Bahlil Sebut BASF dan Eramet hanya Tunda Investasi di RI, Bukan Batal

- BASF dan Eramet menunda investasi senilai 2,6 miliar dolar AS di proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
- Penundaan investasi disebabkan turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa dan AS.
Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, dua perusahaan besar Eropa, BASF asal Jerman dan Eramet dari Prancis, menunda rencana investasi pada proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
"Kemarin saya baru dapat kabar itu. Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi di-pending (tunda) sementara," kata Bahlil di Jakarta, dikutip dari ANTARA, Jumat (28/6/2024).
1. Bahlil bantah BASF dan Eramet batal investasi di RI

Bahlil pun membantah isu yang menyebut dua perusahaan tersebut batal melakukan investasi senilai 2,6 miliar dolar AS atau setara Rp42 triliun pada proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Menurutnya, kedua perusahaan tersebut bukan membatalkan, tetapi hanya menunda investasinya di Indonesia. Hal itu akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
"Karena daya beli masyarakat terhadap EV (electric vehicle) mobil listrik di Eropa lagi turun. Jadi, pasarnya pun sekarang lagi turun karena kompetisi dengan mobil-mobil dari negara lain," ujar Bahlil.
Bahlil menjelaskan, penurunan pasar penjualan mobil listrik tak hanya terjadi di Eropa, tapi juga di AS.
"Dan Amerika juga sekarang lagi lesu pasarnya. Oleh karena lagi lesu, maka permintaan terhadap baterainya itu berkurang," ucapnya.
2. BASF dan Eramet dipastikan belum batalkan investasi

Bahlil memastikan kedua perusahaan raksasa tersebut hingga saat ini belum mencabut rencana investasinya di Indonesia. Saat ini, pihaknya bersama dengan BASF dan Eramet masih melakukan komunikasi.
"Oh nggak (mereka belum mencabut), kita masih dalam negosiasi, dalam pembicaraan," ujarnya.
3. Tak khawatir investor lain bakal tunda investasi

Bahlil menyampaikan, tidak ada kekhawatiran terhadap investor asing lainnya akibat dua perusahaan tersebut melakukan penundaan investasi.
"Ini cuma persoalan komoditas mobil listriknya di Eropa sama Amerika saja yang turun. (Kalau) semuanya jalan kok, Korea, Jepang, China enggak ada masalah, enggak ada isu," tutur dia.