Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Masa Kecil Memengaruhi Kebiasaan Finansialmu?

ilustrasi hubungan sosial (pexels.coid-id/Gustavo Fring)

Banyak orang berpikir bahwa masalah keuangan hanya soal angka, padahal lebih dari itu. Cara seseorang mengatur uang sering kali berkaitan dengan pengalaman masa kecil yang membentuk pola pikir terhadap finansial. Jika dulu terbiasa melihat orang tua kesulitan ekonomi, ada kemungkinan ketakutan terhadap uang masih terbawa hingga dewasa.

Fenomena ini disebut financial trauma, di mana pengalaman buruk terkait uang di masa lalu mempengaruhi kebiasaan finansial saat ini. Tanpa disadari, trauma ini bisa membuat seseorang takut mengeluarkan uang, terlalu boros, atau justru terlalu hemat hingga sulit menikmati hidup. Berikut ini beberapa alasan kenapa masa kecil bisa membentuk cara seseorang mengelola uang.

1. Pola asuh yang kaku dalam keuangan

ilustrasi anak bermain gadget (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Jika sejak kecil terbiasa hidup dalam aturan ketat soal keuangan, ini bisa membentuk kebiasaan berlebihan dalam mengatur uang. Beberapa orang jadi terlalu takut mengambil risiko finansial, bahkan ketika sebenarnya punya cukup uang. Akibatnya, keputusan keuangan lebih sering didasarkan pada ketakutan dibanding perhitungan yang matang.

Sebaliknya, ada juga yang justru melampiaskan kebebasan finansial secara berlebihan saat dewasa. Setelah bertahun-tahun hidup dengan batasan ketat, ada dorongan kuat untuk membelanjakan uang tanpa berpikir panjang. Kondisi ini sering menyebabkan masalah finansial, seperti utang berlebih atau kesulitan mengelola tabungan.

2. Pengalaman hidup dalam kekurangan

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Danik Prihodko)

Tumbuh dalam keluarga yang selalu kekurangan bisa meninggalkan dampak psikologis terhadap cara seseorang memandang uang. Beberapa orang yang mengalami ini cenderung takut kehabisan uang, sehingga menyimpan setiap rupiah dengan sangat hati-hati. Mereka sulit menikmati hasil kerja keras karena selalu merasa uang tidak pernah cukup.

Di sisi lain, ada yang justru memilih untuk menikmati hidup tanpa banyak memikirkan tabungan. Mereka merasa sudah cukup merasakan kekurangan di masa kecil, sehingga ingin merasakan kebebasan finansial di masa dewasa. Sayangnya, tanpa perencanaan yang baik, pola ini bisa membuat seseorang terjebak dalam siklus masalah keuangan yang berulang.

3. Orang tua yang sering bertengkar karena uang

ilustrasi anak sedang kesepian (pexels.com/Pixabay)

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan konflik keuangan sering kali mengembangkan hubungan yang rumit dengan uang. Mereka bisa jadi takut membicarakan keuangan, menghindari diskusi soal uang, atau justru menjadi terlalu defensif dalam masalah finansial. Rasa cemas ini bisa membuat mereka kesulitan dalam mengelola keuangan secara sehat.

Selain itu, ada kemungkinan mereka menganggap uang sebagai sumber masalah dalam hubungan. Akibatnya, mereka bisa menjadi sangat tertutup soal keuangan dalam hubungan dengan pasangan atau keluarga. Ketakutan ini dapat mempersulit komunikasi finansial, yang seharusnya menjadi bagian penting dalam membangun kehidupan bersama.

4. Kurangnya pendidikan keuangan di rumah

Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)

Banyak orang yang tumbuh tanpa mendapatkan pemahaman yang cukup tentang cara mengelola uang. Jika sejak kecil tidak pernah diajarkan cara menabung, mengatur anggaran, atau memahami investasi, besar kemungkinan mereka kesulitan mengatur keuangan saat dewasa. Akibatnya, banyak keputusan finansial dibuat berdasarkan insting, bukan pengetahuan.

Tanpa pendidikan keuangan yang cukup, seseorang bisa mudah terjerumus dalam jebakan finansial, seperti utang kartu kredit atau investasi bodong. Pola ini bisa berulang dari generasi ke generasi jika tidak ada usaha untuk belajar dan mengubah kebiasaan. Pendidikan keuangan yang baik seharusnya dimulai sejak kecil agar seseorang bisa lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.

Masa kecil punya peran besar dalam membentuk kebiasaan finansial seseorang. Pola asuh, pengalaman hidup, konflik keluarga, dan kurangnya edukasi keuangan bisa memicu financial trauma. Tanpa disadari, trauma ini bisa membuat seseorang terlalu boros, terlalu hemat, atau takut mengambil keputusan finansial. Memahami asal mula kebiasaan ini adalah langkah awal untuk mengelola uang dengan lebih sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahri risar
EditorFahri risar
Follow Us