi yang berada di tengah Pulau Jawa. Kemudian lewat selatan di atas perairan Laut Selatan Jawa, sebelum akhirnya kembali sedikit ke utara untuk mendarat di Yogyakarta.

Pembatasan wilayah udara untuk penerbangan internasional juga mempertimbangkan tarif yang harus dibayar maskapai. Sebab, harus melintasi ruang udara negara lain dengan tarif yang bervariasi. Biasanya maskapai akan memilih untuk melewati kawasan udara dengan harga yang lebih terjangkau, meski rutenya lebih panjang.

5. Prosedur di area terminal

ilustrasi lalu lintas pesawat di bandara
ilustrasi lalu lintas pesawat di bandara (pixabay.com/mathewbrowne)

Jalur pesawat yang tidak lurus juga dipengaruhi oleh prosedur di area terminal. Prosedur itu disebut Standard Instrument Departures (SIDs) untuk jalur keluar bandara. Sedangkan Standard Terminal Arrivals (STARs) untuk jalur masuk bandara.

Kedua prosedur khusus itu berfungsi untuk menjaga lalu lintas pesawat tetap tertib. Selain itu, juga mencegah pesawat yang datang dan berangkat pada rute sama tidak terlalu berdekatan. Hal ini dapat membuat pesawat harus berputar sejenak, mengikuti jalur zig-zag, dan tidak langsung menuju jalur utama untuk keamanan dan kelancaran penerbangan saat lalu lintas padat.

Itulah beberapa alasan kenapa jalur pesawat tidak lurus di peta. Bukan sekadar pengaruh kondisi bumi yang bulat dan proyeksi peta yang mendistorsi persepsi. Namun juga terkait prosedur keamanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Travel

See More

Mengejar Matahari di Bukit Tanarara Waingapu

28 Nov 2025, 12:02 WIBTravel