Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjualan Tesla Anjlok 13 Persen, BYD Membayangi

Ilustrasi Tesla (Pexels/Craig Adderley)
Intinya sih...
  • Tesla alami penurunan penjualan 13% di kuartal pertama 2025, jauh dari prediksi analis.
  • Penyebabnya kombinasi model lawas, kontroversi Elon Musk, dan kurangnya inovasi pada Model 3 dan Model Y.
  • Saham Tesla turun tapi investor masih berharap pada rencana rilis mobil listrik terjangkau tahun ini.

Tesla, raksasa mobil listrik asal Amerika Serikat, sedang tidak baik-baik saja. Pada kuartal pertama tahun 2025, penjualan mereka turun 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut laporan dari Arena EV, Tesla hanya berhasil mengirimkan 336.681 unit, padahal di periode yang sama tahun lalu mereka mencatat 386.810 unit.

Angka ini bahkan jauh dari prediksi analis yang memperkirakan penjualan bisa menyentuh 372.410 unit. Turunnya performa ini jadi pukulan telak buat Tesla, apalagi di saat kompetitor seperti BYD dari Tiongkok sedang melaju kencang. Apa sebenarnya yang membuat penjualan Tesla melemah? 

1. Tesla minim penyegaran dan citra Elon Musk

Ilustrasi Tesla (Pexels/Saksham Vikram)

Salah satu penyebab penurunan ini adalah kombinasi antara model kendaraan Tesla yang mulai terasa lawas dan kontroversi Elon Musk yang kian ramai dibicarakan. Dukungan Musk terhadap kelompok politik sayap kanan di Eropa dan AS, serta komentarnya yang memicu perdebatan publik, membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Bahkan, beberapa pemilik Tesla memilih menjual mobil mereka karena tidak ingin dikaitkan dengan citra CEO-nya.

Di sisi lain, lineup mobil Tesla seperti Model 3 dan Model Y dinilai kurang menarik bagi pembeli baru karena minim penyegaran desain dan fitur baru. Di pasar yang makin kompetitif, pembaruan visual dan inovasi teknologi jadi hal penting agar konsumen tetap tertarik.

2. Harapan investor pada produk baru

Kantor Nissan (nissan-global.com)

Meski angka penjualan mengecewakan, ada sedikit kabar baik: saham Tesla sempat turun di awal tapi berhasil bangkit dan diperdagangkan pada harga 281,50 dolar AS. Ini menunjukkan bahwa investor masih punya harapan, terutama pada rencana Tesla merilis mobil listrik versi lebih terjangkau tahun ini.

Namun, sayangnya belum ada detail pasti soal model baru tersebut. Sementara itu, Cybertruck yang sempat ditunggu-tunggu malah jadi kekecewaan, karena banyak pengguna awal mengeluhkan kualitas buruk dan harus mengalami penarikan unit karena masalah panel. Di tengah tekanan dari BYD, Volkswagen, hingga BMW, Tesla harus bekerja keras untuk bangkit.

3. Ancaman tarif Impor dan dominasi BYD

Ilustrasi baterai mobil listrik (byd.com)

Masalah lain yang membayangi Tesla adalah tarif baru untuk kendaraan listrik impor, terutama dari pabrik mereka di luar negeri. Ini bisa berdampak signifikan pada harga jual, bahkan memperkirakan kenaikan Rp50–100 juta per unit tergantung model dan pasar. Belum lagi, potensi adanya tarif balasan dari negara lain membuat situasi makin rumit.

Sementara Tesla mencoba bertahan, BYD justru menyalip dan kini menguasai 15,7% pasar global, sedikit di atas Tesla yang 15,3 persen. Penurunan penjualan Tesla di Eropa, termasuk di Prancis dan Swedia selama tiga bulan berturut-turut, jadi bukti bahwa mereka perlu strategi baru dan inovasi yang lebih agresif jika tak ingin makin tertinggal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us