BI Ramal Ekonomi Awal Pemerintahan Prabowo Tumbuh di Atas 5,5 Persen

- Pertumbuhan ekonomi tahun ini proyeksi di atas 5,5 persen menurut Bank Indonesia.
- Neraca pembayaran Indonesia sehat dengan surplus perdagangan nonmigas dan aliran masuk investasi portofolio yang tinggi.
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada awal masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto di atas 5,5 persen. Sejumlah hal jadi penyebab keyakinan BI atas ramalan tersebut.
"Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 ini
berada dalam kisaran 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen dan akan meningkat pada 2025," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (16/10/2024).
1. Neraca pembayaran Indonesia diprediksi tetap sehat

Perry menambahkan, neraca pembayaran Indonesia tetap sehat dan bakal terus mendukung ketahanan eksternal ekonomi domestik.
Perry mengatakan, neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III-2024 diperkirakan mencatat surplus ditopang oleh surplusnya necara perdagangan nonmigas yang berlanjut sebesar 6,5 miliar dolar AS.
"Sementara itu, aliran masuk investasi portofolio terus berlanjut dan tercatat tinggi pada triwulan III-2024, yaitu mencatat net inflow sebesar 11,6 miliar dolar AS," kata Perry.
Net inflow di investasi portofolio berlanjut pada triwulan IV-2024 yang hingga 14 Oktober 2024 tercatat sebesar 0,6 miliar dolar AS di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
2. Cadangan devisa jauh di atas standar kecukupan internasional

Perry turut menjelaskan posisi cadangan devisa RI pada akhir September 2024 yang tercatat tinggi dan meningkat menjadi 149,9 miliar dolar AS. Kondisi itu setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Tingkat cadangan devisa ini berada jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor," kata Perry.
3. Neraca pembayaran 2025 tetap baik

Ke depan, kata Perry, neraca pembayaran Indonesia pada keseluruhan 2024 diperkirakan lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Pada 2025, neraca pembayaran Indonesia diperkirakan tetap baik, didukung oleh prospek perekonomian domestik yang meningkat dan defisit transaksi berjalan yang terjaga. Hal tersebut seiring dengan peningkatan surplus neraca transaksi modal dan finasial.
"Didukung oleh berlanjutnya peningkatan aliran masuk modal asing sejalan dengan imbal hasil investasi yang tetap menarik. Sementara itu, defisit transaksi berjalan juga terjaga dalam kisaran yang rendah, yaitu sebesar 0,1 persen sampai dengan 0,9 persen dari produk domestik bruto," tutur Perry.