BI Sudah Borong SBN Rp268,36 Triliun

- BI memborong SBN Rp268,36 triliun hingga Oktober 2025
- Debt switching naik menjadi Rp199,45 triliun, ekspansi likuiditas rupiah dilakukan dengan penurunan posisi instrumen moneter SRBI
- BI-Rate turun 150 bps menjadi 4,75 persen untuk menjaga stabilitas rupiah
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) mencatat total pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, mencapai Rp268,36 triliun hingga Oktober 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pembelian SBN tersebut dilakukan sebagai bentuk sinergi antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal pemerintah.
“Sebagai wujud sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, hingga 21 Oktober 2025 BI telah membeli SBN di pasar sekunder senilai Rp268,36 triliun,” ujar Perry dalam keterangan tertulis dikutip, Kamis (20/10/2025).
1. Debt switching alami kenaikan di Oktober

Selain itu, program debt switching atau penukaran surat utang juga mencatat peningkatan signifikan. Hingga Oktober 2025, nilainya mencapai Rp199,45 triliun, naik dari posisi bulan sebelumnya sebesar Rp160,07 triliun.
Perry menjelaskan, program debt switching merupakan mekanisme yang dijalankan pemerintah bersama BI untuk memperpanjang tenor surat utang yang akan jatuh tempo dengan menukarnya ke SBN baru.
“Program ini dilaksanakan secara terukur, transparan, dan konsisten dengan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional, sekaligus memperkuat kredibilitas kebijakan moneter,” kata Perry.
2. BI lakukan ekspansi likuiditas rupiah

Di sisi lain, BI juga melakukan ekspansi likuiditas rupiah melalui penurunan posisi instrumen moneter SRBI dari Rp916,97 triliun pada awal tahun 2025, menjadi Rp707,05 triliun pada 21 Oktober 2025.
Bauran kebijakan Bank Indonesia terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian.
"Kebijakan moneter ditempuh melalui penurunan suku bunga BI-Rate, stabilisasi nilai tukar rupiah, dan ekspansi likuiditas moneter," tegasnya.
3. BI rate sudah turun 150 bps untuk jaga stabilitas rupiah

Lebih lanjut, Perry menjelaskan, BI-Rate telah turun sebesar 150 bps sejak September 2024 menjadi 4,75 persen, yang merupakan level terendah sejak tahun 2022.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat dengan intervensi di pasar off-shore melalui NDF dan intervensi di pasar domestik melalui pasar spot, DNDF, serta pembelian SBN di pasar sekunder.
"Sejalan dengan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga instrumen moneter valas yang kompetitif untuk menjaga daya tarik penempatan dana di Indonesia yang dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," ungkapnya.