Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apindo Beberkan Dampak Rupiah Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

ilustrasi uang rupiah (pixabay.com/IqbalStock)
ilustrasi uang rupiah (pixabay.com/IqbalStock)
Intinya sih...
  • Rupiah hampir menyentuh Rp16.400 per dolar AS, kurang ideal dengan target ekonomi 2025
  • Pelemahan rupiah berdampak pada sektor private dan keuangan negara, potensi kenaikan harga akan mengeskalasi inflasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Analis kebijakan ekonomi dari Asoisasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, mengatakan laju rupiah pada awal tahun yang hampir menyentuh angka Rp16.400 per dolar AS kurang ideal dengan target dalam kerangka ekonomi makro 2025 sebesar Rp16 ribu per dolar AS.

Ia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini akan memberikan imbas terhadap sektor private maupun terhadap keuangan negara.

"Di sektor private, hal ini akan berpengaruh terhadap barang-barang dan bahan baku impor. Potensi kenaikan harga ini akan memberikan dampak mengeskalasi inflasi dan pengurangan daya beli masyarakat," kata Ajib dalam keterangannya, Senin (27/1/2025).

Sementara itu, dampak dari pelemahan rupiah bagi keuangan negara berkaitan dengan beban utang yang sebagian besar dalam bentuk mata uang asing, sehingga akan diperlukan penyesuaian atau koreksi atas hutang dan bunga yang jatuh tempo.

1. Pemerintah perlu lakukan bauran kebijakan fiskal dan moneter

Ilustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia meminta pemerintah melakukan bauran kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan ekonomi untuk mendorong penguatan nilai tukar.

"Untuk kebijakan fiskal, idealnya pemerintah perlu menekan defisit, terutama dengan efisiensi belanja dan prioritas program yang memberikan daya ungkit ekonomi," ujarnya.

Meski demikian, ia tak menampik ruang fiskal pemerintah begitu terbatas dan sempit, akibat scaring effect pandemik. Menurutnya, pemerintah harus menerapkan filosofi spending better, bukan better spending, sehingga belanja fiskal menjadi lebih berkualitas.

2. BI lebih fokus ke penguatan ekonomi

Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI edisi Desember. (IDN Times/Triyan)
Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI edisi Desember. (IDN Times/Triyan)

Sementara dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) mengalami kondisi yang dilematis karena untuk menguatkan nilai tukar, secara teoritik, BI seharusnya meningkatkan suku bunga acuan agar terjadi capital inflow dan banyak uang asing masuk ke perekonomian Indonesia.

Namun, BI lebih memilih mengeluarkan kebijakan moneter dengan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. 

"Ini memperlihatkan bahwa BI lebih memilih untuk fokus dengan penguatan ekonomi dalam negeri dan menjaga daya beli masyarakat karena penurunan tingkat suku bunga acuan ini akan mengurangi cost of fund pendanaan dalam negeri dan juga mendorong komsumsi lebih bergairah," tuturnya.

3. Rupiah ditutup pada level Rp16.172 per dolar AS

ilustrasi uang rupiah (pexels.com/Ahsanjaya)
ilustrasi uang rupiah (pexels.com/Ahsanjaya)

Sebelum libur panjang atau pada penutupan perdagangan Jumat (24/1) lalu, rupiah di pasar spot ditutup menguat dibanding sebelumnya. Mata uang Garuda berada pada level Rp16.172 per dolar AS. 

Bila mengacu data bloomberg, rupiah mengalami penguatan hingga 0,69 persen dibandingkan penutupan Kamis (23/1) pada level Rp16.284 per dolar AS. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us