Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BI Ungkap Biang Kerok Rupiah Ambles ke Rp15.315 per Dolar AS

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah sepanjang hari ini tetap lesu atau melemah terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip pada Senin (14/8/2023), rupiah ditutup melemah ke Rp15.315 per dolar AS.

Rupiah melemah 0,63 persen atau 96 poin dibandingkan penutupan pada Jumat (11/8/2023) Rp15.219 per dolar AS.

Lantas apa yang menyebabkan rupiah melemah hingga menyentuh level tersebut?

1. Hampir semua mata uang di Asia melemah

Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, menjelaskan hampir semua mata uang di kawasan Asia mengalami pelemahan, kecuali Yen Jepang dan Dolar Hong Kong.

Secara rinci, hingga pukul 15.00 WIB, peso Filipina menjadi mata uang yang mengalami pelemahan terdalam di Asia hingga  0,93 persen.

Selanjutnya, ringgit Malaysia melemah 0,55 persen, disusul won Korea Selatan mengalami pelemahan hingga 0,44 persen, dan dolar Taiwan yang ditutup tertekan 0,33 persen.

Kemudian yuan China terdepresiasi 0,2 persen dan baht Thailand dan rupee India yang sama-sama turun 0,15 persen.

2. Faktor pendorong rupiah melemah terhadap Dolar AS

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)
Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Edi menjelaskan ada beberapa sentimen yang mendorong rupiah melemah terhadap dolar AS. Pertama, kebijakan The Fed yang diproyeksi akan tetap hawkis.

"Laju ekonomi China mengalami perlambatan atau di bawah ekspektasi pasar," jelasnya kepada IDN Times, Senin (13/8/2023).

Tak hanya itu, sentimen juga berasal dari pernyataan Bill Gross bahwa fair yield surat utang AS tenor 10 tahun akan berada di level 4,5 persen, sementara posisi yield saat ini berada di 4,09 persen.

"Artinya membangun ekspektasi pasar obligasi pemerintah akan mengalami bearish market. Saham banyak mengalami pelemahan di perdagangan Asia," jelasnya.

3. Langkah BI menstabilkan rupiah

Ilustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Berbagai sentimen tersebut, kata Edi, menyebabkan hampir semua mata uang Asia mengalami pelemahan yang mendorong spot marketnya juga mengalami pelemahan terutama di sesi pagi ini.

Dengan kondisi ini, BI pun terus menstabilkan rupiah melalui tiga metode. Pertama, intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Kedua kebijakan melanjutkan twist operation melalui penjualan SBN di pasar sekunder untuk tenor pendek. Guna meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing.

Langkah ketiga adalah instrumen operasi moneter valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) berupa term deposit (TD) valas DHE sebagai instrumen penempatan oleh eksportir melalui bank kepada Bank Indonesia.

"BI  masuk pasar baik di spot maupun DNDF untuk memastikan keseimbangan supply-demand terjaga dengan baik, dan untuk memastikan tidak terjadi gejolak nilai tukar yang tinggi," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Business

See More

Kredit Belum Tersalurkan Rp2.500 Triliun, OJK Lihat Peluang Ekspansi

22 Des 2025, 08:10 WIBBusiness