Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Menambahkan Aditif Bisa Mendongkrak Kualitas Bensin?

ilustrasi isi bensin (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi isi bensin (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Bahan bakar sudah mengandung aditif bawaan pabrikan
  • Aditif tambahan tidak selalu cocok untuk semua motor
  • Pemakaian jangka panjang bisa memengaruhi sensor dan injektor
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau ingin performa motormu maksimal, kamu harus menggunakan bahan bakar yang berkualitas. Sayangnya, kualitas bahan bakar yang tersedia sering kali tidak berkualitas. Karena itu banyak yang menyarankan menambah zat aditif ke dalam tangki bahan bakar. Tujuannya, agar performa motor bisa terdongkrak.

Namun, benarkah menambahkan aditif bisa meningkatkan performa mesin atau malah justru berpotensi menimbulkan masalah baru? Nah, berikut penjelasan apakah perlu menambahkan aditif ke bahan bakar yang kurang berkualitas.


1. Setiap bahan bakar biasanya sudah mengandung zat aditif bawaan pabrikan

ilustrasi isi bensin (pixabay.com/RoumanetD)
ilustrasi isi bensin (pixabay.com/RoumanetD)

Setiap varian bahan bakar biasanya sudah memiliki campuran zat aditif yang lengkap dari pabrikan. Di dalamnya mungkin terdapat detergent additive yang berfungsi membersihkan injektor, anti-oxidant untuk mencegah endapan, serta friction modifier yang membantu mengurangi gesekan di dalam ruang bakar. Semua komponen itu dirancang agar saling mendukung tanpa merusak keseimbangan kimia bahan bakar.

Ketika pengendara menambahkan cairan aditif dari luar, komposisi bahan bakar bisa berubah. Misalnya, aditif yang memiliki kandungan pelarut tinggi dapat menurunkan efektivitas pelumas di dinding silinder atau bahkan merusak lapisan pelindung tangki. Dampaknya, proses pembakaran tidak lagi sempurna dan efisiensi mesin menurun.

Jadi, meskipun niatnya baik, menambah aditif pada bahan bakar seperti Pertamax sering kali tidak membawa manfaat tambahan, bahkan bisa berisiko menurunkan performa jangka panjang.

2. Aditif tambahan tidak selalu cocok untuk semua motor

ilustrasi isi bensin (unsplash.com/Visual Karsa)
ilustrasi isi bensin (unsplash.com/Visual Karsa)

Di pasaran, terdapat berbagai jenis aditif dengan klaim yang beragam: mulai dari peningkat oktan, pembersih injektor, hingga penghemat bahan bakar. Namun, tidak semua jenis aditif cocok untuk setiap tipe motor. Motor dengan sistem karburator memiliki kebutuhan yang berbeda dengan motor injeksi, terutama dalam hal tekanan bahan bakar dan cara pembakarannya. Bila kamu menggunakan aditif yang salah, bahan kimia di dalamnya bisa melarutkan karet seal, merusak lapisan pelindung tangki, atau menyebabkan korosi di pipa bahan bakar.

Selain itu, motor berperforma tinggi yang dirancang untuk bahan bakar oktan tinggi biasanya sudah memiliki toleransi tertentu terhadap senyawa kimia. Sedangkan motor harian dengan kompresi standar lebih sensitif terhadap perubahan rasio campuran bahan bakar. Akibatnya, bukannya membuat mesin lebih enteng, aditif justru bisa membuat tarikan berat, suara kasar, atau bahkan timbul knocking. Karena itu, pemilihan aditif tidak bisa sembarangan—harus sesuai spesifikasi mesin dan rekomendasi pabrikan.

3. Pemakaian jangka panjang bisa memengaruhi sensor dan injektor

ilustrasi mesin motor (vecteezy.com/pichai pipatkuldilok)
ilustrasi mesin motor (vecteezy.com/pichai pipatkuldilok)

Motor-motor modern kini dilengkapi sistem injeksi bahan bakar dengan sensor-sensor presisi seperti oxygen sensor (O₂ sensor), throttle position sensor, hingga injector nozzle yang sangat sensitif terhadap perubahan komposisi bahan bakar. Jika aditif yang digunakan memiliki kandungan logam berat atau pelarut kuat, residunya bisa menempel di bagian sensor atau membentuk kerak di ujung injektor. Akibatnya, data pembacaan dari sensor menjadi tidak akurat, ECU pun salah mengatur campuran udara dan bahan bakar.

Kondisi ini bisa membuat performa mesin menurun drastis. Gejalanya mudah dikenali—tarikan jadi berat, konsumsi bensin meningkat, suara mesin kasar, atau bahkan indikator check engine tiba-tiba menyala. Bila sudah seperti ini, membersihkan injektor dan sensor memerlukan biaya tambahan yang tidak murah. Jadi, penggunaan aditif yang tidak sesuai bisa berakibat kebalikannya: bukannya menambah umur mesin, malah memperpendeknya.

Jadi, menambahkan aditif ke dalam bahan bakar pada dasarnya tidak diperlukan, terutama jika motor kamu masih dalam kondisi sehat dan rutin diservis. Sebab, bahan bakar yang dijual biasanya sudah diformulasikan dengan aditif pabrikan yang cukup untuk menjaga kebersihan ruang bakar, melindungi injektor, dan menstabilkan proses pembakaran. Jika ingin menjaga performa motor tetap optimal, fokuslah pada perawatan rutin seperti mengganti filter bensin, busi, dan oli tepat waktu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Benarkah Campuran Etanol dalam BBM Membuat Tangki Karatan?

12 Okt 2025, 16:05 WIBAutomotive