5 Alasan Bisnis Bareng Teman Bisa Jadi Malapetaka Finansial

- Tercampurnya urusan pribadi dan bisnis sulit dipisahkan, evaluasi kinerja terabaikan, dan profesionalisme terganggu.
- Tidak adanya perjanjian tertulis berbahaya saat uang masuk, konflik sulit diselesaikan tanpa dasar hukum yang jelas.
- Manajemen uang yang tidak transparan bisa menimbulkan rasa curiga dan gesekan kecil yang akhirnya merusak semuanya.
Bisnis dengan teman memang terdengar menyenangkan karena kita bisa kerja bareng orang yang sudah klik secara personal, suasana kerja pun lebih santai. Tapi di balik kedekatan itu, ada risiko besar yang sering disepelekan seperti konflik pribadi yang merembet ke masalah finansial.
Banyak yang masuk ke bisnis bareng teman tanpa kesepakatan yang jelas, lalu berakhir dengan kehilangan uang dan pertemanan sekaligus. Nah, berikut ini lima alasan bisnis bareng teman bisa jadi malapetaka finansial! Scroll yuk!
1. Tercampurnya urusan pribadi dan bisnis

Saat kita berbisnis dengan teman, sering kali sulit memisahkan urusan kerja dan hubungan pribadi. Masalah kerja jadi sungkan dibahas secara profesional karena takut merusak suasana pertemanan. Akibatnya, evaluasi kinerja juga terabaikan dan banyak hal dibiarkan berlarut-larut.
Padahal dalam dunia bisnis, profesionalisme sangat penting. Kalau satu pihak tidak menjalankan tanggung jawabnya, bisnis bisa rugi besar. Sayangnya, karena merasa tidak enak menegur teman, kita jadi membiarkan masalah sampai akhirnya terlalu besar untuk dikendalikan.
2. Tidak adanya perjanjian hitam diatas putih

Banyak bisnis antar teman yang dijalankan hanya berdasarkan rasa percaya tanpa perjanjian tertulis. Ini berbahaya, apalagi saat uang sudah mulai masuk. Tanpa kesepakatan resmi, pembagian modal, keuntungan, hingga tanggung jawab jadi abu-abu.
Saat konflik muncul, tidak ada dasar hukum yang bisa dijadikan pegangan. Hal ini bikin penyelesaian jadi rumit dan bisa menyebabkan salah satu pihak dirugikan. Perjanjian tertulis penting untuk melindungi kedua belah pihak, meskipun hubungan pertemanannya sudah lama.
3. Manajemen uang yang tidak transparan

Uang adalah sumber konflik yang paling sensitif. Banyak bisnis teman yang gagal bukan karena ide buruk, tapi karena keuangan tidak dikelola dengan transparan. Salah satu merasa mengeluarkan lebih banyak modal, atau merasa dibebani tanggung jawab lebih besar tanpa kompensasi yang setara.
Kalau tidak ada sistem pencatatan keuangan yang rapi dan terbuka sejak awal, rasa curiga akan mudah muncul. Dari sinilah gesekan kecil bisa jadi besar, dan kalau tidak diselesaikan dengan kepala dingin, akhirnya bisa merusak semuanya.
4. Pembagian tugas yang tidak seimbang

Karena merasa sudah akrab, pembagian tugas sering dilakukan secara informal, tanpa hitam di atas putih. Tapi lama-lama, akan muncul perasaan tidak adil misalnya satu orang kerja lebih keras, sementara yang lain lebih sering santai tapi tetap bagi hasilnya sama.
Ketimpangan ini bisa menimbulkan rasa kesal dan kecewa. Bahkan yang awalnya saling pengertian bisa berubah jadi saling tuduh. Dalam bisnis, kejelasan dan keadilan dalam peran sangat penting, meskipun itu dilakukan bersama teman sendiri.
5. Keputusan emosional yang alih-alih rasional

Karena hubungan pertemanan, keputusan bisnis kadang diambil berdasarkan rasa kasihan, loyalitas, atau emosi. Misalnya, tetap mempertahankan produk yang tidak laku karena salah satu teman terlalu cinta dengan idenya, atau mempekerjakan orang yang tidak kompeten hanya karena teman dekat.
Bisnis butuh keputusan logis, bukan emosional. Jika terlalu banyak pertimbangan pribadi, bisnis akan jalan di tempat atau bahkan merugi. Sayangnya, ketika akhirnya gagal, emosi itu juga yang akan memperburuk hubungan antar teman.