Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Banggar DPR: Polusi Udara di Jakarta Terburuk di Dunia, Memalukan!

Kondisi langit Jakarta yang masih berpolusi pada Rabu (23/8/2023). (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)
Kondisi langit Jakarta yang masih berpolusi pada Rabu (23/8/2023). (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Jakarta, IDN Times - Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyoroti kualitas udara Jakarta dan sekitarnya yang buruk dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini pun dikhawatirkan akan mendorong peningkatan penyakit saluran pernapasan atas (ISPA) di masyarakat.

Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah mengatakan kondisi itu sangat mencemaskan sekaligus memalukan. Untuk mengurangi buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya, pemerintah juga menggulirkan kebijakan kerja dari rumah (work from home/WFH).

"Sepekan lebih DKI Jakarta dan sekitarnya dikepung polusi udara kategori membahayakan warga. Bahkan Jakarta dan sekitarnya dinobatkan sebagai kota paling berpolusi udara tertinggi di dunia. Sungguh mencemaskan sekaligus memalukan," kata Said dalam rapat kerja dengan pemerintah, Selasa (29/8/2023).

1. Polusi udara di Jakarta tidak sejalan dengan target net zero emission

ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)
ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Said menyebut polusi udara Jakarta, justru bertentangan dengan langkah pemerintah yang terus menggaungkan rencana target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2050 dan bergabung dalam kerja sama iklim melalui UNFCCC untuk pengurangan gas rumah kaca (GKC).

"Keindahan di atas kertas sirna bak daun kering dilalap api. Di Jakarta tempat semua kebijakan rendah emisi dan pengurangan GKC dirumuskan, malah paling berpolusi," ucapnya

2. Perlu aksi nyata turunkan emisi

Kondisi langit Jakarta pada Rabu (23/8/2023). (IDN Times/Umi Kalsum)
Kondisi langit Jakarta pada Rabu (23/8/2023). (IDN Times/Umi Kalsum)

Untuk itu, Banggar meminta pemerintah menuangkan agenda aksi yang hasilnya lebih nyata untuk mengurangi emisi.

"Ini kritik kita bersama, bukan kritik pemerintah. Perilaku kita juga lah. Harus kita lakukan bersama-sama bikin kebijakan. Banggar akan senantiasa memberikan dukungan penuh bagi agenda aksi tersebut, khususnya dalam kewenangan anggaran," ucap Said.

3. Jumlah pasien ISPA naik 300 persen

Ilustrasi Masker (ANTARA FOTO/Rahmad)
Ilustrasi Masker (ANTARA FOTO/Rahmad)

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, jumlah pasien yang terinfeksi saluran pernapasan akut atau ISPA di Jakarta akibat polusi udara mengalami peningkatan hingga 300 persen dibandingkan sebelum COVID-19.

"Pasien ISPA sebelum COVID-19 mencapai 50 ribu pasien, tapi saat ini jumlahnya naik hingga 200 ribu pasien. Itu akibat dari polusi udara," ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, kepada wartawan usai menghadiri ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting and Related Meetings di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Menurut Menkes, ada lima penyakit pernapasan atau respirasi berat, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkoliosis, dan asma.

Untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul akibat polusi udara, Kemenkes akan bergerak di sisi hilir, yakni kesiapan medis, penanganan pasien dan kesehatan warga, bukan di sisi hulu atau sumber penyebabnya.

"Jadi posisi saya adalah meng-encourage agar sektor-sektor di hulu, yaitu ada sektor energi transportasi lingkungan hidup supaya bisa memperketat emisi partikel-partikel ini, sehingga kita yang di hilir itu tekanannya berkurang," ujar Menkes.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us