- Misalnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat (diukur dari total pasokan uang dalam perekonomian, atau M2) adalah Rp 1.000 triliun.
- Dalam kondisi ini, bank-bank akan lebih selektif dalam memberikan kredit karena terbatasnya dana yang tersedia untuk disalurkan. Akibatnya, banyak usaha, terutama UMKM, kesulitan mendapatkan pembiayaan. Begitu juga dengan masyarakat yang ingin membeli rumah, mobil, atau investasi lainnya.
Bagaimana Dana Rp200 T yang Disuntik Purbaya ke Bank Bisa Dongkrak Ekonomi?

- Dana Rp200 triliun berasal dari kas Negara di Bank Indonesia dan dialirkan ke bank Himbara untuk memperkuat likuiditas perbankan.
- Penempatan dana pemerintah di bank Himbara memungkinkan penyaluran kredit lebih banyak kepada masyarakat dan sektor usaha, serta meningkatkan jumlah uang yang beredar.
- Dampak perputaran uang bisa memberikan efek berganda ke ekonomi, dengan harapan dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kepercayaan pasar.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Indonesia menempatkan dana sebesar Rp200 triliun untuk penempatan di bank-bank dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) lebih dari sebulan lalu. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan dana tersebut dikucurkan sejak 12 September 2025.
Langkah ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas bank-bank tersebut dan mendorong penyaluran kredit, khususnya untuk sektor-sektor vital seperti UMKM dan ekonomi digital. Ketika sektor perbankan kekurangan dana untuk disalurkan ke masyarakat, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.
Lantas, bagaimana sebenarnya mekanisme dengan penempatan dana Rp200 triliun ini? Dan bagaimana kebijakan ini bisa membantu mendongkrak perekonomian Indonesia? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
1. Dana penempatan berasal dari kas negara yang tersimpan di Bank Indonesia

Penempatan dana di Bank Himbara berasal dari peralihan kas negara yang sebelumnya disimpan di Bank Indonesia dan kini dipindahkan ke bank-bank umum. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas perbankan serta mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif, seperti UMKM dan ekonomi digital.
Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, dan sektor UMKM kesulitan, uang yang beredar di masyarakat menjadi terbatas. Hal ini menghambat arus ekonomi dan memperlambat aktivitas bisnis.
Dengan cara ini, pemerintah memberikan pinjaman likuiditas kepada perbankan agar bank tetap sehat dan bisa menyalurkan kredit kepada masyarakat serta sektor bisnis yang membutuhkan pembiayaan.
Distribusi dana dilakukan secara strategis dengan proporsi yang telah ditetapkan: Rp55 triliun untuk Bank Mandiri, Rp55 triliun untuk BNI, Rp 55 triliun untuk BRI, Rp25 triliun untuk BTN, dan Rp10 triliun untuk BSI. Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat menciptakan multiplier effect yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
2. Skema cara dana dari pemerintah ke perbankan berputar ke masyarakat

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan penambahan likuiditas di perbankan memungkinkan bank untuk menyalurkan lebih banyak kredit kepada masyarakat dan sektor usaha, terutama mereka yang sebelumnya kesulitan mengakses dana. Uang yang sebelumnya disimpan di Bank Indonesia kini dialirkan ke sistem perbankan melalui penempatan dana di Bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).
Untuk lebih memahaminya, mari kita lihat contoh sederhana berikut:
Sebelum penyaluran dana:
Setelah Penyaluran dana Rp200 triliun:
- Penempatan dana Rp 200 triliun ke Bank Himbara akan menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat, sehingga total uang yang beredar meningkat menjadi Rp 1.200 triliun.
- Dengan penambahan uang yang beredar, bank-bank akan memiliki lebih banyak dana untuk disalurkan sebagai kredit, baik untuk konsumsi (seperti pembelian barang atau properti) maupun investasi produktif (seperti modal usaha atau proyek infrastruktur).
3. Dampak perpuataran uang bisa beri efek berganda ke ekonomi

Nailul Huda menjelaskan dengan tambahan uang yang beredar, idealnya masyarakat akan lebih mudah mengakses kredit untuk kebutuhan konsumtif, seperti membeli barang atau properti, maupun untuk kebutuhan produktif, seperti investasi dalam bisnis atau UMKM. Bagi mereka yang sebelumnya terhambat dalam mendapatkan pembiayaan, kredit dengan bunga lebih rendah bisa menjadi solusi untuk memperbaiki atau mengembangkan usaha mereka.
Lebih jauh lagi, dari sisi makroekonomi, penempatan dana di perbankan dapat mempercepat siklus pertumbuhan ekonomi. Ketika dana tersebut disalurkan, likuiditas meningkat, suku bunga kredit turun, konsumsi masyarakat naik, dan investasi bertambah.
Pada akhirnya, semua ini akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Inilah yang disebut dengan multiplier effect, yang menjadi salah satu harapan utama pemerintah. Sebuah kebijakan fiskal yang sederhana, namun diharapkan dapat memberikan dampak berantai yang besar pada perekonomian nasional.
Tak kalah penting, kebijakan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan pasar. Ketika pelaku usaha melihat pemerintah aktif mendukung likuiditas perbankan, keyakinan mereka terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia pun semakin kuat.
Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor, baik domestik maupun asing, yang melihat Indonesia memiliki kebijakan fiskal yang adaptif dan proaktif dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Namun, ada satu hal yang perlu dicermati dalam pelaksanaannya. Meskipun jumlah uang yang beredar meningkat, kenyataannya permintaan kredit dari masyarakat masih relatif rendah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memantau perbankan Himbara dengan ketat setelah penempatan dana Rp200 juta tersebut.


















