Mitos Vs Fakta: Mobil Diesel Lebih Tahan Dingin dari Mobil Bensin

- Karakteristik bahan bakar solar yang rentan mengental
- Ketergantungan tinggi pada komponen glow plug
- Beban aki dan kebutuhan kompresi tinggi
Mobil bermesin diesel sering kali dianggap sebagai kendaraan tangguh yang mampu menaklukkan berbagai medan dan kondisi cuaca ekstrem. Namun, dalam konteks suhu dingin yang sangat rendah, mesin diesel sebenarnya menghadapi tantangan teknis yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan mesin bensin karena karakteristik bahan bakar dan sistem pembakarannya yang unik.
Ketahanan mobil diesel di lingkungan bersuhu rendah sangat bergantung pada kualitas bahan bakar serta kesiapan sistem pendukung pada mesin tersebut. Memahami mekanisme kerja mesin ini di tengah udara dingin menjadi sangat penting bagi pemilik kendaraan agar tetap dapat mengandalkan performanya tanpa harus mengalami kendala gagal starter yang mengganggu mobilitas.
1. Karakteristik bahan bakar solar yang rentan mengental

Masalah utama yang dihadapi mobil diesel saat suhu menurun drastis adalah sifat fisik dari bahan bakar solar itu sendiri. Solar mengandung kandungan lilin atau parafin yang akan mulai mengkristal ketika terpapar suhu dingin di bawah titik tertentu. Fenomena ini dikenal dengan istilah gelling atau pembentukan gel, di mana bahan bakar berubah menjadi lebih kental dan keruh sehingga sulit mengalir melalui filter solar.
Jika kristal parafin ini menyumbat pori-pori filter, pasokan bahan bakar ke ruang bakar akan terhenti sepenuhnya, yang mengakibatkan mesin mogok atau tidak bisa dinyalakan. Di negara-negara dengan empat musim, perusahaan penyedia bahan bakar biasanya menyediakan campuran "solar musim dingin" yang memiliki titik beku lebih rendah. Tanpa adaptasi bahan bakar tersebut, mobil diesel justru cenderung lebih rentan mengalami gangguan di suhu dingin dibandingkan mobil bensin yang bahan bakarnya tetap cair pada suhu yang jauh lebih rendah.
2. Ketergantungan tinggi pada komponen glow plug

Berbeda dengan mesin bensin yang menggunakan percikan api dari busi, mesin diesel bekerja berdasarkan prinsip kompresi tinggi untuk menciptakan ledakan di ruang bakar. Pada saat suhu dingin, blok mesin yang terbuat dari logam akan menyerap panas hasil kompresi dengan sangat cepat, sehingga suhu di dalam ruang bakar tidak mencapai titik nyala solar. Di sinilah peran krusial dari glow plug atau busi pemanas diperlukan untuk memanaskan ruang bakar sebelum proses starter dilakukan.
Ketahanan mobil diesel di suhu dingin sangat ditentukan oleh kesehatan komponen pemanas ini. Jika salah satu glow plug mengalami kerusakan, mesin akan sangat sulit dihidupkan meski kondisi aki masih kuat. Meskipun mesin diesel terlihat lebih "tahan banting" dalam hal torsi, proses menyalakannya di pagi hari yang beku membutuhkan waktu tunggu lebih lama untuk memastikan ruang bakar cukup hangat, sebuah prosedur yang tidak diperlukan pada mesin bensin modern.
3. Beban aki dan kebutuhan kompresi tinggi

Mesin diesel memerlukan energi yang jauh lebih besar dari aki untuk bisa hidup di suhu rendah. Karena rasio kompresi mesin diesel sangat tinggi, motor starter membutuhkan arus listrik yang masif untuk memutar kruk as dengan kecepatan yang cukup. Di sisi lain, suhu dingin secara alami menurunkan kemampuan aki dalam mengeluarkan arus listrik secara instan. Kondisi ini menciptakan situasi yang dilematis bagi mobil diesel.
Oli mesin diesel yang memiliki viskositas lebih kental juga akan semakin mengeras di suhu rendah, yang memberikan hambatan mekanis tambahan saat mesin diputar. Oleh karena itu, anggapan bahwa mobil diesel lebih tahan di suhu dingin tidak sepenuhnya tepat jika dilihat dari sisi kemudahan menyalakan mesin. Ketangguhan diesel lebih merujuk pada daya tahannya setelah mesin mencapai suhu operasional optimal, di mana efisiensi termalnya yang tinggi memungkinkan kendaraan bekerja dengan sangat stabil meski dalam cuaca ekstrem.

















